bontangpost.id – Balita berusia 16 bulan ini hanya mampu mengonsumsi tajin alias air beras untuk menggantikan susu dalam memenuhi gizi setiap harinya.
Sebab, orangtua dari balita yang bermukim di Kampung Sidrap RT 20 Kelurahan Guntung itu tidak bisa membelikan susu lantaran harganya yang terbilang tinggi bagi mereka.
Berdasarkan informasi, kondisi ekonomi keluarga pun tengah memprihatinkan. Keluarga itu, tinggal di rumah sederhana dengan status menyewa, belum lagi harus memikirkan tanggungan utang bank.
Diketahui, kondisi bocah laki-laki tersebut mengalami stunting. Tak hanya itu, anak tersebut lahir secara prematur serta didiagnosis mengidap kelainan congenital.
Penanganan medis tidak bisa diberikan meski pihak keluarga telah mengajukan ke Dinas Sosial. Lantaran pihak Kelurahan Guntung terkendala dengan status wilayah administrasi daerah yang masuk wilayah Kutai Timur itu.
Mendengar hal itu, Wakil Wali Kota Bontang Najirah meminta agar balita tersebut segera ditangani. Terlebih, kartu keluarga masih terdaftar sebagai warga Kota Bontang.
“Seharusnya kalau sudah berhubungan dengan kemanusian tidak perlu lagi melihat KTP maupun wilayah selama bisa segera dibantu ya dibantu,” tuturnya.
Pihak Kelurahan Guntung bersama dengan Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta Dinas Kesehatan pun langsung bergerak.
Ia sangat menyesali kejadian ini. Mengingat, penurunan stunting menjadi program utama Pemerintah Kota Bontang. Apalagi ini menyangkut hak warga negara untuk mendapatkan perhatian khususnya perihal kesehatan.
“Sekarang sudah ditangani. Semoga dengan perawatan intensif, kondisi bayi tersebut bisa pulih kembali,” pungkasnya.
Terpisah, Lurah Guntung Muhammad Fitrya Lauda Eka Prasetyo mengatakan bahwa balita tersebut sudah ditangani oleh Puskesmas Bontang Utara 2. Dalam hal ini pihaknya telah melakukan perawatan tata laksana untuk meningkatkan berat badan.
“Mendapat pengawasan dari dokter anak RS Pupuk Kaltim selama 2 bulan juga,” akunya.
Kata Oda, sapaan akrabnya pihak keluarga berada dalam status rawan miskin dengan kondisi lingkungan rumah yang tidak layak huni. Oleh sebab itu, rencananya sang balita akan menjalani rawat inap dalam rangka evaluasi PMT menggunakan susu khusus. Karena selama 2 bulan berat badannya berada di angka 6,1 kg.
“Rencananya begitu. Tapi, ibu dari balita tersebut tidak berkenan putranya dirawat inap. Langkah yang kami ambil yaitu melakukan tata laksana baik dari medis maupun identifikasi lingkungan rumah,” katanya.
Berdasarkan hasil peninjauan di lapangan, dia juga mengatakan balita tersebut tidak pernah meminum air tajin sebagai pengganti susu.
“Setelah kami cek ke sana ternyata info kalau balita itu konsumsi tajin tidak benar. Dia hanya konsumsi susu rendah gizi,” tandasnya. (*)
Catatan redaksi: Berita ini telah disunting dengan mengubah judul. Sebelumnya tertulis Tak Dapat Bantuan karena Status Wilayah, Balita Stunting di Sidrap hanya Minum Air Tajin. Mohon maaf atas ketidaknyamanan pembaca.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post