Fatmawati Thamrin
Ibu Rumah Tangga
Gejala buang bayi yang semakin menjadi ‘trend’ terkini di kalangan pelakunya di Indonesia, bahkan itu bukan sesuatu yang asing atau luar biasa lagi. Berbagai respon diterima dari masyarakat apabila kita mengutarakan masalah ini. Ada yang menampakkan perasaan marah, sedih, kesal dan sakit hati. Tetapi ada juga yang memberi respon biasa saja, seolah-olah sudah biasa terjadi. Anda bagaimana?
Tingkat sadisme dan seks bebas di kalangan remaja Indonesia kian memprihatinkan. Hal ini ditandai makin tingginya angka pembuangan bayi di jalanan sepanjang Januari 2018. Pelaku umumnya wanita muda berusia antara 15 hingga 21 tahun. Ind Police Watch (IPW) mendata, sepanjang Januari 2018 bayi yang dibuang di Indonesia se banyak 54 bayi, sebanyak 27 bayi bisa diselamatkan. Kondisi bayi dalam keadaan hidup, Hal ini dikarenakan warga dengan cepat membantu bayi yang ditemukannnya untuk dibawa ke puskesmas dan dilaporkan ke polisi. Angka ini mengalami kenaikan dua kali lipat (100 persen lebih) jika dibandingkan dalam periode yang sama pada Januari 2017, yang hanya ada 26 kasus pembuangan bayi . (Ketua Presidium IPW Neta S Pane dalam rilisnya diterima hidayatullah.com , Rabu (31/01/2018).
Pada tahun 2017, angka pembuangan bayi di Indonesia tergolong tinggi dalam sejarah, yakni ada 179 bayi yang dibuang di jalanan, 79 tewas, 10 masih bentuk janin dan 89 berhasil diselamatkan. Sebagian besar orangtua yang melakukan pembuangan bayinya itu lebih memilih menaruh jabang bayinya di jalanan.
Anak merupakan amanah dan karunia. Mereka adalah generasi penerus dalam keluarga bahkan bangsa dan negara. Oleh sebab itu, anak harus mendapatkan perhatian serius dari seluruh sistem kehidupan.
Namun fakta di dunia kapitalis berbicara lain. Seluruh sistem kehidupan justru berbalik menghancurkan masa depan bayi yang tak berdosa. Harusnya di sinilah peran pemerintah menyelesaikan pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai ini. Pemerintah harus mampu berpikir cemerlang melihat segala persoalan bangsa ini. Agar menemukan solusi yang tepat, menganalisis sebuah permasalahan tidak boleh hanya melihat dari luarnya saja atau memandang dari satu aspek saja. Melainkan sampai ke akar permasalahan serta dari berbagai aspek .
Akar masalah sistem pendidikan ala kapitalis berbasis sekuler yang diterapkan di Indonesia menjauhkan masyarakat indonesia termasuk perempuan dari aturan yang benar. Mereka tidak diberikan bekal menjadi seorang muslimah yang sesungguhnya. Termasuk posisinya sebagai ibu.
Kita sering menemukan perempuan yang terpaksa menjadi ibu karena hamil di luar nikah. Ini dampak dari sistem pergaulan yang mengedepankan kebebasan. Pola hidup bebas menggiring banyak remaja melakukan hubungan suami istri di luar nikah. Ditambah banyaknya orang tua yang cepat puas jika anaknya sudah shalat, puasa di bulan Ramadhan, dan membaca al Quran. Namun tidak peduli, mendukung, bahkan mengarahkan anaknya mengumbar aurat serta pacaran. Padahal aktivitas inilah yang akan mengantarkan pada perzinahan. Imbasnya, bayi yang tak berdosa menjadi korban.
Di sisi lain, masyarakat acuh tak acuh terhadap pola pergaulan remaja. Aktivitas pacaran dengan mudah kita temukan di tempat umum. Aktivitas ini dianggap bukan hal yang tabu lagi. Akhirnya remaja tidak merasa segan berduaan, berpelukan bahkan hingga berciuman di muka umum.
Jika dimuka umum saja ia tak malu, maka sangat mungkin ketika hanya berdua mereka berzina. Apalagi dengan dalih kebebasan berekspresi yang lahir dari rahim kapitalis, media dengan bebasnya menyuguhkan tayangan pornografi dan pornoaksi. Inilah yang menjadi stimulan remaja melakukan seks bebas.
Tak jarang pula alasan seorang ibu membuang bayinya adalah faktor ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis membuat beban ekonomi rakyat makin besar. Akibatnya tingkat stress masyarakat makin tinggi. Hingga seorang ibu tanpa berpikir panjang bisa tega membuang anak kandungnya karena alasan takut tak mampu menghidupi anaknya .
Semua sistem itu diperparah dengan sistem sanksi yang tak mampu mencegah orang berbuat jahat. Termasuk bagi ibu
yang membuang bayinya serta bagi remaja yang melakukan tindak asusila. Maka pantaslah nyawa bayi terus berjatuhan serta seks bebas dengan mudah terjadi di tengah masyarakat. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: