Oleh Lukman M, Redaktur Bontang Post
GELARAN Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim 2018 telah usai. Pasangan Isran Noor-Hadi Mulyadi ditetapkan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim terpilih untuk periode lima tahun mendatang. Persaingan antar kandidat calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) yang sebelumnya ngotot memperebutkan kursi orang nomor satu Bumi Etam pun berakhir pula.
Banyak cerita menyelimuti Pilgub Kaltim yang bertujuan mencari pengganti Awang Faroek Ishak tersebut. Berbagai drama tak luput mewarnai betapa sengitnya keempat pasangan calon (paslon) yang disebut memiliki peluang yang sama besar memenangkan kontes demokrasi ini. Mulai dari yang positif seperti kemesraan dalam debat publik, hingga yang yang negatif seperti dugaan-dugaan pelanggaran kampanye.
Meski faktanya angka golongan putih (Golput) atau warga yang tidak menggunakan hak pilihnya tercatat begitu besar, mencapai angka satu juta jiwa, penyelenggaraan Pilgub Kaltim yang termasuk dalam salah satu bagian Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018 ini patut diacungi jempol. Karena di sepanjang tahapannya berlangsung dengan aman dan damai.
Memang riak-riak kecil tetap ada, namun secara garis besar penyelenggara pemilu meliputi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menyatakan pilgub berjalan begitu kondusif. Pun begitu, tidak ada keberatan dari para peserta pilgub, sehingga tahapannya berjalan mulus. Ketakutan akan terjadinya konflik sosial khususnya yang berbau Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) nyatanya tak terjadi.
Hal ini tentu layak diapresiasi. Dalam hal ini berbagai elemen masyarakat bersama pemerintah sudah berupaya keras mewujudkan pilgub yang jauh dari konflik. Tak seperti di beberapa daerah lainnya yang diwarnai beragam polemik dan intrik. Dari sini jelas bisa disimpulkan bahwa penyelenggaraan pilgub di Kaltim patut dijadikan teladan bagi daerah-daerah lainnya yang menggelar pilkada.
Teladan lain yang saya lihat dan layak ditiru juga muncul dari salah satu kandidat Cagub Kaltim. Adalah Rusmadi, mantan Sektretaris Provinsi (Sekprov) Kaltim yang menjajal peruntungannya dalam pesta demokrasi lima tahun sekali ini. Meski bukan berlatar politisi murni, namun sikap yang ditunjukkan Rusmadi merupakan cerminan politisi sejati.
Ya, Rusmadi baru saja terjun ke politik di momen Pilgub Kaltim tahun ini. Dukungan masyarakat disebut-sebut membuat pria berdarah Jawa asal Sungai Dama ini memberanikan diri meletakkan jabatan PNS tertinggi di Kaltim demi bisa melangkah menuju kursi Gubernur. Praktis, sosok birokrat sekaligus akademisi ini pun berubah menjadi politisi dengan dukungan dari PDI Perjuangan, parpol penguasa Senayan.
Bukan sekadar aji mumpung, Rusmadi menunjukkan sikap serius dalam keputusannya banting setir menjadi politisi. Meski terbilang baru dalam percaturan politik regional, nyatanya Rusmadi mampu menandingi bahkan mungkin melampaui para politisi senior dalam hal bersikap. Sikap ini terlihat semakin jelas dan menonjol di tahapan pemungkas pilgub, Selasa (24/7) lalu.
Dalam penetapan Isran-Hadi sebagai duet pemimpin anyar Kaltim, Rusmadi menjadi satu-satunya cagub yang kalah, yang hadir dalam agenda KPU tersebut. Dua cagub lainnya tidak datang. Kehadiran Rusmadi ini tentu menjadi penilaian sendiri di masyarakat, bahwa sosok yang pernah menjabat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim itu menunjukkan sikap sportif dan legawa.
Meski kalah, Rusmadi bisa berlapang dada. Sikap yang mesti ditunjukkan para peserta setiap kompetisi menerima kekalahan dan mengakui kemenangan lawan. Dia datang di momen penetapan Isran Noor sebagai Gubernur Kaltim terpilih. Bukannya tersenyum kecut atau bermuka masam, Rusmadi datang dengan semringah, penuh senyum, bahkan menjabat erat tangan Isran. Sikap positif yang menunjukkan bahwa Ketua Ikapakarti Kaltim ini begitu menghargai sebuah kompetisi.
Hebatnya, beberapa hari sebelum penetapan Isran Noor sebagai gubernur terpilih, Rusmadi sudah terlebih dulu memberikan ucapan selamat kepada mantan Bupati Kutai Timur (Kutim) tersebut. Ya, Rusmadi menjadi cagub pertama yang memberikan ucapan selamat secara langsung dengan mendatangi kediaman Isran di Sungai Kunjang.
Dalam pertemuan itu, dengan wajah berseri-seri, Rusmadi menuturkan sikap legawanya, dan memercayakan masa depan Kaltim ke tangan Isran. Polemik dugaan pelanggaran dalam pilgub yang sempat diangkat tim suksesnya, lantas diakhirinya saat itu juga. Dalam pertemuan itu, Rusmadi turut menyatakan bahwa kompetisi telah usai, sekarang saatnya untuk bersama-sama membangun Kaltim.
Sebagai kandidat pemimpin daerah, tentu akan wajar bila Rusmadi memiliki ambisi menang di pilgub. Namun ambisi seperti ini dalam beberapa kasus pilkada di Indonesia, kerap kali menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Pasalnya para kandidat yang kalah, biasanya tidak mau menerima kekalahan, ngotot mengajukan gugatan, hingga melakukan hal-hal yang memunculkan konflik dan keresahan sosial. Alih-alih memikirkan nasib rakyat, para kandidat tersebut malahan begitu kentara menunjukkan keegoisannya, tampak bila yang dikejar sebenarnya kekuasaan belaka.
Rusmadi tidak demikian. Dengan cepat mengakui kekalahan serta memberikan ucapan selamat secara langsung kepada pemenang. Apa yang dilakukannya merupakan sikap politisi sejati. Sikap yang patut diteladani oleh para politisi, bukan hanya di Kaltim, namun di daerah-daerah lain di Indonesia. Mengingat para politisi dewasa ini kerap digeneralisasikan dengan beragam metafora berkonotasi negatif.
Sikap Rusmadi ini di sisi lain merupakan tamparan bagi PDI Perjuangan selaku partai pengusung. Kita mungkin masih ingat betapa cawagub DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, absen saat pelantikan Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan beberapa waktu lalu. Padahal bila dibandingkan pengalaman Djarot, Rusmadi jelaslah “anak kemarin sore” dalam dunia politik. Sikap kedewasaan dalam berpolitik nyatanya tak ditentukan lamanya seseorang berpolitik. Rusmadilah contoh nyatanya.
Sikap politisi sejati yang ditampilkan Rusmadi, seharusnya menjadi perhatian serius bagi PDI Perjuangan dalam menata peta politik pada tahun-tahun berikutnya. Rusmadi jelas sosok politisi yang bisa bersinar di masa depan. Sikap politiknya yang begitu dewasa, sangat bisa menarik simpati masyarakat luas. Tinggal bagaimana parpol memolesnya agar semakin bersinar memberikan manfaat kepada masyarakat secara umum, maupun kepada parpol itu sendiri secara khusus.
Rusmadi jelas bukan politisi sembarangan. Sosok seperti ini langka. Sosok-sosok seperti inilah yang dibutuhkan bangsa ini di zaman now. Bukan lagi para politisi yang hanya mau menang sendiri. Para politisi senior mestinya malu dengan apa yang dilakukan Rusmadi. Karena Rusmadi yang “masih hijau” itu nyatanya mampu menjadi politisi sejati tanpa harus mengumbar banyak janji. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post