Ketika Dokter Harus Siap Bertugas Menangani ODHA
Terjun di dunia kedokteran sudah jadi impian pria satu ini. Dunia yang memiliki tuntutan profesi tinggi. Melayani pasien dengan sepenuh hati.
Senyuman hangat terus mengembang kepada siapa saja yang menyapanya. Nada tegas namun terurai kala ia berbicara. Hal itu melengkapi intelektual sang dokter. Ya, dia adalah dr. Rakhmadi Syaban’nur. Dokter ini bertugas di RSUD Kudungga, Sangatta, Kutai Timur.
Mengabdi sebagai dokter untuk pemerintah, mengharuskan dia siap di mana saja ditugaskan. Sekalipun bertahun-tahun di desa ataupun kecamatan yang jauh dari hiruk-pikuk kota.
Pria kelahiran Samarinda, itu sudah sejak 2013 mengabdi di kota Sangatta, Kutai Timur. Saat itu dia memulai karier dari tenaga kerja kontrak daerah ( TK2D ) RSUD Kudungga medio April 2013 hingga Maret 2014. Sebelumnya, setelah lulus dari Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, Samarinda, Kaltim pada Agustus 2012, anak dari pasangan H.M.Said Zaini dan HJ. Qusthaniah itu sempat satu tahun mengabdi di RSUD Kudungga, Sangatta, Kutai Timur,sebagai Tenaga Kerja Kontrak Daerah ( TK2D ) medio April 2013 hingga Maret 2014. Kemudian di angkat menjadi PNSD Kutim periode Maret 2014 hingga sekarang.
Periode 2014, dia diangkat menjadi Ketua Tim Penanggulangan HIV/AIDS RSUD Kudungga, Sangatta, Kutai Timur, hingga sekarang dan pada periode yang sama dirinya diangkat menjadi Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kutai Timur, setelah itu pada bulan Januari 2017, Rakhmadi dipercaya menjadi koordinator dokter umum IGD RSUD Kudungga, Sangatta, Kutai Timur hingga saat ini. Antara profesi dan organisasi mampu di jalaninya secara bersamaan.
Untuk karier sampai diangkat menjadi PNS, Rakhmadi termasuk dokter beruntung. Baru satu tahun tugas pertama sebagai honorer di RSUD Kudungga, dia langsung diangkat menjadi PNS.
“Kebetulan saat itu ada tes CPNS dan memang tenaga kesehatan sangat dibutuhkan di Kutai Timur,” ujarnya akhir pekan lalu.
Tugas sebagai seorang dokter menurut dirinya merupakan sebuah kewajiban kemanusian dan tugas agama dalam membantu orang lain. Dia pun tidak menampik menemui berbagai macam karakter pasien yang dihadapinya, namun baginya sebagai abdi negara mesti bersiap tugas dimana saja.
Berbicara mengenai kegiatannya menjadi Ketua tim penanggulangan HIV/AIDS RSUD Kudungga, Sangatta, Kutai Timur, dirinya mengaku cukup berat jika harus meninggalkan profesi tersebut. Mengingat hanya Rakhmadi satu- satunya dokter yang terbilang ahli, terlebih dirinya baru saja melatih untuk menanggulangi tenaga medis Kecamatan Sangatta Utara untuk penanggulangan HIV/AIDS.
Sembari melayani pasien kala berbincang dengan Sangatta Post, bagi dia, tugas sebagai apapun sebagai dokter harus siap mental. Dengan tugas yang sekarang sebagai ketua tim penanggulangan HIV/AIDS, Rakhmadi mengaku sangat terbantu dengan hadirnya tenaga ahli di setiap kecamatan. “Saya akan sangat kewalahan jika sendiri, namun sekarang saya betul-betul terbantu dengan adanya tim di 18 kecamatan,” bebernya.
Melihat fenomena banyak masyarakat yang anti pati terhadap Orang Dengan HIV/AIDS ( ODHA ), menurut Rakhmadi, jangan menjauhi ODHA, meskipun penyakit ini merupakan jenis penyakit menular melalui hubungan seksual atau pemakaian jarum suntik bekas maupun transfusi darah, namun secara pergaulan biasa penyakit ini tidak menular, mereka butuh support atau dukungan. “ ODHA tidak menular melalui pergaulan biasa, jangan jauhi orangnya, namun jauhi sumber penyakitnya, jika tidak ingin terjangkit,” tegasnya.
Dia menyadari banyak masyarakat yang takut dengan ODHA, itu disebabkan kurang tahunya masyarakat tentang ODHA, padahal tidak semenakutkan seperti yang di bayangkan selama ini di kalangan masyarakat. Bagi dia, ODHA itu harus dipahami dan diberi semangat dalam menghadapai penyakitnya. Dia juga berkeinginan, perlu ada satu lagi dokter untuk penanggulang HIV/AIDS di RSUD Kudungga, tidak bisa ditangani sendiri.
“Perlu adanya penambahan dokter dalam penanggulang HIV/AIDS, ini penting untuk bisa memberikan pemahaman dan pelatihan kepada tim – tim terpadu penanggulangan HIV/AIDS di Kutai Timur, meskipun saat ini semua kecamatan sudah ada tim tersebut, namun untuk pedesaan dan di RSUD sendiri setidaknya memang perlu di tambah, karena penyebaran penyakit tersebut bisa meningkat, melihat kondisi sosial di Sangatta,” paparnya. (car)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post