Cerita Niken Ayu Kiswari Jadi Sukarelawan di KPAID Samarinda
Keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain membawa Niken Ayu Kiswari aktif menjadi sukarelawan. Sempat tiga tahun lebih bergerak di Pusat Informasi dan Konseling (PIK) di kampusnya, kini bungsu dua bersaudara ini yakin bergerak bersama Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Samarinda.
LUKMAN MAULANA, Samarinda
Muda dan positif, itulah yang tampak dari sosok Niken saat ditemui Metro Samarinda (Kaltim Post Group) di kampusnya, Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda. Kepada media ini, Niken bertutur ihwal keaktifannya menjadi sukarelawan.
Kegiatan sang ibunda, Tumiyati sebagai kader Keluarga Berencana (KB) membawa Niken berkenalan dengan kegiatan positif untuk remaja.
“Kebetulan ibu saya kader KB. Beliau paham dengan program-program tentang PIK. Dari situ saya diberi tahu tentang program-program untuk remaja,” kenang Niken, Ahad (16/4) kemarin.
Disadari Niken, saat ini banyak remaja yang menghabiskan masa mudanya untuk kegiatan-kegiatan negatif. Karena itu, Niken punya niat untuk berbagi informasi kepada para remaja agar tidak terjerumus hal-hal negatif tersebut. Dia pun bergabung dalam Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa (PIK-M) yang merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) di kampusnya.
“Saya mulai berbagi informasi melalui PIK-M sejak 2013. Tujuan awalnya sih ingin bisa bermanfaat bagi orang lain. Selain cari pengalaman, juga cari pahala. Dari situ kegiatan saya berkembang,” ungkapnya.
Di PIK-M, Niken aktif melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang ada di Kota Tepian. Khususnya di tingkat SMP-SMA. Sosialisasi yang dilakukan yaitu menyampaikan tentang Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Dia menyampaikan kepada para remaja tentang bahayanya pernikahan dini, seks pranikah, dan narkoba.
“Sifatnya lebih ke pencegahan,” tambah Niken.
Dari pengalaman di PIK-M itulah, Niken lantas tertarik membuat skripsi berjudul “Perlindungan Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)”. Judul ini diambilnya mengingat perlindungan terhadap anak-anak korban KDRT masih terbilang minim. Berbeda dengan orang dewasa yang telah memiliki kematangan pola pikir, anak-anak masih rentan dalam hal psikologis dan masih membutuhkan perlindungan khusus.
“Untuk menyelesaikan skripsi ini, saya putuskan melakukan magang dan penelitian secara langsung di KPAID Samarinda,” ujar mahasiswi semester 8 Fakultas Kesehatan Masyarakat Bidang Peminatan Promosi Kesehatan ini.
Terhitung sejak 22 Februari lalu, Niken mulai menjadi sukarelawan di KPAID. Sebagai mahasiswi magang, jam kerja normalnya mulai pukul 08.00 Wita sampai 15.00 Wita. Namun di luar jam tersebut, sebagai sukarelawan Niken mesti siap kapan pun dibutuhkan. Yaitu ketika KPAID membutuhkannya melakukan pendampingan pada anak-anak yang bermasalah atau berhadapan dengan hukum.
“Kalau sukarelawan itu enggak ada waktu kerja khusus. Bisa sampai malam hari. Apalagi kalau harus mendampingi pembuatan BAP (Berkas Acara Pemeriksaan) dan visum, pasti lama,” ungkap Niken.
Niken mengaku tidak kaget saat pertama kali menjadi sukarelawan di KPAID. Pasalnya sebelumnya di PIK-M dia juga sudah sering berhadapan dengan kasus seks bebas dan penyalahgunaan narkoba. Namun begitu dia kaget karena yang ditangani kini bukan sekadar anak-anak bandel. Melainkan lebih banyak anak-anak yang berhadapan dengan hukum.
“Dari situ saya mulai belajar dan mengerti tentang hukum,” kata Niken yang pernah menjadi Putri Duta Generasi Berencana (Genre) Samarinda tahun 2014, dan di Kutai Kartanegara (Kukar) tahun 2015.
Sebagai sukarelawan, cukup banyak kasus yang ikut ditanganinya. Baik itu kenakalan remaja seperti ngelem dan narkoba, juga kasus-kasus persetubuhan atau pencabulan di bawah umur. Untuk kasus pencabulan, Niken bukan hanya mendampingi korban pencabulan yang dilakukan orang dewasa, tapi juga seks bebas yang dilakukan sesama remaja.
“Kasus-kasus itu bukan hanya dari Samarinda, tapi juga limpahan dari daerah lain, di antaranya dari Berau dan Paser,” tutur Niken.
Berawal dari magang dan penelitian, gadis kelahiran Tenggarong 22 tahun lalu ini semakin terlibat dalam kegiatan-kegiatan KPAID. Dia diajak bergabung sebagai fasilitator dalam penyuluhan “Generasi Tanpa Narkoba” yang dilakukan KPAID ke sekolah-sekolah di Samarinda. Dia juga sudah dipercaya mendampingi anak-anak korban pencabulan.
