Oleh Dedy
Wartawan Sangatta Post
DI akhir zaman ini, tak sedikit generasi muda yang terjerumus dalam lembah kesesatan . Mulai dari narkoba, perzinahan, pencurian, perjudian, hingga pembunuhan.
Pelakunya pun beragam. Mulai dari kalangan muda, remaja, sampai anak-anak. Semua terbelenggu dengan kelamnya dunia kemaksiatan. Padahal, mereka merupakan penerus masa depan. Yang kelak akan menggantikan para pemimpin masa kini.
Mulai dari pemimpin agama, bangsa, hingga terkecil Desa dan Rukun Tetangga (RT) serta keluarga.
Namun apa jadinya masa mendatang jika warisan pemuda saat ini otak dan hatinya telah rusak dimakan noda hitam setan. Bukan perubahan yang dihasilkan, melainkan kehancuran. Hancur berkeping-keping khalayaknya menuju akhir zaman.
Mungkin kelak mereka semua intelektual, cerdas dalam bertutur kata, beritorika, dan menguasai negara. Akan tetapi bukan karena ilmu yang didapatkan saat menempuh pendidikan, melainkan kebodohan. Seperti apa yang digambarkan Muhammad bin Abdillah. Jika suatu zaman kelak akan ada segolongan ummat yang akan mengangkat pemimpin dari golongan orang bodoh. Mereka berbicara bukan dengan ilmu, akan tetapi atas kejahilannya.
Tentunya, siapapun orang tua tak menginginkan hal tersebut terjadi pada anaknya. Semua berharap dan berdoa, agar penerus mereka menjadi orang yang soleh dan soleha serta berguna lagi bermanfaat untuk agama, orang tua, bangsa dan negara.
Tentunya, harapan dan impian yang mulia tersebut tak semuda membalikkan telapak tangan. Tak selancar bertutur kata dan tak semanis buah mangga. Ada tembok rahasia yang harus dijebol dengan usaha dan doa. Karena didalam tembok tersebut tersimpan sejuta rahasia untuk membuka kunci sukses anak dalam dunia dan akhirat.
Rahasia tersebut ialah orang tua. Orang tua memiliki peran penting dan sangat besar untuk mencetak anaknya demi masa mendatang. Semua tergantung orang tua. Kiri, kanan, atau depan menuju jalan yang lurus.
Jika orang tua memberikan pendidikan yang laik dan bermutu, maka akan tercetak anak yang berkualitas pula. Begitupun bila sebaliknya. Yang menjadi pertanyaan, pendidikan seperti apa yang dimaksud. Ada beberapa metode tepat dalam mendidik anak. Yakni metode keluarga.
Keluarga (orang tua) merupakan wadah sebaik-baik awal pendidikan. Pertama, sebelum mencetak keturunan, kedua orang tua wajib berbenah. Mulai dari pemantapan agama, baik aqidah, akhlak, maupun harta. Baik hubungan dengan Allah begitupun dengan manusia. Kemudian, setelah mengandung berikan makanan yang halal lagi baik, diperdengarkan kalammallah, serta perbanyak ibadah dan ritual amalan agama lainnya.
Kemudian, setelah lahir ke dunia terus berikan pandangan kebaikan terhadap anak. Tentunya pandangan agama yang benar dan nilai sosial yang tinggi. Sehingga terjadi keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Meranjak menjadi anak-anak, remaja hingga dewasa, tempatkan mereka pada sekolah yang tepat. Bukan asal. Karena hal itu akan merusak binaan dikala produksi, hamil, hingga melahirkan. Solusi terbaik ialah penempuh ilmu di pesantren, pesantren modern, dan atau sekolah negri namun yang terjaga kualitas pengajarnya. Berkualitas ilmu dunianya, akhlaknya serta agamanya. Dengan demikian, ilmu positif yang diajarkan akan menular kepada semua muridnya.
Tidak lepas sampai disitu, karena masih terdapat masalah besar yang akan mengancam anak. Yakni lingkungan. Baik lingkungan keluarga, sekolah terlebih masyarakat. Untuk menghindari hal itu, berikan benteng pemisah antara yang hak dan yang bathil. Dengan artian, semua kawan wajib di seleksi seketat mungkin. Karena jangan sampai terdapat setitik noda yang akan merusak kesempurnaan.
Seperti yang disampaikan Rasullullah, jika berteman kepada pandai besi, maka akan kecipratan panas dan apinya, namun jika kepada penjual wewangian, maka akan mencium bau harum nya.
Tiga hal ini pula wajib sejajar. Antara eksistensi orang tua, sekolah dan lingkungan. Namun semua wajib dibawah kuasa orang tua. Karena akan hancur jika semua diserahkan kepada orang lain tanpa pengawasan dari yang empunya anak.
Kenapa semua dibebankan kepada orang tua. Karena mereka nanti yang bertanggung jawab atas anaknya. Baik dunia dan akhirat. Untuk itu orang tua diminta sebaik mungkin mendidik dan menjaga anaknya.
Seperti Firman Allah dalam Q.S At Tahrim:6 yang menyatakan “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Begitupun Hadits Rasulullah yang berbunyi “Hormatilah anak-anak kalian dan perbaikilah perangainya. Begitupun hukum dunia yang memerintahkan kepada orang tua untuk menjaga dan menyayangi anak. Jika menelantarkannya ada sanksi yang menanti.
Untuk itu peran orang tua paling utama dalam menentukan arah tujuan anak. Jika meleset maka yang terjadi seperti anak dijaman sekarang. Yang taunya melawan orang tua, membunuh, terlibat pergaulan bebas, narkoba, tawuran, pembegalan. Meskipun memang, masih banyak yang bisa diandalkan negara.
Hanya saja jika melihat semua itu, cukup miris hati ini. Karena kelak diharap menjadi pemimpin yang beradab, adil dan merakyat, namun malah berpotensi membawa kehancuran moral.
Sebagai bukti, berapa juta anak yang menjadi koran narkoba, korban pergaulan bebas dan lainnya. Begitupun para pejuang yang ada di legislatif maupun eksekutif. Mereka semua tertangkap tangan mencuri uang rakyat tanpa rasa malu. Ini semua merupakan dosa-dosa orang tua yang dulunya buruk dalam mendidik anak.
Untuk itu, tak ada kata lain, jika anak ingin menjadi yang benar, soleh dan soleha, tanamkan pendidikan agama sedini mungkin. Mulai dari masa produksi hingga dewasa. Mulai dari pengenalan akan sang pencipta, aqidah, akhlak, dan moral. Karena itu semua merupakan kunci sukses untuk membentuk anak impia yang akan datang(dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post