SAMARINDA – Dinas Sosial Samarinda dibuat gerah dengan keberadaan orang dengan gangguan kejiwaan atau psikotik. Pasalnya, dalam beberapa pekan terakhir, banyak pihak menitipkan warga yang populer dengan sebutan orang gila tersebut ke Dinas Sosial. Padahal, Dinas Sosial tidak memiliki kewenangan menangani orang gila.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Samarinda, Gumantoro menjelaskan, berdasarkan Peraturan Menteri Sosial (Permensos) Nomor 12 Tahun 2002, Dinas Sosial tidak memiliki kewenangan mengurusi orang dengan gangguan kejiwaan. Wewenang yang dimiliki Dinas Sosial yaitu menangani warga eks psikotik atau yang sudah sembuh gangguan kejiwaannya.
“Eks psikotik itu orang gila yang sudah mendapatkan pelayanan medis dari rumah sakit jiwa dan pulih. Kalau tidak memiliki keluarga, itulah yang kami tangani. Bukan orang gilanya datang ke Dinas Sosial,” terang Gumantoro saat ditemui Metro Samarinda, Selasa (7/11) kemarin.
Menurutnya, tidak tepat bila orang gila dibawa ke Dinas Sosial. Karena Dinas Sosial tidak memiliki kemampuan untuk menangani orang dengan gangguan kejiwaan. Dalam hal ini tenaga medis yang berkompeten untuk itu. Sehingga Dinas Sosial bukannya lari dari tanggung jawab. Melainkan memang tidak mampu menangani orang gila.
“Itu kan yang mampu hanya dokter. Nah ketika mereka (orang gila) pasca penyembuhan dari rumah sakit jiwa, maka disebut eks psikotik. Orang yang telah menjalani pelayanan dari medis yang sebelumnya mengalami gangguan jiwa,” jelasnya.
Warga eks psikotik ini apabila terlantar, maka menjadi ranah tanggungan Dinas Sosial. Apabila memiliki keluarga, akan dikembalikan ke keluarganya. Sedangkan orang-orang gila yang terlanjur dibawa ke Dinas Sosial, mau tak mau dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Masalahnya rumah sakit jiwa merupakan milik Pemprov Kaltim dan memiliki peraturan tersendiri.
“Kalau rumah sakit jiwa menolak menerima orang gila yang kami bawa, itu yang jadi polemik,” tutur pria berkacamata ini.
Gumantoro mengurai, terjadi peningkatan dalam hal kemunculan orang gila di Kota Tepian. Sebelumnya dalam sebulan, jarang ditemukan ada kasus orang gila baru. Belakangan dalam beberapa bulan terakhir, hampir setiap pekan ditemukan kasus dua hingga tiga orang baru yang dibawa ke Dinas Sosial. Peningkatan ini rupanya membuat dinas kebingungan.
“Padahal kalau kita lihat, pihak kelurahan pasti tahu masyarakatnya siapa saja. Kalau ada yang gila, bisa diketahui dari daerah mana. Tapi masalahnya dari kasus orang gila yang ditemukan, rata-rata bukan dari daerah kita,” ungkap Gumantoro.
Lebih lanjut dia menerangkan, pihaknya selalu mempertanyakan asal-usul orang gila yang dibawa ke dinas sosial. Agar dapat diketahui keluarganya untuk kegunaan pengurusan di rumah sakit jiwa. Apabila berasal dari keluarga tidak mampu, maka Dinas Sosial akan membantu menguruskan BPJS Kesehatan yang merupakan syarat diterima di rumah sakit.
“Misalnya ada anak yang dipasung keluarganya karena dianggap menganggu masyarakat. Kami bantu uruskan administrasinya lalu kami masukkan ke rumah sakit jiwa. Setelah sembuh, kami kembalikan ke keluarga bersangkutan,” urainya.
Yang menjadi masalah adalah, kebanyakan kasus orang gila yang ditemukan tidak memiliki identitas dan muasal keluarga yang jelas. Dalam hal ini, orang-orang gila tersebut ditemukan masyarakat berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat tertentu. Setelah ditelusuri, ternyata bukan berasal dari daerah di Samarinda.
Hal ini menimbulkan kecurigaan bila orang gila tersebut didatangkan dari luar daerah. Ditengarai ada pihak-pihak yang mau lepas tanggung jawab dengan meninggalkan para pengidap psikotik tersebut begitu saja di Samarinda.
“Kemungkinan datang dari luar Samarinda. Ada pihak-pihak tertentu yang membawa mereka ke Samarinda. Misalnya dibawa ke suatu tempat, lalu diam-diam ditinggalkan begitu saja,” terka Gumantoro.
Untuk itu dia meminta aparat dapat mengawasi kemunculan orang-orang gila yang dibawa dari luar daerah. Dia juga meminta masyarakat untuk membantu mendapatkan bukti adanya pihak-pihak dari luar yang memobilisasi orang gila ke Samarinda. “Makanya saya bilang ke teman-teman, coba difoto bila ada yang membawa lalu meninggalkan orang gila diam-diam,” tandasnya. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: