KASUS gangguan kesehatan dengan dugaan keracunan di SMA YPK Bontang berimbas pada munculnya kekhawatiran para siswa dan siswinya. Dalam hal ini, ada ketakutan di antara siswa untuk jajan makanan dan minuman di kantin sekolah. Karena ada kemungkinan gangguan kesehatan tersebut dikarenakan makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah.
Rahma Mayawati, siswi kelas X adalah salah satunya. Biasanya dia jajan di kantin sekolah. Namun sejak adanya kasus dugaan keracunan di sekolahnya, Rahma belum lagi jajan di kantin sekolah. Orangtuanya telah membuatkan bekal tersendiri untuk dikonsumsi di sekolah. “Iya, khawatir. Sama orangtua disuruh bawa bekal dari rumah,” ujar Rahma.
Adanya ketakutan ini juga diungkapkan Benhard, siswa kelas XII SMA YPK. Saat ditemui Bontang Post Jumat (10/2) kemarin, dia menyebut memang ada sebagian temannya yang takut jajan di sekolah setelah adanya kasus dugaan keracunan yang terjadi di sekolah tersebut. Meski begitu, Benhard sendiri mengaku tidak takut dan tetap jajan di kantin sekolah.
“Saya tidak khawatir, saya tetap jajan di kantin. Karena kan belum pasti kalau itu sebabnya makanan dan minuman di kantin. Apalagi dari keterangan teman-teman yang mengalaminya, mereka makan makanan yang berbeda,” jelas Benhard.
Namun rupanya tidak semua siswa mengetahui tentang kasus dugaan keracunan yang terjadi di sekolah. Beberapa siswa yang ditemui media ini mengaku belum tahu saat ditanya adanya siswa yang mengalami gangguan kesehatan. Beberapa di antaranya mencoba menghindar saat hendak ditanyai.
Kekhawatiran siswa ini rupanya berimbas pada jumlah kunjungan ke kantin. Sudarsono, salah seorang pedagang di kantin sekolah mengaku adanya pengurangan tersebut setelah terjadi kasus ini. Meski tidak merinci jumlahnya, namun pria yang berdagang gorengan ini merasakan penurunan jumlah pembeli dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Kata dia, kasus seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Makanya dia heran ketika beberapa siswa mengalaminya. Apalagi salah satu dugaannya karena makanan dan minuman di kantin. Dia terkejut karena selama ini pihak puskesmas rutin melakukan pemeriksaan kesehatan untuk makanan dan minuman yang dijual di kantin.
“Kalau setelah muncul kasus belum ada lagi pemeriksaan. Jadi saya tidak bisa bicara apa-apa karena memang belum ada hasilnya apakah memang benar dari kantin. Jangan sampai nanti jadi saling tuduh,” sebut Sudarsono yang mengaku sudah berdagang di sana sejak 2006.
Sementara itu Kepala SMA YPK Bontang Rakim mengatakan, meski terdapat siswanya yang diduga keracunan, namun pihaknya tetap membuka kantin sekolah. Selain karena belum ada kaitan pasti dengan gangguan kesehatan tersebut, kantin sekolah menjadi satu-satunya tempat penjualan makanan dan minuman di sekolah tersebut.
“Semuanya masih dievaluasi. Maka belum mengarah kemana-mana. Belum ada hubungannya dengan kantin,” ujar Rakim.
Dia menyebut saat ini pihak sekolah bersama tim tengah mencari indikasi penyebab gangguan kesehatan tersebut. Menurutnya, bisa saja ada faktor lain yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Misalnya ada siswa yang kelelahan karena kegiatan olahraga yang dilakukannya. Dalam hal ini tim melakukan evaluasi secara menyeluruh dalam menyikapi kasus ini.
“Penyebabnya belum diketahui. Jadi belum mengarah kemana-mana termasuk ke kantin. Apalagi selama ini rutin ada pemeriksaan dari puskesmas terhadap makanan dan minuman di kantin sebulan sekali,” tegasnya. (luk)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: