BANJARMASIN – Peredaran obat di kalangan pelajar sudah sampai taraf yang meresahkan. Jumlah obat yang beredar pun bikin geleng-geleng kepala. Saatnya menyelamatkan anak-anak kita.
Bagi Suriadi, bertani mungkin bukanlah pekerjaan yang menghasilkan lagi. Sejak tiga bulan ini dia memiliki profesi sampingan lain yang lebih menggiurkan: Jualan zineth. Pria berusia 37 tahun ini menyasar pasar yang labil dan menjanjikan: para pelajar.
Untunglah, warga Desa Mundar RT 01 Labuan amas Selatan Hulu Sungai Tengah segera diamankan hingga tak sampai lama merusak masa depan generasi di Barabai. Minggu (8/1) tadi dia dibekuk Satuan Narkotika Polres HST.
Suriadi mengakui pelajar adalah target pasarnya. “Dalam satu hari saja bisa menjual 5 sampai 10 boks, isi 1 boksnya 10 keping. Satu keping saya jual seharga 30 ribu,” ungkapnya.
Kapolres HST AKBP Mugi Sekar Jaya melalui Kasat Narkoba AKP Purnoto membenarkan tersangka Suriadi atau yang kerap dipanggil Acong ini kerap menjajakan obat-obatan daftar G kepada para pelajar.
Dari tangan Suriadi, para petugas menyita barang bukti sebesar 200 butir Zenit Carnophen. Serta uang tunai sebesar Rp. 1.353.500, yang diduga uang hasil penjualan obat-obatan tersebut.
Suriadi tak sendiri. Setidaknya, ada banyak lagi pengedar yang menjadikan para pelajar di Kalimantan Selatan sebagai pasar menggiurkan bagi keuntungan. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa penyalahgunaan obat di kalangan pelajar sudah semakin meresahkan akhir -akhir ini.
Dari data yang dikumpulkan Radar Banjarmasin di beberapa kabupaten kota dan Kalsel jumlah barbuk obat Gol IV yang ditangani polisi selama tahun 2016, mencapai angka 5.742.654 butir. Kebanyakan adalah jenis zenith/carnophen.
Tak heran, Kepala BNNK Banjarmasin, Ilyas, Jumat (6/1) tadi, memberi testimoni mengejutkan. Dari limapuluh sampel anak yang dites, empat puluh pernah konsumsi zenith. “Kita ambil sampel saja itu. Ya kalau semua persentase antara 80 – 70 persen anak pernah makai zenith,” ujarnya kepada Radar Banjarmasin.
Jumlah ini mengindikasikan ada bahaya yang mengincar kalangan muda khusunya pelajar di Banjarmasin. Penyalahgunaan obat-obatan menyulitkan BNNK dan aparat lainnya menindak. “Yang mereka konsumsi itu kan zenith. Nah itu obat-obatan saja, kami dan polisi tidak bisa menindak, kecuali pecandu,” akunya. Sebagai obat, zenith sendiri masih mudah ditemukan dijual bebas di pasaran.
Dari wawancara Radar Banjarmasin dengan salah satu pedagang zenith di Pasar Sudimampir Banjarmasin, dalam sehari mereka bisa menjual belasan keping obat itu. Keuntungan besar lagi, jika pembeli berasal dari jauh, misalnya dari Kotabaru atau kabupaten di hulu sungai. Dia akan meraup laba lebih besar lagi.
Dia mengaku mengambil dari agen besar mereka Rp20.000 per keping. Satu keping ada 10 butir obat yang sebenarnya untuk kesehatan tulang itu. Pedagang saat ditawar harga bertahan pada posisi Rp22.000 per keping, awalnya dia menawarkan Rp25.000.
“Bisa aja kurang asal ambil banyak,” kata penjual kepada Radar Banjarmasin, Senin (9/1) sore kemarin. Dia mendesak Radar Banjarmasin segera membeli, karena agen besar di sana tutup kalau malam. Begitu mudahnya menemukan zenith di pasar.
Rektor Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarmasin, Mustatul Anwar, mengatakan anak-anak tidak bisa terlalu disalahkan. Karena obat itu masih sangat mudah ditemukan dan dijual bebas. “Masalahnya kan itu. Pengedarnya masih banyak, mudah ditemukan,” keluhnya.
Dia memandang baik rencana DPRD Banjarmasin misalnya hendak membuat Perda Zenith. Namun kata Mustatul, penindakan yang mesti digalakkan. “Aturan sudah banyak. Ini kan masalah bisnis. Obat itu sudah jadi bisnis,” katanya.
Sementara, Rektor Universitas Achmad Yani (Uvaya), Hastirullah Fitrah, mengatakan banyak anak mengkonsumsi zenith karena dunia mereka tidak bahagia. “Beda dengan zaman kita dulu. Banyak kegiatan mengisi waktu. Sekarang apa? Dugem,” keluhnya.
Mabuk kata Fitrah justru dijadikan kebutuhan di era modern sekarang. Semua sibuk, bekerja dan lainnya. Sementara jiwa mereka lelah. “Jenuh. Saya tanya itu kenapa, katanya obat jenuh karena stress bekerja,” ujarnya.
Dari penelusuran di lapangan, alasan penguna zenith umumnya ada tiga jenis. Pertama, karena ikut-ikutan biar terlihat gaul. Kedua, supaya kuat bekerja tidak cepat merasa lelah. Dan terakhir, supaya lancar berbicara tanpa malu atau terhambat perasaan emosional lainnya.
“Supaya lancar aja bepandir. Kalau minum itu, nyaman rasanya muntung,” kata salah satu remaja pelajar yang diwawancarai Radar Banjarmasin.
Saripuddin warga Banjarmasin yang banyak bergaul dengan remaja pengkonsumsi Zenith mengatakan, penyalahgunaan obat di kalangan remaja hanya karena faktor pergaulan saja. Jiwa remaja yang masih labil cenderung mengikuti apa yang sedang populer di kalangan mereka seperti dugem dan obat. (zal/zep/by/ran/jpg)
Sumber: kalsel.prokal.co
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: