BONTANG – Target kepabeanan 2017 lalu mencapai 200 persen. Capaian tersebut melebihi dari yang ditargetkan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Tipe madya Pabean C (KPPBC TMP C) Bontang pun mengapresiasi para mitra kerja kepabeanan.
Kepala KPPBC TMP C Bontang, Esti Wiyandari mengatakan, dari target total penerimaan sebesar Rp 19,8 miliar, realisasi bea masuk dan penerimaan pabean lainnya mencapai Rp 39,9 miliar. Sementara pajak dalam rangka impor mencapai Rp 142,7 miliar. Sehingga jika dipresentasikan mencapai 201,30 persen dari target yang ditetapkan oleh kantor pusat yakni Kemenkeu. “Makanya kami apresiasi mitra kerja kami yang dalam kesehariannya melakukan kepengurusan ataupun melaksanakan kegiatannya dengan bermitra dengan kami,” jelas Esti di kantornya, Rabu (4/4) kemarin.
Dikatakan Esti, tanpa mitra kerjanya pihaknya tak bisa mencapai target dengan baik. Oleh karena itu, sebagai instansi pemerintah di bidang kepabeanan tentu memiliki fungsi sebagai revenue collector, trade facilitator, industrial assistance, dan community protector. “Tugas kami sebagai revenue collector itu tak bisa dimungkiri yakni mengumpulkan penerimaan negara dengan menjalankan segala kegiatan untuk membiayai segala kegiatan APBN di negara kita ini,” ujarnya.
Sebagai tugas trade facilitator dan industrial assistance juga, Esti menuturkan telah memetakan kepabeanan yang ada di Bontang. Secara umum, wilayah kerja bea cukai Bontang meliputi ekspor yakni untuk komuniti batu bara dan gas. Sedangkan impornya, pihaknya menerima bahan baku industri seperti gas dan kimia, juga pupuk untuk keperluan perkebunan kelapa sawit. Oleh sebab itu, dari kegiatan tersebut, Esti menyatakan pihaknya mengetahui tren ekspor impor di Kota Bontang. “Sehingga jika tiba-tiba di Bontang ada orang impor kain gulungan, produk elektronik, mainan, atau handphone maka itu semua tidak akan masuk ke wilayah Bontang. Makanya, itu semua menjadi pengawasan kami terhadap apa yang masuk di bea cukai Bontang ini,” bebernya.
Mengingat saat ini era digital, Esti pun mengatakan pihaknya telah memberikan pelayanan online yang aktif selama 24 jam. Tetapi harus segera mendapat respon dari kantor kas negara terkait bukti pembayarannya. Karena dikhawatirkan jika ada yang ingin mengimpor, sementara belum selesai pengurusan bea cukainya maka pihaknya siap asistensi. Hal itu dalam rangka mendorong, memudahkan, dan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Mengingat investasi itu tak akan berjalan jika cost-nya tinggi, waktu pelayanan lama, proses ribet dan tak jelas.
“Saya terapkan kepada seluruh importir apabila ingin melakukan importasi apapun apalagi barang itu belum pernah masuk, silakan datang ke kami, kami wellcome dan akan berikan asistensi. Sebelum rencana, bahkan sebelum barang itu dikapalkan,” beber dia.
Sebenarnya, lanjut dia, bea cukai tidak dalam taraf mencari-cari. Pihaknya justru ingin menumbuhkan industri lokal apalagi yang bisa diekspor. Sehingga tujuan bea cukai lebih ke multiplier effect bukan lagi target pencapaian importir. “Kami tumbuhkan industri lokal agar mampu mendapatkan pasar di luar negeri dan melakukan proses ekspor dengan mudah. Yang kami raih itu tentu dari pajak ekspor, devisa, pendapatan daerah yang juga menjadi konsen kami,” tukasnya.(mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: