bontangpost.id – Seorang perempuan berhijab duduk berhadapan dengan seorang murid. Dia serius memperhatikan. Sambil salah satu jari telunjuk kanan mengarah ke huruf hijaiyah di sebuah buku yang terletak di atas meja.
Murid di depannya khusyuk membaca dan menerjemahkan dengan memperagakannya jari-jari tangan kanannya. Dia mengartikannya dengan bahasa isyarat.
Begitulah yang dilakukan Rieka Aprilia Hermansyah setahun belakangan ini. Anak pasangan Karel dan Susie tersebut mengajar mengaji kepada disabilitas di Bontang. Terutama mereka yang Tuli.
Aktivitas ini dilakukan dua kali dalam sepekan. Rabu dan Jumat. Setiap sore usai menyelesaikan aktivitasnya bekerja di Inkubator Bisnis (Inbis) Permata Bunda Bontang. Namun kini proses belajar mengajar harus dihentikan sementara, karena pandemi Covid-19.
“Rencana mau video saja secara online,” ungkapnya dengan bahasa isyarat yang di terjemahkan Juru Bahasa Isyarat (JBI) Bontang Nurul Baity saat ditemui di kantornya.
Kata alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2018 ini jumlah murid yang bergabung sekira 30 orang. Terdiri dari berbagai tingkatan. Mulai SD, SMP, SMA dan juga yang telah lulus sekolah. Semuanya masih tahap iqra belum ada yang sampai membaca Alquran. “Selama ini yang Tuli saja. Cuma kalau ada teman-teman yang lain ingin ikut, bisa saja,” ujarnya.
Tak ada sepeser rupiah pun yang diambil dari muridnya. Semua dilakukan karena keikhlasan. Serta agar ilmu tersebut dapat terus disiarkan tanpa henti dan akses isyarat terus tersebar. “Ini juga dukungan dari Inbis,” kata marketing dan financial Inbis Permata Bunda Bontang ini.
Mengajar disabilitas diakuinya harus lebih sabar. Karena belum terlalu paham, maka harus banyak mengulang. “Tidak apa-apa lama, yang penting mereka paham. Itu tanggung jawab guru,” akunya.
Keinginan terjun untuk mentransfer ilmu yang telah dimilikinya sejak belajar di The Little Hijabi Institute. Mengingat hingga kini dia belum menemukan ada warga Bontang yang mengajarkan orang tuli mengaji. Padahal itu sangat penting juga bagi mereka. “Mereka (Tuli, Red) pengen mengaji, hanya gurunya belum ada,” kata perempuan yang tergabung dalam komunitas Akar Tuli Malang dan Ngaji Tuli itu.
Selain mengajar ngaji, perempuan kelahiran Tegal, 12 April 1992, ini juga mahir dalam bidang desain grafis. Mengingat dia yang mendesain sejumlah baju yang diproduksi Inbis Permata Bunda. “Kalau beli baju, saya yang desain,” ujar perempuan yang memiliki kemampuan di bidang fotografi dan edit video itu. (*)
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=Rry5xI1sTdc[/embedyt]