SAMARINDA – Seorang driver Gojek bernama Rahman (39), mengaku jadi korban penganiayaan sejumlah sopir angkutan kota (angkot). Kejadian itu berlangsung di Jalan Slamet Riyadi, Kecamatan Sungai Kunjang, Senin (6/3).
Sejak suara penolakan keberadaan jasa transportasi berbasis aplikasi di Samarinda, karyawan Gojek mulai waswas beraktivitas di jalan. Termasuk yang dirasakan Rahman saat hendak pulang dengan menyusuri jalan di tepian Sungai Mahakam. “Saya pikir jalan malam hari aman, dan tidak ada sweeping,” ujar Rahman.
Siang sebelum dicegat, dia sudah mendapat peringatan dari para sopir angkot yang mogok bekerja dan berdemo di sejumlah titik antero kota. “Awalnya teguran biasa,” imbuh Rahman. Hanya, dia tidak menyangka aksi penolakan itu semakin represif.
Saat dicegat, Rahman dipaksa menanggalkan jaket seragam. Kunci motornya pun diambil sebelum akhirnya dikeroyok oleh tujuh orang tersebut. Lewat pesan singkat itu, rekan sesama pengemudi Gojek langsung mendatangi lokasi tempat Rahman berada. Sementara itu, pelaku yang melihat gerombolan kedatangan driver Gojek, langsung melarikan diri.
Tidak semua berhasil kabur. Jumardin, salah seorang di antaranya, berhasil dtangkap. Atas laporan warga, personel Polresta Samarinda pun menyusul ke lokasi kejadian.
Sementara itu, korban dilarikan ke RSUD AW Sjahranie untuk menjalani pengobatan sekaligus visum untuk melengkapi berkas laporan ke kepolisian. Soal aksi penolakan keberadaan jasa transportasi online, Rahman menyerahkan pilihan kepada masyarakat. “Semua masyarakat yang menilai, lebih baik tidak ada permusuhan, sama-sama mencari rezeki,” sebut Rahman.
Sementara Jumardin mengaku, dirinya hanya ikut-ikutan dalam aksi pengeroyokan itu. Dia pun membenarkan, para pengeroyok itu berlatar belakang profesi sopir angkot. “Saya diajak saja,” ungkapnya. Untuk kepentingan penyelidikan, kepolisian tidak memperkenankan awak media untuk mengambil gambar pelaku. Jumardin menambahkan, sejak adanya kehadiran jasa transportasi online, pendapatannya terus menurun.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Sudarsono menerangkan, lebih baik, jangan sama-sama memanas. “Kan sedang menunggu keputusan, jangan beraksi provokatif,” tegas Sudarsono. Jika ada laporan, dirinya tak segan-segan menindaklanjuti keluhan korban akibat adanya perseteruan dua kelompok moda transportasi. (*/dra/ndy/kpg/gun)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post