Ayah, Ibu, dan Anak Kompak Dulang Prestasi  

TERIMA MEDALI: Mustakim Pandang (dua dari kiri), Hasbiah (tengah), serta Saputra Hadi Kusuma (dua dari kanan) menunjukkan medali yang mereka terima saat mengikuti Fornas, Oktober silam.(Saputra for Bontang Post)

Era globalisasi bukan untuk menenggelamkan budaya Indonesia. Namun era digital dan keterbukaan informasi serta komunikasi saat ini justru harus dijadikan momentum untuk melestarikan budaya bangsa yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.

Adiel Kundhara, BONTANG

Salah satu upaya melestarikan budaya bangsa, di antaranya adalah pelestarian permainan tradisional dan olahraga rekreasi yang banyak dijumpai di masyarakat. Hal itulah yang sedang dilakoni keluarga Mustakim Pandang, satu keluarga yang menekuni olahraga sumpit.

Tak banyak orang piawai memainkan olahraga tradisional yang populer di kalangan suku Dayak ini. Dibutuhkan konsentrasi dan kecermatan akan sasaran ketika bermain olahraga ini. Siapa yang mendapatkan akumulasi poin terbanyak, maka dialah yang berhak naik podium kemenangan.

Berawal dari coba-coba, Mustakim dan keluarga yang bermukim di Kelurahan Api-Api ini kemudian berniat untuk melestarikan permainan ini. Bahkan sang anak, Saputra Hadi Kusuma (25), kini menjadi superstar di cabor yang kerap memainkan dua kategori, tunggal dan beregu.

Awalnya, Putra –begitu akrab disapa– pada 2010 lebih condong menggemari olahraga tradisional lainnya, yaitu logo. Namun, dirasa tidak dihinggapi Dewi Fortuna saat pertandingan, maka ia memutuskan untuk berpindah haluan ke sumpit.

Menurutnya, sumpit bukanlah olahraga yang  melekat di hati para pemuda. Terbukti dari kejuaraan pertama di Erau Pelas Benua, Guntung, di 2012 lalu hanya sedikit yang terbius akan keunikan dari olahraga ini. Hal itu menjadi pendobrak semangat Putra untuk menekuni olahraga tersebut.

“Kalau sedikit anak muda berarti besar peluang saya. Karena di saat orang tua sudah tidak produktif  bermain sumpit, maka kesempatan saya untuk mendapatkan prestasi sangat besar,” kata Putra.

Akan tetapi, perjuangannya saat itu belum mulus. Kendati tidak menjadi pemenang, namun dari 10 peluru yang ditembakkan terdapat dua yang mengenai sasaran dengan jarak tembak 20 meter.

Hasil itu membuat Putra termotivasi untuk giat berlatih lagi. Setahun berselang, prestasinya meroket. Putra tercatat masuk di urutan ke-9 pada kejuaraan yang berlangsung di Kutai Kartanegara. “Tak percaya, baru memegang sumpit sudah masuk urutan sembilan,” paparnya.

Beberapa bulan kemudian, piala Gubernur menanti ukiran prestasinya. Di event tersebut, namanya melambung tinggi setelah berhasil memperoleh juara harapan pertama. Melalui event ini, ia menyakinkan dirinya sendiri untuk fokus di cabor sumpit.

Torehan prestasi kembali disabetnya Februari 2016 di Pantai Sekerat, Sangatta. Walaupun sempat down akibat lokasi yang diselimuti angin laut, tetapi ia sadar akan faktor kunci keberhasilan, yakni konsentrasi.

Pada saat itu, ia lebih memilih tampil di nomor buncit dari 63 peserta yang mengikuti perlombaan tersebut. Strategi itu digunakan untuk melihat arah angin ketika lawan mulai menyumpit.

“Kebanyakan peserta lain lari dari papan sararan. Ketika berlomba saya lihat arah angin terlebih dahulu sebelum menembak, di kejuaraan itu saya juara 2,” ucapnya.

Hasil ini membuat namanya semakin dikenal di kancah cabor sumpit. Bahkan, beberapa peserta lain menyebut Bontang memiliki atlet potensial dengan usia yang masih belia.

Di lokasi Malapeh, Kutai Barat, Oktober 2016, ia memperoleh undangan untuk ikut berlomba di acara adat Kutai. Sayangnya, di kategori perorangan ialah mengalami kekalahan. Akan tetapi, ia bisa membalas di sektor beregu dengan dengan memperoleh predikat pertama.

“Kekalahan di perorangan buat celah saya untuk bermain bagus di beregu,” tutur pria yang juga pernah menjadi wartawan ini.

Sebulan kemudian giliran Kutai Timur menjadi saksi penampilan terbaik Putra. Melalui perlombaan yang digelar oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kutim ia mendapatkan medali emas di kategori jarak 20 meter.

