SANGATTA- Bencana anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kutim belum berakhir. Bahkan kian menjadi. Harga TBS saat ini hanya berkisar Rp 400.
Bahkan, tak sedikit hasil panen petani tak diangkut lantaran sudah melewati batas waktu. Seperti buah brondolan (buah yang terlepas dari tandan kosong) dipastikan dibuang begitu saja. Perusahaan menolak membeli buah brondolan tersebut.
Melihat fenomena ini, Sekretaris Dinas Perkebunan (Disbun) Kutim, Kasianto pun tak dapat berbuat banyak. Ahli pertanian ini menilai turunnya harga TBS sudah merupakan ketentuan dan permainan pasar. Tak hanya terjadi di Kutim, akan tetapi seluruh Indonesia.
Menurut pengetahuannya, beberapa sebab terbesar turunnya harga TBS lantaran adanya penghentian impor crude palm oil (CPO) oleh Uni Eropa. Sehingga terjadi rendahnya permintaan namun tingginya produksi perusahaan maupun petani. Kemudian, kabar lainnya ialah terjadinya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok.
Namun masalah terbesar karena petani tak bermitra dengan perusahaan. Sebab, anjloknya harga hanya terjadi pada petani swadaya. Sedangkan petani mitra masih menikmati harga sesuai dengan ketentuan pemerintah. Harga masih di atas Rp 1.000 perkilo. “Solusi terbaik ialah bermitra dengan perusahaan. Buat lembaga, buat koperasi,” ujar Kasianto.
Tapi pertanyaannya, apakah para petani swadaya siap untuk bermitra. Pasalnya, bermitra memiliki syarat tertentu. Pertama, masalah bibit dan lahan. Apakah bibit tersebut asli dan lahan tersebut milik sendiri. “Kalau bibit tidak asli, perusahaan pasti tak mau bermitra. Syaratnya ialah memotong pohon lama dan menggantinya dengan bibit asli. Intinya harus bermitra agar harga tetap stabil,” katanya.
Sebelumnya, beberapa petani di Kutim, mengeluh atas anjloknya harga TBS. Saking kesalnya, mereka membakar TBS tersebut. Hal ini terjadi di Teluk Pandan, Bengalon, dan beberapa kecamatan lainnya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post