SAMARINDA – Perlahan tapi pasti, harga batu bara mulai merangkak naik. Awal pekan ini saja, IHSG terdongkrak oleh sejumlah saham tambang, salah satunya milik PT Bumi Resources (BUM). Momentum yang sangat ditunggu bagi penambang emas hitam ini dijadikan upaya meningkatkan produksi. Meski demikian, ketergantungan terhadap batu bara ini harus perlahan ditinggalkan.
Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Samarinda (APBS) Eko Prayitno mengatakan, kenaikan harga batu bara disambut baik oleh para pengusaha batu bara di Benua Etam. Dia mengatakan, hal itu terjadi lantaran permintaan juga mengalami kenaikan. Tak hanya batu bara, permintaan migas pun ikut naik. “Akibat adanya kesulitan ekonomi global, pabrik industri mengurangi permintaan sehingga pemakaian berkurang. Dari situ supply dan demand berbalik,” jelas Eko.
Dia mengatakan, dengan adanya kenaikan harga ini, tentu memberikan dampak bagi sejumlah perusahaan batu bara di Kaltim. Kata dia, perusahaan yang masih beroperasi saat harga jatuh, tentu berdampak maksimal. Namun, perusahaan yang sudah jatuh tidak secara otomatis bisa bergerak lagi. “Semisal dulu ada sekitar 100 perusahaan dengan harga turun tersisa 50 perusahaan yang masih jalan. Ketika harga naik, tidak otomatis jadi 100 perusahaan lagi. Bisa jadi sekitar 70 perusahaan saja,” sebutnya.
Menurut Eko, banyak faktor penyebab tak semua perusahaan tambang bangkit lagi. Terlebih modal awal untuk memulai beroperasi cukup besar. Dia menjelaskan, yang perlu dilakukan para pengusaha batu bara di Kaltim saat ini adalah memanfaatkan momentum dengan meningkatkan produksi.
Selama ini para pengusaha yang bertahan pada harga sulit menurunkan produksinya. Hal itu menyebabkan kegiatan yang dihasilkan hanya di fase break event point (BEP) atau untung tipis. Jika benar-benar dihentikan, malah tambah rugi. “Maka dengan harga sudah bagus, tingkatkan produksi untuk mengembalikan seperti sebelumnya,” imbuhnya.
Eko mengakui, harga batu bara memang fluktuatif. Tapi, kata dia, saat ini trennya cenderung naik. Untuk mempersiapkan bila harga turun, setiap perusahaan harus bermain di jumlah produksi. Bila harga bagus, harus cepat-cepat meningkatkan produksi saat harga turun bertahan dengan efisien.
Terpisah, akademisi ekonomi dari Universitas Mulawarman Aji Sofyan Effendi mengatakan, meski harga batu bara naik, sudah saatnya meninggalkan ketergantungan pada emas hitam tersebut. “Sebab, dampak sosial lebih besar dari dampak ekonomi,” tegasnya.
Menurut dia, bagi entitas bisnis, perusahaan batu bara kembali bangkit sangat bagus untuk melakukan recovery dan merekrut kembali tenaga kerja yang selama ini yang dirumahkan. Sofyan mengatakan, dalam ekonomi makro jangka panjang Kaltim, sudah saatnya bisnis batu bara diakhiri. Apalagi Pemprov Kaltim saat ini tengah melakukan transformasi. “Kenaikan harga batu bara tak terlampau penting lagi. Ada sumber penghasilan selain batu bara di masa depan,” tuturnya.
Kalaupun bisnis emas hitam menggeliat lagi, dia menegaskan, wajib lakukan hilirisasi produk. Dia mengatakan, meski batu bara merupakan salah satu leading sektor, tapi tidak terlampau signifikan jika ditinjau dari dampak lingkungan dan kontribusi pajak. “Positifnya hanya meningkatkan lapangan kerja lagi,” urainya.
Dia menjelaskan, ekonomi ibarat tubuh manusia yang bisa beradaptasi ketika sakit. Perekonomian Kaltim saat ini sedang beradaptasi dengan baik, sudah terbiasa dengan harga batu bara yang tak kunjung naik. “Kalaupun pertumbuhan ekonomi ada minus, lebih disebabkan migas, bukan batu bara,” kata Sofyan.
Lesunya sejumlah bisnis, semisal hiburan malam, kata dia, saat ini tak sepenuhnya karena batu bara. Menurut dia, ada banyak faktor. Salah satunya dalam perspektif penyelenggaraan pemerintah akibat adanya tsunami APBD. Sebab, menurut dia, orang kelas menengah ke atas tak selalu berasal dari kalangan batu bara, tapi juga dari sektor perdagangan, sawit. “Perusahaan besar tak hanya batu bara. Agak naif jika kita menyebut melesunya hiburan malam lantaran batu bara,” pungkasnya. (*/hdd/lhl/k16/kpg/gun)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post