Di sebuah SD di Jombang, atap ruang kelas sudah tak sejajar dan cuilan kayu tanda kelapukan sering berjatuhan ke meja siswa. Tahun lalu sudah pernah ambrol dan tiga murid jadi korban luka.
ANGGI F., Jombang–RIZAL A., Mojokerto, Jawa Pos
[dropcap]D[/dropcap]ARI luar tampak atap dua ruang kelas itu tak sejajar. Beberapa sisi tembok juga retak. Tapi, karena tak punya pilihan lain, tiap hari para murid kelas V dan VI masih belajar di sana.
Padahal, setahun lalu atap tersebut pernah ambrol dan ada tiga siswa yang menjadi korban karena terluka di kepala. ”Memang kondisinya sudah rusak berat,’’ ujar Sunyono, guru kelas SDN Kepuhkembeng 1, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, kepada Jawa Pos Radar Jombang kemarin (6/11).
Di sekolah tersebut, hampir semua ruangan dalam kondisi memprihatinkan. Mulai ruang kelas, UKS (unit kesehatan sekolah), musala, hingga laboratorium sekolah. Bahkan, atap bangunan sudah tak sejajar.
Cerita sedih dari SDN I Kepuhkembeng itu hanyalah satu di antara deretan panjang sekolah yang bernasib serupa. Selasa pagi lalu (5/11) belasan murid SDN Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur, jadi korban ambruknya atap sekolah. Seorang murid dan pegawai bahkan kehilangan nyawa.
Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Jawa Timur, untuk tingkat SD saja, lebih dari 20 ribu ruang kelas rusak sedang dan berat. Untuk kawasan Jawa dan Bali, jumlah itu hanya kalah oleh Jawa Barat.
Selama ini belum ada perbaikan yang diberikan pemerintah setempat atas kerusakan gedung SDN Kepuhkembeng I. Meski, pihak sekolah sudah mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jombang.
”Rencananya baru masuk rehab 2020 mendatang, tapi belum tahu nanti realisasinya seperti apa,’’ tambah Sunyono.
Menurut dia, kondisi bangunan sekolah sudah tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar. Selama ini siswa kurang nyaman dan sering merasa cemas saat belajar di dalam ruangan.
”Memang atapnya ini sudah tidak sejajar. Kalau dilihat dari luar akan kelihatan posisi antara ruang kelas I dan lain tidak sama,’’ jelasnya.
Menghadapi musim hujan yang diperkirakan mulai November atau Desember ini, kecemasan tersebut makin menjadi. Karena itu, dia berharap Disdikbud Jombang segera turun tangan memberikan prioritas perbaikan. ”Kami tidak ingin kejadian di Pasuruan terulang, jangan sampai terjadi,’’ papar dia.
Di wilayah tetangga, Kabupaten Mojokerto, ada juga SDN Talun di Kecamatan Dawarblandong yang sejumlah kelasnya mengalami kerusakan berat. Diketahui, pihak sekolah sudah tiga tahun ini tidak menempati gedung yang terdiri atas tiga kelas tersebut. Seluruh siswa menjalani KBM di ruang kelas baru yang lebih layak.
Di Kabupaten Mojokerto, seperti dilaporkan Jawa Pos Radar Mojokerto, tahun ini ada 147 sekolah yang mendapatkan bantuan rehabilitasi. Kebanyakan diprioritaskan untuk memperbaiki kerusakan pada bagian atap.
Sekretaris Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Mojokerto Catur Iriawan menjelaskan, 147 sekolah itu meliputi TK, SD, SMP, hingga sanggar kegiatan belajar (SKB). Proyek digulirkan sejak Agustus. Pengerjaan fisik menyentuh kamar mandi, ruang kelas, hingga perpustakaan. ’’Yang cukup banyak perbaikan atap bangunan,’’ terang dia kepada Jawa Pos Radar Mojokerto kemarin.
Catur memaparkan, untuk perbaikan atap, pihaknya memprioritaskan membongkar total rangka bangunan lama dan mengganti dengan menggunakan bahan metal. Dengan begitu, rangka atap yang sebelumnya berbahan kayu kini dipasang rangka besi baja wide flange (WF) dan besi kanal C atau CNP. ’’Jadi, semua rangkanya serbametal. Memang, prioritas kami untuk atap menggunakan baja, bukan galvalum murni,” katanya.
Di SDN Kepuhkembeng I, entah kapan perbaikan serupa akan dilakukan. Misnah, guru kelas VI, mengaku resah saat berada di dalam ruangan seperti saat terjadi hujan beberapa waktu lalu. ”Ya khawatir. Kondisinya sudah seperti ini,’’ jelas dia.
Bahkan, ”teror” itu sudah dia dan para murid rasakan saat proses belajar mengajar. Sering kali beberapa hewan seperti rayap maupun tawon jatuh dari atap. Cuilan kayu juga langsung jatuh dari atap ke lantai atau meja siswa.
Menurut dia, itu tanda bahwa kayu yang digunakan untuk menyangga genting sudah lapuk. ”Karena kan tidak ada plafon, jadi jatuh langsung ke bawah,’’ terangnya. Kerusakan itu dilihatnya sudah lama. Namun, semakin parah sejak dua tahun terakhir.
Dia pun berharap perbaikan segera dilakukan secepatnya. Sebab, menyangkut nasib seluruh warga sekolah, mulai anak-anak hingga guru. ”Kami takut ambruk saat hujan sehingga besar harapan kami diperbaiki secepatnya,’’ tegas dia.
Dikonfirmasi secara terpisah, Sekretaris Disdikbud Jombang Jumadi tak mengelak bahwa ada beberapa sekolah yang mengalami kerusakan. Pihaknya sudah meminta setiap sekolah menginventarisasi mana saja bagian yang mengalami kerusakan. ”Agar tahun depan bisa kita lakukan perbaikan,’’ katanya.(jpc)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post