bontangpost.id – Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menyatakan bahwa kemunculan kotak kosong adalah bentuk gagalnya kaderisasi partai politik (parpol).
Menurutnya, parpol gagal menonjolkan tokoh yang dapat menjadi ‘petarung’ di pilkada, jika akhirnya bermunculan kotak kosong sebagai lawan tanding.
Ujang menekankan bahwa orientasi para elit politik masih berkutat pada kemenangan pada momentum-momentum pemilu lima tahunan.
“Di partai politik itu bukan bicara kaderisasi. Bicaranya adalah menang dan menang. Artinya harus menghadirkan calon legislatif (caleg) yang kuat, dan juga calon kepala daerah yang kuat,” lanjutnya.
Ujang berpendapat bahwa dengan kemunculan kotak kosong, kaderisasi di internal parpol gagal. “Kalau banyak kotak kosong, memang kaderisasi internal gagal,” tegasnya.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Fadli Ramadhanil, mengatakan bahwa fenomena calon tunggal melawan kotak kosong pada Pilkada 2024 semakin mengkhawatirkan. Menurutnya, hal ini menunjukkan kualitas demokrasi di Tanah Air yang cenderung menurun.
“Ini fakta yang mengkhawatirkan bagi demokrasi kita. Karena semakin ke sini, jumlah pasangan calon tunggal semakin meningkat,” katanya.
Fenomena pasangan calon tunggal melawan kotak kosong dianggap sebagai tanda peringatan bahaya bagi kelangsungan demokrasi di Indonesia.
Sebab, salah satu fondasi dasar demokrasi adalah terbukanya kemungkinan pilihan yang beragam bagi masyarakat dalam proses pemilihan calon pemimpin.
“Ini alarm bahaya bagi demokrasi kita. Esensi dari demokrasi adalah hadirnya alternatif pilihan yang dapat dipilih oleh masyarakat dalam proses dialog dan komunikasi. Paslon tunggal semakin menggerus hal itu,” ungkapnya. (prokal)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post