Beri Bimbingan Agar Terhindar dari Dampak Buruk
BONTANG – Sekolah melarang siswa dalam merayakan hari valentine. Ini dikarenakan banyak dampak buruk yang terjadi pada siswa bila hari tersebut sampai dirayakan.Terkait hal ini, beberapa sekolah pun memiliki cara dalam membimbing siswanya tidak terjerumus dari hal negatif dari perayaan tersebut.
Seperti penjelasan Titi Wurdiyanti misalnya, Kepala SMAN 1 Bontang ini mengaku dalam mencegah hal tersebut, Pihaknya pun akan memberikan imbauan kepada para siswa-siswinya melalui pengeras suara, untuk tidak ikut serta dalam merayakan momen yang sering disebut Hari Kasih Sayang ini, sehari sebelum 14 Februari dan juga melalui media sosial seperti Line. “Siswa sekarang lebih suka menggunakan Line untuk aktivitas bermedia sosialnya, sekolah harus mengikuti perkembangan siswa,” kata Titi, kemarin (13/2).
Secara spesifik, pengumuman yang diberikan melalui grup kelas di Line tersebut, selain berbentuk imbauan untuk tidak ikut merayakan Hari Valentine, juga diberikan tambahan informasi seputar sejarah dan asal mula munculnya Hari Valentine. Cara tersebut, lanjut Titi ternyata ampuh kepada siswa Smansa. Imbauan melalui Line ini, lanjut Titi sudah dijalankan sejak 2014 silam. “Setelah membaca sejarah tersebut, mereka jadi tak ada minat untuk merayakannya. Menganggap seperti hari-hari biasa saja,” jelasnya.
Titi tak menampik, perayaan Hari Valentine memang kerap dihiasi dengan tindakan yang dapat mengarah ke seks bebas. Namun dia bersyukur, sebab seluruh siswa Smansa dinilai jauh dari tindakan seperti itu. Penguatan akhlak dan karakter anak yang dibangun di sekolah menjadi bekal siswa menjauhi hal-hal yang dilarang agama.
“Sepengetahuan saya, meskipun ada rasa sayang timbul diantara lawan jenis, mereka masih dalam batas wajar dan tidak berlebihan. Menurut saya masih tidak masalah. Karena itu gejolak remaja yang beranjak puber atau dewasa,” kata Titi.
Namun,gejolak atau semangat muda tersebut harus disalurkan ke hal-hal yang positif, agar berdampak baik kepada diri sendiri. Pembinaan melalui kegiatan keagamaan pun juga digalakkan di Smansa. “Bahkan kalau di Rohis (Rohani Islam), antara laki-laki dan perempuan diberi hijab, ada pembatas dan jarak diantaranya. Bahkan kalau menurut mereka di Rohis, Valentine itu bisa saja diharamkan,” ujar Titi.
Meski imbauan sudah diberikan, Titi secara resmi tak pernah mengeluarkan surat edaran untuk tidak ikut merayakan Hari Valentine. Jika ada siswa non-muslim yang ingin merayakan, menurutnya di persilakan saja. Asalkan, tidak melanggar etika, norma, dan moral di masyarakat. Namun bagi siswanya yang muslim, Titi menghimbau untuk tidak merayakannya. “Karena kalau di Islam sudah jelas hukumnya,” jelasnya.
Begitu pun Wakil Kepala SMK YKPP Bontang, Hasdar Jaya menjelaskan, adapun cara pihaknya membina para muridnya di hari valentine, namun sebelumnya dia menyampaikan dari pribadinya pun, dia sangat tak mendukung adanya perayaan tersebut. Bahkan selama ini, ia juga tidak pernah merayakan, dengan alasan hari kasih sayang itu bukan hanya di waktu hari tersebut, melainkan bisa dirayakan setiap hari.
