Oleh Lukman M, Redaktur Bontang Post
HARI ini, 28 Oktober diperingati sebagai hari sumpah pemuda. Tepatnya 90 tahun yang lalu, para pemuda dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dalam suatu kongres, untuk menyatukan cita-cita para pemuda dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa. Cita-cita itulah yang dikenal dengan “Sumpah Pemuda”.
Tak bisa dimungkiri, peristiwa Sumpah Pemuda ini memiliki peran begitu besar dalam kemerdekaan Indonesia. Lantaran, pertemuan para pemuda ini menunjukkan adanya persatuan dari para pemuda Indonesia demi satu cita-cita mulia. Padahal sebelumnya para pemuda kala itu begitu terkotak-kotak dan saling bersifat kedaerahan sehingga begitu mudah dipecah belah.
Dalam Sumpah Pemuda yang dideklarasikan, para pemuda di zaman pergerakan dahulu menyatakan kesatuan dalam bertumpah darah yaitu tanah Indonesia, kesatuan dalam berbangsa yaitu bangsa Indonesia, dan kesatuan dalam berbahasa yaitu bahasa Indonesia.
Naskah Sumpah Pemuda menjadi sebuah pengakuan, bahwa meskipun berbeda-beda latar belakang, namun para pemuda mengharapkan kesatuan dalam bernegara. Sebagaimana tertuang dalam tiga kalimat Sumpah Pemuda yang begitu fenomenal. Yang sayangnya, mulai dilupakan oleh generasi penerus di masa sekarang.
Maka momen Sumpah Pemuda hari ini mesti dijadikan sebagai pengingat, betapa para pemuda dahulu bisa menjadi begitu bersatu di antara beragam perbedaan yang menyelimuti mereka. Padahal di zaman penjajahan kolonial Belanda itu, mengungkapkan persatuan dan nasionalisme bukanlah hal yang mudah. Terbukti bagaimana lagu Indonesia Raya saja mesti dinyanyikan tanpa lirik.
Sebagai generasi penerus di masa kemerdekaan ini, tentu para pemuda “zaman now” memiliki tugas yang berat dalam melanjutkan estafet Sumpah Pemuda ini. Tiga kalimat persatuan yang telah membakar para pejuang kemerdekaan 90 tahun yang lalu, haruslah juga ada dalam dada para pemuda di zaman yang sudah sangat bebas seperti sekarang ini.
Tentunya, bukan sekadar retorika, melainkan juga harus dibuktikan secara nyata. Jangan hanya bilang “Saya Pancasila”, namun kenyataannya nol. Atau malahan melakukan hal-hal tak terpuji yang mencederai semangat persatuan Sumpah Pemuda. Bila ini terjadi, maka sangatlah disayangkan dan bisa membuat menangis para pemuda yang telah susah payah mengambil risiko tinggi hanya demi mengutarakan tiga kalimat sumpah ini di masa lalu.
Membuktikan sumpah ini sebenarnya tidaklah susah di masa sekarang. Sangat jauh berbeda dengan yang dilakukan para pemuda tatkala mereka masih hidup di bawah ancaman penjajah. Maka kita para pemuda “zaman now” mesti banyak bersyukur terhadap kemerdekaan yang terwujud salah satunya berkat Sumpah Pemuda.
Para pemuda 90 tahun yang lalu membuktikan sumpahnya dengan berjuang merebut kemerdekaan. Sementara bagi para pemuda di masa kemerdekaan ini, pembuktian yang dilakukan adalah ikut berperan dalam mengisi pembangunan, mewujudkan Indonesia yang maju, aman, tenteram, dan sejahtera sebagaimana cita-cita kemerdekaan.
Intinya adalah bagaimana kita bisa berkarya sebaik mungkin sesuai dengan bidang yang kita geluti masing-masing. Penekananya ada pada niat dan tujuan berkarya, yang lebih diperkuat dalam hal aspek kebangsaan. Jangan sekadar mencari keuntungan materi atau pribadi, atau malahan jangan sampai mengorbankan bangsa sendiri.
Contohnya, pemuda yang bekerja di bidang pertanian mesti mengupayakan agar hasil pertanian di Indonesia menjadi berkualitas serta melimpah. Sehingga dapat dirasakan semua masyarakat dalam negeri, bahkan kalau bisa jadi ekspor. Jangan malah menjatuhkan industri pertanian dalam negeri dengan kebijakan-kebijakan atau hal-hal yang merugikan petani. Misalnya kebijakan impor di tengah kondisi surplus petani lokal sebagaimana yang tengah dilakukan pemerintah sekarang.
Contoh lainnya, pemuda yang bekerja di bidang perhubungan, mesti mengupayakan kemandirian bangsa dalam hal pemenuhan alat-alat transportasi. Bisa dengan menciptakan inovasi produk-produk otomotif untuk diproduksi massal, sehingga tidak lagi bergantung pada impor produk asing yang selama ini akrab dengan kita. Pun demikian, jangan malah keahlian yang dimiliki digunakan untuk memperkaya bangsa lain, dan melupakan bangsa sendiri.
Sejatinya, para pemuda Indonesia “zaman now” memiliki beragam prestasi yang bisa membanggakan negeri. Pembuktian mereka terhadap tanah air dan bangsa, turut dilakukan dengan sepenuh hati sampai-sampai tak memikirkan imbalan atau balas jasa. Murni demi mewujudkan cita-cita Indonesia. Tak sedikit kita bisa baca kisah-kisah para pemuda berprestasi yang begitu menginspirasi lewat beragam karyanya.
Sayangnya, kerap kali upaya para pemuda untuk membuat bangsa ini bersinar dihalangi oleh batasan-batasan atau aturan-aturan yang dibuat pemerintah. Ambil contoh kisah Ricky Elson, teknokrat muda Indonesia yang dianggap sebagai perintis mobil listrik nasional. Sayangnya, regulasi dari pemerintah membuat inovasinya tak kunjung terealisasi.
Padahal di luar negeri, kemampuan Ricky sudah sangat diakui lewat belasan teknologi motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan di Jepang. Alhasil, Ricky kembali ke Jepang, perusahaan tempatnya bekerja dahulu lantaran tak mendapat tempat dan dukungan dari pemerintah Indonesia. Bila sudah demikian, siapakah yang harus disalahkan?
Ricky Elson adalah satu dari banyak pemuda Indonesia berbakat yang terlewatkan oleh negeri ini. Mereka terbentur regulasi dan alasan-alasan tak berdasar lainnya dari pemerintah yang membuat mereka tak berkembang. Bukan pemerintah secara umum, melainkan oknum-oknum pejabat pemerintah yang sejatinya memberikan ruang bagi pemuda demi kemajuan bangsa.
Padahal, keberadaan pemuda memiliki peran penting bagi suatu negara. Sebagaimana diungkapkan oleh Presiden Soekarno lewat kata-katanya yang begitu fenomenal “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Dengan adanya “penjajah” dari bangsa sendiri, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para pemuda untuk semakin membuktikan sumpahnya kepada negeri. Dalam hal ini, para pemuda yang memegang teguh Sumpah Pemuda, mesti berupaya keras menyingkirkan para “penjajah” itu. Bisa dengan cara terjun berpolitik, atau dengan berusaha keras menduduki posisi-posisi strategis demi memperluas ruang para pemuda membuktikan sumpahnya.
Memang di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, tantangan bagi para pemuda Indonesia semakin besar saja. Derasnya arus informasi bisa melenakan para pemuda tumpuan generasi bila tak dikendalikan dengan baik. Bahaya narkoba, rokok, pornografi, hedonisme, dan kecanduan video game bisa melemahkan sendi-sendi pemuda sehingga tak mampu lagi berkarya. Bila sudah demikian, negara ini berada dalam bahaya.
Nyatanya pemuda tak bisa bergerak sendiri. Pemerintah punya andil bagaimana menggerakkan pemuda mereka. Sehingga menjadi pemuda yang berkualitas, mumpuni, berdaya saing tinggi, dan siap melanjutkan pembangunan negeri. Mari jadikan momen Sumpah Pemuda ini sebagai pengingat kepada para pemuda untuk membuktikan sumpahnya, dan kepada pemerintah untuk memberikan ruang pembuktian sumpah tersebut. Hidup Pemuda Indonesia! (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post