“Pertama kali saya mendampingi kasus pencabulan, dengan tersangka lebih dari satu. Buat saya merupakan kasus besar, miris sekali mengetahui kasus seperti ini masih ada di Samarinda,” jelasnya.
Pendampingan terhadap kasus ini memang menjadi pengalaman berkesan bagi Niken. Tragedi yang menimpa korban membuatnya begitu berempati. Dia pun membayangkan bila kasus tersebut terjadi pada keluarganya. Apalagi dirinya juga sama-sama seorang perempuan. Makanya dia sempat terbawa emosi dan menangis ketika tengah mendampingi korban.
“Lalu saya diberi tahu rekan saya sesama relawan, agar tidak terbawa suasana saat melakukan pendampingan. Jangan menangis karena bisa membuat klien kurang nyaman,” urai Niken.
Mendapatkan informasi dari anak-anak ini memang bukan hal yang mudah. Apalagi yang mengalami trauma akibat suatu tragedi. Perlahan Niken mempelajari karakter-karakter anak-anak yang beragam. Ada yang terbuka, ada yang mudah marah, ada yang menghindar, dan ada juga yang penakut. Sehingga Niken dituntut untuk bisa sabar dalam mendampingi mereka semua.
“Intinya harus sabar, harus nanya pelan-pelan, berusaha sok akrab. Tanyakan masalahnya perlahan. Harus pintar-pintar menyesuaikan diri supaya anak nyaman dengan saya. Kalau nyaman pasti akan cerita panjang,” terang cewek yang hobi dandan ini.
Lewat kiprahnya sebagai sukarelawan, Niken bersyukur karena bisa membantu orang banyak. Seperti yang diungkapkan di awal, selain mencari pengalaman, dia juga ingin mencari pahala dan berbagi informasi dengan orang banyak. Diakuinya, miris melihat kondisi remaja di Samarinda saat ini. Bila sebelumnya hanya tahu dari sekadar teori, kini dia bisa terjun langsung menangani kasus-kasus perlindungan anak yang ada.
“Makanya saya bilang, kalaupun skripsi saya sudah selesai, saya ingin tetap bergabung sebagai sukarelawan di KPAID. Karena saya miris melihat anak-anak yang ada di Samarinda sekarang, pergaulannya semakin rusak,” bebernya.
Menurut Niken, maraknya kasus kenakalan remaja saat ini salah satunya dikarenakan peran orang tua yang belum maksimal. Dalam hal ini, orang tua kurang memperhatikan dan mengawasi pergaulan anak-anak mereka. Selain itu orang tua tidak ada saat anak-anak membutuhkan kehadiran mereka. Alhasil anak-anak pun mencari pelarian dan salah bergaul.
“Mau bagaimanapun keluarga tetap tempat yang paling nyaman buat anak-anak. Walaupun keluarganya termasuk kalangan berada, tapi kalau orang tua kurang memberikan perhatian, anak bisa jadi korban. Kasus di Samarinda akan lebih sedikit bila kesadaran orang tua tinggi,” papar Niken.
Apa yang dipelajarinya di bangku kuliah sendiri cukup mendukung apa yang dilakukan Niken sebagai sukarelawan. Salah satunya terkait kesehatan reproduksi. Melalui kegiatannya, dia ingin menyampaikan kepada para remaja di bawah umur untuk menjauhi seks bebas. Karena selain mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan dan dilarang agama, seks bebas juga bisa menyebabkan penyakit.
“Hubungan seks itu minimal dilakukan di usia 21 tahun dan mesti dalam pernikahan. Karena di usia tersebut organ reproduksi sudah siap. Bila dilakukan sebelum usia tersebut rentan terkena kanker serviks. Karena organnya belum siap untuk itu,” jelasnya.
Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai relawan ini Niken mengaku mendapat dukungan dari orang tua. Apalagi Ketua KPAID Samarinda, Adji Suwignyo tak lain adalah pamannya sendiri. Sehingga orang tuanya tidak khawatir saat Niken mesti berhadapan dengan berbagai kasus yang ada. Yang terpenting harus izin dan konfirmasi ke orang tua bila pulang terlambat karena ada kasus yang ditangani.
Sebagai sukarelawan, tidak masalah baginya mendapat bayaran atau tidak. Karena tujuannya murni kemanusiaan, untuk membantu orang lain dan mencari pahala. Prinsipnya, Niken ingin yang dilakukannya bisa lebih baik dari yang dilakukan sebelumnya. Baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan sekitarnya.
“Saya ingin membantu supaya tingkat kenakalan remaja bisa turun. Kalau masih remaja saja sudah seperti itu, ke depannya mereka mau jadi seperti apa,” tegas Niken yang sempat bercita-cita menjadi dokter gigi ini. (***)
TENTANG NIKEN
Niken Ayu Kiswari
TTL: Tenggarong, 5 Juni 1995
Ortu: Sunaryoko (bapak), Tumiyati (ibu)
Kakak: Didik Gunawan Prabowo
Pendidikan:
- SDN 012 Tenggarong Seberang
- SMPN 1 Tenggarong Seberang
- SMAN2 Tenggarong
- S1 Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
Alamat: Jalan Cempedak Nomor 29 RT 07 L2 Blok B Tenggarong
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: