SANGATTA – Tenaga kesehatan khususnya bidan harus memiliki kompetensi. Hal tersebut dibuktikan dengan Surat Tanda Registrasi (STR). Namun ternyata masih sekira 25 persen bidan di Kutim tidak memiliki surat tersebut. Hal ini menjadi permasalahan yang sering disepelekan.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Kalimantan Timur, Encik Widyani menjelaskan seluruh bidan harus memiliki kompetensi. Pasalnya hal tersebut menjadi pembuktian kualitas untuk melayani masyarakat. Dirinya pun menjelaskan mengenai etika yang harus diterapkan saat bekerja.
“Profesional atau tidaknya seorang bidan dapat dilihat dari STR-nya. Jika dia memiliki tanda dirinya berkompeten, berarti ia layak bekerja untuk masyakat,” ujarnya saat mengisi materi pelatihan Midwifery Update di Hotel Royal Victoria Sangatta Utara, Jumat (2/3).
Selain itu, ia memaparkan hanya bidan yang berinisiatif membuat STR saja yang mendapat izin untuk bekerja menangani ibu hamil. Menurutnya tenaga medis tidak memiliki surat tersebut akan sia-sia dalam profesinya.
“Harusnya semua tenaga kesehatan sadar untuk mengikuti ujian kompetensi dan mengurus suratnya. Jangan sampai menyandang gelar bidan, tetapi tidak ada bukti dia berkompetensi dan tidak bekerja. Sangat disayangkan pendidikan yang sudah ditempuhnya,” paparnya.
Sekretaris dua IBI Kutim, Yuli mengatakan kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan mandiri oleh IBI. Dirinya menjelaskan acara yang diadakan selama tiga hari tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
“IBI rutin mengadakan kegiatan ini, setiap tahunnya bisa mencapai 150 bidan pesertanya. Hal ini sangat penting. Bagi saya, bidan di Kutim sangat perlu diperhatikan dan dibimbing. Agar mereka memahami informasi terbaru di dunia kesehatan. Kedepannya mereka dapat menjadi bidan yang handal.
Menurutnya bidan merupakan ujung tombak. Karena dimanapun bidan dipastikan ada. Termasuk di pelosok sekalipun. Itulah alasan bidan dituntut berkualitas baik. Baginya bidan harus mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Hal tersebut menjadi tolok ukur kemampuan mereka.
“Bidan harus cerdas, pasalnya mereka yang menangani hidup matinya ibu dan bayi yang akan dilahirkan jika tidak ada dokter. Jadi mereka harus bersungguh-sungguh,” ujar Yuli.
Dirinya berharap kegiatan ini akan terus berlanjut ditahun mendatang. Di sisi lain dirinya mengungkapkan harapannya agar pemerintah dapat melirik dan membantu kegiatan tersebut.
“Saya sangat berharap banyak pihak yang peduli untuk kegiatan ini. Karena kami melakukan pelatihan secara mandiri semata untuk menjadikan bidan Kutim semakin layak,” tutupnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: