SANGATTA – Banjir di Sangatta kembali memakan korban. Kali ini tumbalnya ialah bocah bernama Muhammad Haikal Arshil Furqon (3,5), warga Gang Sehati Teluk Lingga Sangatta Utara.
Haikal–biasa disapa–tewas tenggelam di samping rumah. Ia hilang sekira pukul 20.00 wita, Selasa (21/11) malam. Tak satupun yang mengetahui pasti kronologis kejadian tersebut.
Pasalnya, saat kejadian lokasi areal perkampungan rumah korban terbilang sepi. Padahal hari hari biasa, tak sedikir warga yang nongkrong seraya bersenda gurau. Baik malam terlebih siang. Aktivitas anak-anak dapat terpantau.
Mungkin sudah takdir. Malam itu Hanya Haikal yang bermain dengan keresek hitam di kakinya, ia berlari kesana kemari. Seperti itulah penuturan warga sekitar.
Orang tua korbanpun memiliki kesibukan sendiri. Ibunya pergi ke apotek, sedangkan ayahnya sedang tertidur. Ayah korban kelelahan lantaran usai mencari nafkah keluarga. Ia usai berjualan.
Sedangkan anaknya bermain sendiri. Sekira pukul 20.00 wita, ayah korban bersama warga mulai melakukan pencarian. Korban terus dicari. Panggil sana dan sini. Tanya sana dan sini. Namun tak kunjung ditemukan. Satu kesimpulan, besar dugaan anak dari pasangan Hoiriyah dan Dwi Hartanto terjatuh ke dalam banjir.
Semua mata tertuju di samping rumah. Sebab, hanya disitu sedikit terbuka. Meskipun ada dua balok berbentuk pagar yang menutupi. Untuk diketahui, jalan menuju ke rumah korban bukan tanah. Melainkan menggunakan gertak ulin (jembatan ulin). Karena dilokasi tersebut terbilang rendah dan rawan akan banjir.
Akhirnya, beberapa warga mencoba turun ke air yang dalamnya sekira satu meter lebih. Mulai dari lokasi yang dicurigai hingga di bawah kolong rumah korban dan tetangga. Air tersebut penuh akan sampah. Ditambah berwarna coklat pekat.
Tepat pukul 20.30 wita atau 30 menit setelah pencarian, akhirnya korban ditemukan. Ia ditemukan tergeser 1,5 meter dari lokasi jatuh. Wajah dan kakinya pucat. Anak itu sudah tewas.
Dugaan, anak tersebut terpeleset saat bermain. Atau terpeleset pada saat bersandar di pagar tersebut. Apalagi, di kaki korban masih terbungkus plastik hitam.
Suasana bertambah hening. Tangisan pecah. Bahkan nenek korban beberapa kali pingsan. Ia tak mampu kehilangan cucu kesayangannya tersebut.
Meskipun dipastikan meninggal, warga sekitar tetap berihtiar. Pertolongan pertama dilakukan. Dengan niat mengeluarkan air yang terminum oleh anak. Usaha tak berhasil. Anak langsung dibawa ke rumah sakit. Usaha itupun gagal.
Anak terakhir dari tiga bersaudara itu benar benar tiada. Ia pergi selamanya. Meninggalkan kedua kakak nya, orang tua, nenek, keluarga serta warga sekitar dan teman sebaya.
Orang tuanya pasrah. Ia menganggap ini sudah takdir. Yang Maha Kuasa kembali mengambil titipannya. Meskipun begitu, ia masih berduka. Kesedihan tak dapat terbendung. Terlihat jelas dari wajahnya. Air mata terus mengalir.
“Saya menerima semuanya. Ini merupakan ujian. Allah sudah berhendak lain. Kita terima semua apa yang diinginkan Allah,” kata Ayah korban.
Ketua RT 34 Teluk Lingga Sangatta Utara, Sutarmin membernarkan hal itu. Hanya saja, seperti yang disampaikan warga sekitar ia tidak mengetahui kronologis itu. Hanya saja, dari kesimpulan awak ialah terpeleset. Anak tersebut terpeleset di ruang pagar jalan.
“Dugaan terpeleset. Karena memang pada saat itu sepi. Enggak ada yang lihat juga. Karena jatuhnya disitu, makanya disimpulkan terpeleset,” kata Sutar.
Dirinya berharap, warga sekirar lebih meningkatkan kewaspadaan. Salah satu harapannya ialah membuatkan pagar tertutup. Sehingga tidak ada celah bagi anak anak terjatuh.
“Di sini kalau air pasang pasti banjir. Apalagi ada hujan seperti ini. Kami juga minta jaga anaknya baik baik. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi,” harapnya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: