PENYANDANG disabilitas di Kutim masih minim perhatian. Banyak diantara mereka masih terabaikan. Padahal, mereka semua membutuhkan hangatnya pelukan.
Pelukan orang tua,orang orang yang berada di sekeliling mereka serta tak kalah penting peran serta pemerintah. Pemerintah wajib berperan aktif memerdekakan mereka. Merdeka dari hinaan, ekonomi, pendidikan, dan sosial.
Sebab disabilitas bukanlah virus berbahaya. Mereka merupakan manusia yang mewarnai dunia. Pembeda antara manusia yang sempurna.
Keberadannya hanyalah ujian. Ujian bagi manusia manusia yang memiliki akal, perasaan, hati dan jiwa yang besar. Besar dalam berbuat kebaikan dan peduli kepada mereka disabilitas.
Namun sayang, jiwa tersebut belum terpatri di dalam diri kebanyakan manusia. Masih banyak yang memandang pentingnya berkasta. Memberikan esensi satu dengan yang yang lainnya. Kaya dan kaya, miskin dan miskin, dan cacat dan cacat. Kaya tak sebanding dengan miskin terlebih cacat.
Wajar, hadirinya pandangan tersebut membuat mereka yang disabilitas semakin termarjinalkan. Mereka tersudut. Terhina dan semakin layu ditengah derasnya cobaan tuhan.
Parahnya, bukan teman yang berbuat demikian, akan tetapi orang tua kandung yang minim akan pengetahuan. Disabilitas dianggap gila. Ia diasingkan. Bahkan tak sedikit dipasung dan diberi makan khalaiknya binatang.
“Saya pernah menjumpai sendiri. Anak disabilitas di pasung oleh orang tua mereka sendiri. Saya jumpai mereka, berikan nasehat dan akhirnya alhamdulillah orang tua mereka sadar,” ujar Basuki Isnawan salah seorang pemerhati disabilitas.
Apa yang terjadi. Usai memberikan perhatian lebih kepada anak yang di doktrin gila tersebut, sekarang ia sudah pandai. Bisa memakai baju sendiri, memanggil ayahdan ibu serta yang lainnya.
“Minimnya pengetahun dan perhatian menjadi sebab utama anak anak disabilitas semakin dijauhi. Padahal mereka semua butuh pelukan, kasih sayang dan perhatian lebih. Cintai mereka, jangam sekali kali mencampakkannya,” kata Basuki.
Mereka merupakan amanah yang harus di jaga. Amanah tuhan yang wajib di pelihara. Bukan di campakkan. Sebab di yakini, dibalik kekurangan, tersimpan jauh kelebihan mereka. Bahkan kemampuannya bisa melebihi intelektual mereka yang normal.
“Coba kita lihat TV di bidang olahraga. Ada yang berlari, angkat besih, panjat tebing, lomba lari. Mereka sukses semua. Belum lagi dalam masalah sains dan lainnya,” katanya.
Ia mencontohkan anaknya. Muhammad Alif Swagey. Anaknya ini merupakan autis. Meskipun begitu, kemampuannya jauh lebih baik ketimbang manusia normal lainnya.
“Dalam dunia matematika, hafalan, serta ilmu lainnya cukup di kuasai. Dia tau sendiri. Bahkan HP yang terkunci bisa di buka. Nama pembalap, tebak angka, gambar diketahui,” katanya.
Jadi cukup bangga memiliki anak yang demikian. Fisik boleh berbeda, akan tetapi kemampuan lebih utama. Itu semua didasari dari perhatian dan kasih sayang.
“Anak diperhatikan. Cari bakat mereka. Jangan malu. Berikan waktu untuk anak. Jangan abaikan anak yang demikian,” pesannya.
Begitupun dengan Maria Pohan. Ibu yang memiliki dua anak kembar tunanetra ini memiliki kemampuan yang luar biasa. Bahkan sudah keliling indonsesia untuk ikut bertanding.
“Namanya Kezia dan Karolina. Mereka kembar. Semua pandai bernyanyi. Pandai bermain catur dan menguasai sain. Mereka sudah ikut lomba di mana mana. Sudah level nasional,” katanya.
Karenanya ia menasehati orang tua yang senasib dengannya, untuk menjaga anaknya sebaik mungkin. Jangan abaikan mereka.
“Begitupun pemerintah wajib memperhatikan. Paling utama pendidikan mereka diperhatikan. Sehingga haknya terpenuhi,” pinta Maria yang juga merupakan Kepala sekolah SLB Bahasa Hati tersebut.
Dari data yang dimilikinya, cukup banyak anak disabilitas di Kutim. Lebih dari 200 orang. Belum termasuk di pedalaman. Disabilitas yang di maksud diantaranya, autis, tuna rungu, tuna daksa, daun sendrom, ADHD, dan cerebral palsy.
“Jadi setahu saya ada beberapa sekolah yang direkomendasikan untuk menampun anak disabilitas. Seperti SLB 3, SD 04, SMP 1, YPPSB 3, dan darussalam. Jadi sekolah ini kami minta wajib menerima anak anak disabilitas. Pemerintah juga wajib memfasilitasi tempat, fasilutas dan SDM,” pintanya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: