Kondisi kaki yang tidak sempurna bukan hanya membuat Sahril terlambat berjalan. Namun, seumur hidupnya dia mesti melangkah sempoyongan. Seolah belum cukup, teman-teman di sekolah memperolok-olok kekurangannya. Merasa malu, Sahril berhenti sekolah.
LUKMAN MAULANA, Bontang
Siang itu Sahril terbaring telungkup di ruang tamu rumahnya. Sudah sebulan punggung dan pinggangnya terasa sakit saat digerakkan. Berbaring jadi satu-satunya pilihan demi tidak menambah rasa sakit yang menerpanya. “Sakitnya di sini,” ujarnya lirih seraya menunjuk ke tulang belakangnya.
Sebelum rasa sakit itu menimpanya, Sahril masih bisa beraktivitas seperti biasa. Walaupun langkah kakinya selalu tak beraturan karena kondisi tulang kaki yang tidak rata. Alhasil, Sahril selalu terlihat terhuyung-huyung saat berjalan. Kondisi ini sudah dialaminya sejak bayi, ketika dia baru bisa berjalan di usia tiga tahun.
Syam Sam, ibunda Sahril berkisah, putranya tersebut lahir dalam kondisi normal di tahun 1981. Baru kemudian di usia satu bulan, mulai terlihat kelainan pada kaki Sahril. Kelainan ini terus berlangsung seiring pertumbuhannya. Dia bisa berjalan, namun tidak seperti orang normal.
“Jalannya sempoyongan. Karena memang kakinya tidak rata,” jelas Syam saat ditemui media ini di kediamannya di Jalan Pangandaran RT 12 Berebas Pantai.
Sebagaimana anak-anak seusianya kala itu, Sahril juga bersekolah di SD yang ada di daerah asalnya, Polmas (sekarang terpecah menjadi Polewali Mandar dan Mamasa), Sulawesi. Namun, kondisi fisik dan cara jalannya yang tidak normal membuatnya jadi bahan olok-olokan dari teman-temannya. Tak kuat di-bully, Sahril pun menjadi malu dan enggan melanjutkan sekolah.
“Dia jadi minder karena sering diolok-olok temannya. Dia lalu minta berhenti sekolah. Padahal dia itu anaknya pintar menulis,” kenang Syam.
Hari-hari berikutnya dilalui Sahril dengan mengurung diri di rumah. Tak banyak yang dilakukannya selain membantu orangtuanya di rumah. Bahkan hingga sang ibu pindah ke Bontang, Sahril lebih banyak berdiam di rumah. Sesekali dia berjalan keluar rumah atau berbincang dengan teman dan tetangganya. Atau melakukan salah satu kegemarannya, bermain catur.
“Anaknya pintar bermain catur. Sering diajak tanding oleh pak RT. Dia memang pintar bermain catur,” sebut Syam.
Bertahun-tahun berlalu, tak ada yang berubah dari kondisi Syam. Hingga kini usianya sudah mencapai 35 tahun. Menariknya, selama itu pula kondisi Sahril tidak pernah diperiksa secara medis. Sehingga belum diketahui secara pasti tentang kondisi kelainan fisik yang dideritanya. Kata Syam, sebenarnya dia sudah berkeinginan memeriksakan Sahril ke dokter. Namun, putra sulungnya tersebut bersikeras tidak mau periksa.
“Sudah sering saya ajak untuk periksa. Saudara-saudaranya juga marah-marah menyuruh dia untuk mau periksa. Tapi dianya tetap tidak mau. Alasannya dia malu, tetap tidak mau,” ungkap ibu lima anak ini.
Sementara adik-adiknya sudah bekerja dan menikah, Sahril tetap tinggal bersama ibunya. Syam dengan dibantu anak-anaknya yang lain pun mesti membiayai kebutuhan Sahril sehari-hari. Bukannya tidak mau bekerja, namun kondisi fisik Sahril tidak memungkinkannya untuk bekerja. “Kaki kirinya lemah. Kaki kanannya yang selama ini digunakan untuk tumpuan berjalan,” tambahnya.
Syam sendiri telah menjanda sejak 1993, tak lama setelah putri bungsunya lahir. Sempat bekerja di rumah makan, saat ini keseharian Syam berjualan kue kering dan basah. Hasilnya tak menentu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun semua itu dijalani Syam Sam dengan pasrah. Kondisi putra sulungnya yang tidak seperti orang kebanyakan pun diterimanya dengan ikhlas. “Mau bagaimana lagi,” ujar Syam sambil mengusap air mata dengan kain jilbabnya.
Kondisi Sahril ini telah diketahui oleh Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Bontang. Siskah Haya, penjangkau LK3 Bontang menuturkan, yang dibutuhkan Sahril saat ini adalah memastikan kondisi kelainan di kakinya. Karena itu, LK3 akan berkoordinasi dengan Puskesmas Bontang Selatan II untuk memeriksa Sahril.
“Dipastikan dulu kondisi kaki Sahril itu seperti apa. Apalagi dalam sebulan ini dia mengaku sakit di tulang belakangnya. Alhamdulillah setelah saya temui kemarin, yang bersangkutan bersedia kooperatif apabila nanti datang tim dari Puskesmas untuk memeriksa kakinya,” jelas Siskah. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post