SANGATTA – Sepekan jelang ramadan menjadi hal yang dikhawatirkan kalangan ibu rumah tangga di Sangatta. Pasalnya mereka merasa ketakutan tidak dapat memasak karena sulitnya mendapat gas elpiji tiga kilogram.
Seorang ibu rumah tangga di Desa Sangkima Sangatta Selatan, Dina mengutarakan kekesalannya saat diwawancarai perihal kondisi elpiji di daerahnya. Dirinya merasa khawatir atas keadaan yang dialaminya.
“Masa langka terus-menerus. Lalu bagaimana kami mau masak untuk keluarga saat bulan puasa. Kalo sulit mencari gas bisa-bisa kami tidak sahur,” ujarnya saat ditemui Selasa (8/5).
Saat disinggung perihal imbauan pembelian di agen resmi, dia mengatakan kesulitannya untuk melakukan hal tersebut. Pasalnya di daerahnya tidak ada agen seperti yang dianjurkan. Selain itu, menurutnya jarak ke desa Sangatta tidaklah dekat.
“Saat pemerintah bilang banyak gas di agen resmi dan tidak mengalami kelangkaan, lalu kenapa kami kesulitan mendapat gas tiga kilogram. Seharusnya jalur pemasarannya dibenahi. Kami hanya masyarakat biasa yang awam tentang prosedur penyaluran gas bersubsidi. Lagipula di sini tidak ada agen seperti itu, kami hanya tau ada warung yang menjual ya untuk dibeli. Jika terus diimbau membeli ke agen resmi hanya satu tabung dengan menempuh jarak 13 kilometer itu bukanlah hal yang wajar,” katanya.
Dia menyampaikan harapannya agar pemerintah lebih bijak dalam memerhatikan masyarakat kecil. Baginya hal seperti ini harus langsung dicek ke lapangan.
“Ini saja belum puasa saya sempat tiga hari tidak masak karena tidak ada gas melon di sini. Saya sempat mendengar isu gas tiga kilogram akan diganti ke lima kilogram. Seharusnya jika mau diganti jangan langsung dilangkakan begini. Kan bisa saja yang ukuran lima kg dikeluarkan dan yang tiga kg perlahan-lahan tarik. Lama-kelamaan kan kami akan terbiasa dan beralih. Tapi setidaknya kami diberi sosialisasi yang jelas,” terangnya.
Dirinya merasa tidak stabilnya gas sangat tidak sebading. Menurut pendapatnya perusahaan minyak negara, ada di Sangatta. Ia merasa wilayah tinggalnya menjadi salah satu daerah yang kurang diperhatikan.
“Saya rasa kurang logis jika Sangatta sampai darurat gas elpiji, sampai saya harus menyimpan stok cadangan. Karena jikapun ada harganya pasti mahal. Padahal perusahaan migas berdiri kokoh di daerah saya ini, masa kami yang harus merasa kesulitan mendapatkannya. Sangatta tidak seperti daerah lain yang sangat mudah mendapat gas. Ya tidak sesuailah, seperti anak tiri saja,” tutupnya. (*/la)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post