Oleh:
Suyanik, M.Pd
Guru SMAN 1 Bontang
Jl. DI Panjaitan Gg Piano 11 No 59 Bontang
Kemerosotan mutu lingkungan di kota Bontang telah sangat merisaukan. Banjir yang melanda di wilayah kota Bontang bagian selatan pada Selasa 21 November lalu hendaknya menjadi peringatan besar bagi semua warga Bontang. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan sangat penting dalam membina generasi muda agar selalu menjaga lingkungan. Sebagai guru Biologi, pembelajaran tentang lingkungan sangat menarik jika kita menggunakan teknik Outdoor education yang berarti pemanfaatan potensi lingkungan sebagai obyek dalam materi yang akan disampaikan. Aktivitas yang dilakukan berupa observasi atau jelajah lingkungan, mengenal kasus-kasus lingkungan, diskusi penggalian solusi dan selanjutnya melakukan aksi lingkungan,
Musibah banjir yang telah melanda kota Bontang tercinta dapat digunakan sebagai bahan refleksi tentang pelaksanaan pembelajaran topik gangguan keseimbangan lingkungan. Pembelajaran tentang lingkungan tidak hanya mengedepankan aspek kognitif dan mengesampingkan aspek pembentukan karakter dan aktivitas belajar siswa. Hal ini tentu merupakan suatu masalah dalam pengelolaan pembelajaran. Siswa harus kita ajak untuk melakukan berbagai tindakan yang dapat mendukung upaya penyelamatan lingkungan.
Dengan upaya tersebut siswa tidak hanya akan mementingkan sosok dirinya saja, akan tetapi juga masyarakat dan lingkungannya. Guru harus dapat menyadarkan siswa bahwa mereka secara individu dan bersama dapat berbuat sesuatu untuk turut membantu dalam upaya pelestarian Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup (LH).
Untuk menjalankan amanat tersebut, penulis menggunakan model pembelajaran Science Tecnology and Society (STS). Model pembelajaran ini dimulai dengan melihat fakta yang terjadi di lingkungan kita. Banyaknya lahan kosong, terjadinya pengerasan tanah, dan banjir yang terjadi merupakan fakta yang menunjukkan ketidakseimbangan atau gangguan bahkan menuju ke arah kerusakan lingkungan. Masalah lingkungan hidup bukan hanya persoalan teknis, melainkan juga masalah moral dan persoalan perilaku manusia, karena itu perlu etika dan moralitas untuk mengatasinya.
Tahap awal dari kegiatan ini adalah siswa diberi invitasi berupa gambar-gambar tentang gangguan lingkungan. Selanjutnya siswa melakukan eksplorasi dengan observasi di daerah gundul akibat kebakaran hutan dan pembuatan jalan. Pada kegiatan ini dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) siswa melakukan pengukuran suhu lingkungan, pH tanah, dan tingkat kesuburan tanah. Pada LKS sudah tercantum beberapa pertanyaan sebagai bahan diskusi yang memancing siswa untuk menemukan masalah dan mencari solusi pemecahannya.
Pada kegiatan tersebut siswa di latih untuk trampil menggunakan alat-alat yang berfungsi sebagai indikator tentang kondisi lingkungan yang masih bagus atau sudah terganggu. Alat pengukur kondisi lingkungan tersebut antara lain suhu lingkungan baik yang manual maupun elektrik serta tingkat kesuburan tanah. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah mengukur suhunya, mengukur tingkat kesuburan tanah, dan mengamati struktur tanah. Siswa juga membandingkan indikator tersebut pada daerah yang banyak tanamannya.
Setelah observasi siswa melakukan praktikum yang membuktikan/ mengamati bahwa tanah yang gundul jika di papar oleh air hujan akan berdampak pada terkikisnya permukaan dan menyebabkan permukaan tanah menjadi kering dan tandus. Sebaliknya, permukaan tanah yang ditumbuhi oleh pepohonan dan banyak seresah daun di bawahnya, akan memecah energi guyuran hujan sehingga tidak mengikis permukaan tanah. Akar pepohonan dan butiran tanah gembur yang berada di permukaan tanah akan mengikat air dengan baik serta menghasilkan mata air yang jernih dan kaya dengan mineral. Pada fase ini siswa dapat melihat secara nyata bagaimana kekuatan air bisa mengikis dan menyisakan tanah yang gersang. Demikian juga bagaimana pepohonan dapat menciptakan mata air yang jernih.
Selanjutnya adalah fase eksplanasi, siswa harus dapat mengkomunikasikan informasi, ide-ide, konsep-konsep, dan penjelasan baru untuk mengintegrasikan pemecahan masalah berdasarkan pengetahuan yang diperoleh. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan kedalam masalah baru yang relevan. Pada fase ini hasil belajar pada ranah kognitif dan ketrampilan dikembangkan. Siswa dibimbing untuk mampu mentransfer pengetahuan dan keterampilan sains ke dalam aspek-aspek yang terdapat pada disiplin ilmu dan realitas yang lain.
Fase selanjutnya adalah fase aksi atau aplikasi Pada kegiatan ini siswa melakukan tindakan nyata berupa penanaman pohon di sekitar sekolah. Siswa juga di latih bertanggung jawab memelihara pohon yang di tanam secara klasikal. Pohon yang di tanam di pertanggung jawabkan pemeliharaannya oleh masing-masing kelas. Tindakan nyata juga dilakukan dengan menanam bakau di wilayah hutan mangrove. Kegiatan penanaman bakau ini dilakukan atas bekerjasama dengan pihak Balai Taman Nasional Kutai (BTNK). Dalam kerjasama ini BTNK menyediakan 400 bibit tanaman bakau untuk di tanam di wilayah mangrove yang berada di bumi perkemahan Pramuka di Salebba.
Demikianlah sekelumit kegiatan yang telah penulis lakukan dalam pembelajaran sebagai upaya dan kegiatan nyata guna menyelamatkan lingkungan. Semoga terjadinya banjir di kota Bontang minggu yang lalu dapat dijadikan refleksi bahwa upaya kita ternyata belum cukup, harus terus ada upaya lain, kegiatan lain, yang mengikutsertakan segenap warga dan penentu kebijakan demi kelestarian dan kenyamanan kota Bontang di masa mendatang (yan adi w).
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: