Selamatkan Kaum Hawa dan Generasi Muda
SANGATTA – Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat, menempatkan perempuan dan anak berada dalam kondisi yang marginal. Ditambah lagi dengan produk hukum yang belum berwawasan baik, hal inilah yang menyebabkan perempuan dan anak rentan terhadap ketidakberdayaan, termasuk kekerasaan.
Dengan latar belakang tersebut, Forum Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Wati (Forhati) Kutim lantas menggelar seminar dengan fokus utama penyelamatan perempuan dan anak dari kekerasan. Seminar yang dilaksanakan pada 26 April ini juga dalam rangka memperingati Hari Kartini.
Kegiatan yang mengusung tema “Tindakan kekerasan perempuan dan anak dalam lingkungan keluarga serta sekolah”, dilaksanakan di ruang Meranti, Sekretariat Kabupaten (Setkab) Kutim.
Ketua Forhati Kutim Rofiqoh Istiharoh mengatakan, berbagai informasi mengenai kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan, masih didominasi kekerasan seksual. Sementara yang ditangani masih sedikit dari pada yang terabaikan.
“Ke depan harus ada sinergitas antara lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah guna melakukan terobosan dalam memberi pemahaman terhadap semua pihak,” harap Rofiqoh.
Sekretaris Kahmi Kutim, Musyaffa Musa menambahkan, jika berbicara mengenai perempuan tentu sangat lengkap dan juga unik. Di dalam bait hymne HMI, mengatakan turuti Quran dan Hadist jalan keselamatan.
“Jika itu yang di ikuti, Insya Allah tidak ada lagi namanya kekerasan karena semua sudah jelas. Di dalam Alquran dan hadist itu sudah diatur semua, makanya jika itu yang dijadikan pedoman maka tidak ada lagi kekerasan,” kata Musyaffa yang juga menjabat Kabag Administrasi Penata Usahaan Keuangan Setkab Kutim.
Sementara Staf Ahli Bupati Bidang Perekonomian, Budi Santoso yang hadir mewakili Bupati mengakui jika akhir-akhir ini masih sering terjadi kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah dan keluarga. Dia menyebut kondisi ini sangat menghawatirkan.
“Mestinya sekolah dan lingkungan keluarga menjadi tempat utama yang membahagiakan bagi mereka (perempuan dan anak, Red.) tetapi kenapa malah menjadikan mereka sebagai objek kekerasan,” katanya prihatin.
Dia menyebut khusus di Kaltim, tindakan kekerasan terhadap anak masih ada ribuan. Ke depan dia berharap kekerasan tersebut dapat diminimalisasi. Untuk mencegah hal tersebut, keteladanan yang baik perlu dicontohkan kepada anak. Sehingga dimasa mendatang bisa menjadi pelajaran yang bermamfaat. Selain itu dia menyimpulkan bahwa moral dan pergaulan yang terjadi saat ini sudah jauh dari nilai luhur serta budaya Indonesia. Karena telah terkontaminasi budaya barat.
“Kita mempunyai tugas dan tangung jawab dalam melindungi keluarga seperti apa yang dilakukan Forhati Kutim. Dalam bentuk seminar ini tentu sangat baik dalam memberi pemahaman,” sebut Budi. (hms8/drh)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post