Bupati Sebut Orang Tua Benteng Utama
SANGATTA – Maraknya anak di bawah umur yang melenceng dari fitrah seperti mengkonsumsi miras oplosan, yakni campuran komix dan kratingdaeng dan mesum membuat Bupati Kutim Ismunandar angkat bicara. Ia mengaku prihatin dengan keadaan remaja di zaman ini. Seharusnya belajar untuk meraih masa depan setinggi mungkin, tetapi malah dihabiskan berbuat hal yang negatif.
Dirinya menilai ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian anak. Paling utama ialah minimnya pendidikan keluarga. Padahal itu merupakan benteng utama untuk mencegah anak agar terhindar dari perbuatan negatif. Pasalnya, sebaik-baiknya pengajaran ialah dilakukan oleh keluarga. “Orang tua berikan pendidikan di rumah. Karena pendidikan di rumah itu lebih penting dan utama dari yang lain,” ujar Bupati Ismu.
Kemudian pendidikan sekolah dan lingkungan. Hal inilah turut menentukan arah pikir anak ke depan. Keduanya pun harus seimbang. Jika tidak maka berpotensi mengubah arah tujuan dari yang positif menuju negatif.
“Makanya diperlukan pendidikan keluarga sejak dini. Sejak dalam perut hingga dewasa. Karena pendidikan sekolah saja tidak cukup. Apalagi ditopang lingkungan yang buruk. Karenanya diupayakan ketiga hal itu wajib seimbang beriringan. Pendidikan keluarga baik, pendidikan sekolah yang tepat dan lingkungan mendukung,” katanya.
Tak kalah penting ialah pendidikan agama. Pendidikan agama merupakan ilmu yang wajib dituntut siapapun. Semua perkara tercakup dalam ajaran agama. Mulai dari pergaulan, akhlak, dan etika, dan lainnya. Karenanya tak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya bagi generasi muda saat ini dan akan datang.
“Agama yang benar akan menjadi benteng bagi anak-anak kita. Untuk itu ajari anak agama yang benar sehingga bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Agama apapun itu,” katanya.
Tentu semua itu harus ditopang oleh pemerintah. Pemerintah wajib berkecimpung dan ikut campur tangan dalam mengatur aktifitas anak sehari-hari. Ini bertujuan untuk mengcegah hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kemarin kami pernah buat Perbup wajib belajar dan larangan keluar malam diluar dari semestinya, tetapi malah dianggap melanggar HAM. Kalau dianggap langgar HAM seperti apa kami amankan anak-anak. Buat Perbup saja tidak boleh. Padahal Perbup bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karena kalau himbauan saja susah,” katanya.
Meskipun begitu, Pemerintah tidak berputus asa. Banyak cara untuk mengontrol aktivitas anak yang melenceng dari koridor. Diantaranya mengerahkan Satpol PP agar gencar menggelar razia. “Satpol PP kami minta untuk aktif menggelar razia malam. Jika ditemukan anak yang melenceng maka langsung diberikan pembinaan,” katanya. (dy)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: