Belajar Autodidak dari Teman, Banjir Orderan di Hari Besar

BUTUH KETELITIAN: Agus saat membuat kunci duplikat menggunakan mesin kunci miliknya. (LUKMAN/METRO SAMARINDA)

 

Kisah Agus Supriyanto Buka Jasa Tukang Kunci

Pemutusan hubungan kerja (PHK) bukanlah sebuah akhir. Ini disadari benar oleh Agus Supriyanto. Menyadari sulitnya mencari kerja di ibukota sementara dapur harus tetap mengepul, ayah dua anak ini memutuskan membuka usaha jasa reparasi dan pembuatan kunci.

LUKMAN MAULANA, Samarinda

Agus Supriyanto awalnya bekerja sebagai analis di salah satu perusahaan tambang batu bara di Kota Tepian. Namun sayang setelah lima tahun bekerja, terjadi pengurangan pegawai di tahun 2012. Agus termasuk di antara pegawai yang dirumahkan. Dia pun kembali mencari pekerjaan dengan memasukkan banyak lamaran ke perusahaan-perusahaan. Namun pekerjaan yang didambakannya tak jua datang.

“Saya menyadari mencari pekerjaan sulit. Sementara saya membutuhkan penghasilan untuk menghidupi keluarga saya,” kenang Agus saat ditemui Metro Samarinda (Bontang Post/Kaltim Post Group), Selasa (7/3) kemarin.

Beruntung sebelumnya Agus sering nongkrong bersama temannya seorang tukang kunci. Dari sang teman itulah dia mempelajari bagaimana cara membuat dan memperbaiki kunci. Dia pun ikut temannya tersebut berpraktik tukang kunci. Setelah itu dia belajar sendiri atau autodidak bagaimana menjadi seorang tukang kunci. Butuh dua tahun baginya hingga memutuskan membuka jasanya sendiri.

“Pikir saya kala itu daripada menganggur, lebih baik membuka usaha dari apa yang saya kuasai. Karena untuk mencari kerja sulit,” jelasnya.

Dengan modal Rp 10 juta yang dikumpulkannya dari berbagai sumber, Agus mantap membuka usaha jasanya. Modal tersebut digunakannya untuk membeli mesin kunci senilai Rp 4 juta yang dibelinya dari Surabaya. Sisanya digunakan untuk membeli perlengkapan dan bahan-bahan lainnya meliputi bahan kunci. Berbekal papan bertuliskan “Tukang Kunci”, Agus lantas menawarkan jasanya di pinggiran jalan sejak pagi hingga senja menjelang.

“Awalnya saya nongkrong di pinggir Jalan Pahlawan. Baru setengah tahun ini saya pindah ke Jalan Bhayangkara. Biasanya agak siangan bukanya, sekitar pukul 10.00 Wita. Pulangnya kalau menjelang sore, sekitar pukul 17.00 Wita,” ujar Agus.

Dalam melakukan jasanya, pria kelahiran Samarinda, 32 tahun lalu ini menerima panggilan ke rumah atau kantor bila diperlukan. Mesin kunci dan perlengkapannya terbilang praktis dibawa kemana saja dengan sepeda motornya. Berbagai permintaan pelanggannya mulai dari membuat kunci duplikat atau membuat kunci baru ditanganinya. Termasuk memperbaiki kunci di brankas yang macet.

“Yang paling rumit itu memperbaiki brankas. Biasanya perusahaan-perusahaan keuangan yang meminta saya bila brankasnya macet. Karena rumit itulah memperbaikinya bisa seharian,” kisah Agus.

Tarif yang dikenakannya sendiri bervariasi tergantung tingkat kerumitan pekerjaan. Untuk membuat kunci duplikat, tarifnya bervariasi dari Rp 10 ribu hingga Rp 200 ribu. Sementara untuk membuat kunci baru menggantikan kunci yang hilang, tarifnya bisa mencapai Rp 100 ribu. Keuntungannya pun tidak tentu dari hari ke hari. Namun minimal dia bisa mengantongi Rp 200 ribu setiap harinya.

“Tidak tentu juga ya Mas. Tergantung ada orang yang butuh atau tidak. Alhamdulillah selama ini ada saja yang pesan ke saya, walaupun paling sedikit cuma satu pesanan dalam sehari,” ungkap pria yang sehari-hari mengenakan topi ini.

Lebih lanjut Agus mengisahkan, pesanan kunci paling banyak didapatkan menjelang hari-hari besar keagamaan. Karena saat itu, banyak warga yang hendak bepergian keluar kota sehingga membutuhkan kunci untuk melindungi kediaman mereka. Saat momen seperti itu dia bisa mengantongi Rp 1 juta dalam satu hari bekerja.

Ditanya mana yang lebih menyenangkan antara bekerja di tambang atau tukang kunci, Agus menjawab sama saja. Menurutnya kedua pekerjaan tersebut sama-sama punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Pendapatannya pada kedua pekerjaan tersebut pun menurutnya relatif sama. Bedanya bila bekerja di tambang dia mendapat gaji bulanan sementara sebagai tukang kunci pemasukannya setiap hari.

“Kalau dibilang cukup ya dicukup-cukupin aja buat hidup. Semua pekerjaan kan ada tidak enaknya juga. Membuat kunci ini sendiri misalnya, butuh kesabaran dan ketelitian. Alhamdulillah selama ini semua pelanggan puas dengan kerja saya,” pungkas warga Kampung Jawa ini. (***)

Print Friendly, PDF & Email

Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News

Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:


Exit mobile version