Rahma Dini (13) beserta teman-temannya tak pernah menyangka, agenda jalan-jalan di kawasan danau yang terletak di Jalan Harun Nafsi, Gang Karya Bersama, Loa Janan Ilir berujung maut, Selasa (20/11) kemarin. Nurul Huda Aulia (11), salah seorang temannya ditemukan tewas usai tenggelam selama tiga jam di danau.
DEVI NILA SARI, Samarinda
MENURUT keterangan saksi yang merupakan teman korban, Rahma Dini, kejadian itu berawal ketika mereka yang selesai lari pagi. Tak ada kegiatan, mereka berdua memutuskan berjalan-jalan bersama teman-temannya sekira pukul 07.00 Wita memasuki area perhutanan yang berada di gang tersebut.
Ajakan tersebut langsung disetujui oleh korban dan empat teman lainnya yakni Gina Fauziah (11), Farel (11), Sani (8), dan Rifaldi (11). Keenam anak tersebut kemudian berangkat memasuki kawasan hutan yang berada di Gang Karya Bersama. Di sana, Dini mengaku, menemukan pegunungan, sawah, dan danau nahas tersebut.
Karena dalam perjalanan kaki mereka kotor, tutur Dini, akhirnya mereka memutuskan untuk cuci kaki sekaligus bermain sambil foto-toto di kawasan danau tersebut. Namun nahas bagi Nurul, kakinya tergelincir ke dalam danau.
Ia pun langsung menarik tangan Gina dan Dini yang ikut tercebur ke dalam danau. Beruntung bagi Dini karena ia dapat berenang. Sedangkan kedua temannya Gina dan Nurul tidak dapat berenang.
Di saat bersamaan, Dini bersama temannya yang masih berada di atas danau mencoba menyelamatkan Gina dan Nurul. Sayangnya, hanya Gina yang mampu diselamatkan. Sedangkan Nurul tenggelam ke dalam danau.
“Saya sudah menggenggam tangan Nurul. Tapi, ketika itu tangan Nurul langsung lemas dan terlepas. Akhirnya kami langsung memanggil warga untuk turut mencari Nurul. Saya juga sudah mencoba untuk menyelam kembali namun tidak dapat menemukan Nurul,” beber Dini.
Sementara itu, Paman korban, Yani (41) barkata, korban tidak izin ketika hendak pergi. Sedangkan saat kejadian kedua orang tua korban sedang berada di ladang.
Menurutnya, lubang yang menjadi saksi keponakannya menghembuskan napas bukan merupakan lubang tambang. Lubang tersebut adalah danau yang dahulunya jurang tak berair dengan kedalaman sekira delapan meter.
Namun, karena ada pembangunan jalan tol di atasnya dan ada urukan tanah, lambat laun membuat jurang tersebut terisi air dan menjadi sebuah danau.
“Anak-anak terkadang memang suka main-main di sana. Di sana tidak hanya ada kolam itu. Tapi ada dua sampai tiga kolam lainnya. Karena di atasnya ada bekas urukan tanah, membuat danau penuh akan lumpur. Itu menjadi salah satu kendala. Karena ketika ada yang tercebur, kolam akan langsung keruh,” ungkap Yani.
Ayah korban, Junaidi (36) mengaku, sekira pukul 06.00 Wita kemarin melihat anak sulungnya itu bangun dan terlihat bersiap-siap akan pergi. Saat itu, Nurul mengenakan setelan terusan merah putih.
Ketika anak pertamanya itu akan pergi, Junaidi berkata, sempat menanyakan Nurul hendak ke mana. Hanya saja, karena posisi Nurul sudah di depan pintu pertanyaan tersebut terucap tanpa sempat dijawab.
“Saya tidak tahu dia mau ke mana. Cuma saya pikir kan mungkin hanya bermain-main di sekitar sini saja. Soalnya Nurul tidak pernah main jauh,” tutur Junaidi.
Tak berselang lama, ia pun berangkat ke ladang. Junaidi sendiri mengaku tidak memiliki firasat apapun mengenai kejadian yang akan menimpa anak sulungnya itu.
Sekira dua jam anaknya dinyatakan tenggelam, tutur Junaidi, ia baru diberitahu mengenai kabar tersebut. Ketika dirinya pergi ke lokasi, suasana sudah ramai akan warga yang mencari keberadaan kakak Zairullah itu.
“Tepat satu jam pas saya tiba di lokasi kejadian, anak saya baru ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Langsung saya bawa pulang,” ungkap dia.
Terpisah, Kanit Reskrim Polsekta Samarinda Sebrang, Iptu Dedi Setiawan menegaskan, bahwa lubang tersebut bukan merupakan lubang tambang. “Bukan, bukan lubang tambang itu,” singkatnya. (*/dev)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post