“Pada saat itu peserta lain kaget saya ikut, hal itu membuat saya percaya diri untuk tampil terbaik,” ucapnya.

Di 2017, namanya kembali terangkat saat dipercaya Kaltim bertarung di ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas). Bersama ayah dan ibunya ia berhasil menyabet juara dua beregu jarak 15 meter, juara 3 perorangan jarak 15 meter, juara 3 perorangan jarak 25 meter, juara 3 perorangan jarak 30 meter, serta best player sumpit se-Indonesia.

Sementara itu Hasbiah (50), Ibu dari Putra ini menekuni olahraga sumpit semenjak 2013. Ia dikenalkan dengan olahraga tradisional ini oleh teman dari suaminya.

“Awalnya coba-coba, lama-lama ketagihan. Sehari saya bisa 4 kali latihan,” kata Hasbiah.

Kegigihan tersebut berbuah hasil. Hasbiah menggondol juara ketiga kategori jongkok, dengan jarak tembak 20 meter di Melak, tahun 2013.

Tak jarang pula selama proses latihan, ia kerap ditegur karena tembakannya meleset jauh. Namun, hal tersebut dijadikan sebagai pelecut semangat untuk tampil yang terbaik.

Di Fornas, ia juga membawa harum nama Kota Bontang dengan mendapatkan predikat juara ketiga untuk nomor perorangan 15 dan 25 meter. Prestasi gemilang ini akibat kesederhanaan dan kegigihan keluarga ini. Tak jarang ketika hendak bertanding, keluarga ini kerap dihadang persoalan biaya.

“Pernah kami mencari pinjaman hingga menjual motor. Uangnya kami pakai untuk berangkat berlomba,” tuturnya.

Bahkan setiap hendak berangkat berlomba, ia selalu memanjatkan doa kepada sang pencipta. Dengan nazar, apabila berhasil memperoleh juara, maka sebagian hadiah akan disedekahkan di musala dekat tempat berlomba. “Sedekah menjadi hal yang wajib kami lakukan,” pungkas Hasbiah.

Sementara suami Hasbiah, Mustakim (56) kini menyandang sebagai ketua perkumpulan olahraga tradisional sumpit, lego, dan gasing (Sulega). Status tersebut membuat keinginannya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat terutama pelajar untuk mengkampanyekan olahraga tradisional ini. Menurutnya, olahraga sumpit baik bagi kesehatan. Hal ini sehubungan dengan latihan pernapasan saat melakukan tiupan.

“Sering sosialisasi ke anak-anak sekolah seperti SMP Muhammadiyah, SMP Negeri, dan SMP Bahrul Ulum,” kata Mustakim.

Tak hanya puas dengan bertanding, Mustakim kini membangun bisnis produksi alat sumpit. Dikatakannya, bisnis ini menggiurkan karena memperoleh pesanan di lingkup Kaltim. Di antaranya, penyumpit dari daerah Kutim, Kukar, dan Paser.

“Bisnis ini kalau dijumlahkan sudah mencapai ratusan juta Rupiah,” tambahnya.

Mesin pembuat perlengkapan tersebut didatangkan dari Samarinda. Sementara bahan baku dipasok dari Jawa.

Berkaitan dengan peran pemerintah, olahraga ini dulunya di bawah koordinasi Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar). Seiring waktu, Formi ditunjuk untuk mengkoordinasi atlet-atlet olahraga tradisional.

“Saya berharap olahraga tradisional tidak punah tergerus zaman. Mengingat ini merupakan warisan kekayaan budaya dari nenek moyang yang tak dijumpai di negara lain,” pungkasnya. (***)

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version
https://www.bethhavenbaptistchurch.com/ anakslot https://torontocivics.com/ http://sultansawerlogin.com slot gacor arya88 slot gacor slot raffi ahmad slot raffi ahmad 77 https://attanwirmetro.or.id/ https://attanwirmetro.or.id/dolph/asd/ https://idtrack.co.id/ https://autoglass.co.id/ slot raffi ahmad 77 https://dabindonesia.co.id/ slot gacor https://tesiskita.com/ slot raffi ahmad https://bontangpost.id/ slot raffi ahmad 77 Anakslot https://karyakreatif.co.id/ slot raffi ahmad 88 Anakslot arya88 kicautoto kicautoto slot thailand https://www.ajlagourmet.com/ kicautoto situs raffi ahmad gacor slot raffi ahmad 88 situs scatter hitam situs scatter hitam slot toto Link Gacor Hari Ini Slot Bca Situs deposit 25 ribu https://cdn.sena.co.th/ toto 4d https://www.ajlagourmet.com/-/ daftar slot gacor