Namun yang paling mendasar penolakan hari tersebut baginya dikarenakan banyak anak muda mengorientasikan hari tersebut dengan hal-hal yang negatif. “Dalam hari raya tersebut, yang saya tahu banyak anak muda menyusupin hari ini dengan acara seks bebas dan narkoba,” ungkapnya.
Adapun upaya sekolah dalam mencegah hal buruk dalam perayaan ini, yakni dengan memberikan sosialisasi terhadap anak didiknya dan bekerja sama dengan orang tua murid. Pasalnya dalam mencegah hal negatif bisa menimpa pada diri anak, bukan hanya peran dari guru saja. Melainkan peran orang tua pun sangat begitu penting dalam menjaga anak mereka terpengaruh dari hal-hal yang demikian.
“Di hari Senin saat upacara, kami juga sampaikan kepada para murid dalam buruknya terhadap hari valentine,” ujarnya.
Dikatakannya terkait hari tersebut, pernah di tahun lalu ada kejadian hari valentine ini akan dirayakan. Para murid mereka pun diundang dalam menghadiri acara tersebut. Namun karena pihak sekolah mengetahuinya, para murid pun dikumpulkan untuk diberikan pencerahan dalam merayakan hari tersebut, ditakutkan ada dampak buruk dalam pelaksanaannya. Sehingga diputuskan sekolah waktu itu, para murid dilarang ikut berpartisipasi dalam acara ini.
“Bila ada yang sampai kedapatan, tentunya waktu itu akan kami peringatkan, sebab kami pun pantau siswa kami bila ada yang hadir di acara tersebut,” ungkapnya.
Terkait hal tersebut, sejatinya ia masih mengapresiasi siswa-siswi di Bontang. Meskipun ada tindak kenakalan para remaja, namun menurutnya tidak setinggi yang ada di kota-kota besar. Ini dikarenakan peran guru, orang tua, pemerintah, dan aparat keamanan di Bontang masih begitu solid.
“Mengenai hari valentine, Disdik di tahun lalu membuat surar edaran untuk melarang merayakan hari tersebut,” tegasnya.
Begitu pun di SMA Daarul Hikmah Boarding School (DHBS) Sebagai sekolah berbasis Islam, sekolah tersebut tidak mengenal valentine day. Dalam hal ini, 14 Februari dilewati sebagaimana hari-hari biasa tanpa ada kegiatan khusus. Hal ini selain karena kesadaran masing-masing siswa, juga disebabkan peran guru yang terus mengingatkan para siswa tentang mudaratnya tradisi ini.
“Setiap malam ada kegiatan ceramah agama pada para siswa. Di situlah kami ingatkan para siswa untuk tidak mengikuti tradisi ini. Karena valentine day berasal dari ajaran di luar Islam dan tidak sesuai dengan syariat Islam,” kata Setiawan, humas Yayasan DHBS.
Melalui ceramah inilah, bibit-bibit yang dapat mengotori akidah para siswa dikonter oleh sekolah. Termasuk salah satunya yaitu perayaan hari valentine. Dalam hal ini, pihak sekolah menjelaskan mengenai asal-usul valentine dan mengapa hari ini tidak untuk dirayakan. Dengan pendidikan Islam yang dimiliki, para siswa pun menyadari sendiri bahwa valentine bukan untuk mereka rayakan atau peringati.
“Mereka menyadari hal itu. Mereka tahu bahwa hari valentine bukan untuk orang Islam. Tanggal 14 dianggap hari biasa saja seperti hari-hari lainnya. Malahan mereka disibukkan dengan PR masing-masing, yang meliputi materi-materi hapalan. Apalagi sekarang ini menjelang ujian,” jelasnya.
Karenanya, Setiawan menyebut tidak pernah ada temuan di lingkungan sekolah terkait siswa yang melakukan tradisi valentine seperti bagi-bagi cokelat, bunga, atau kado. Namun begitu pihaknya tidak tahu bila siswa melakukannya di luar lingkungan sekolah. (ver/luk/zul)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post