BALIKPAPAN – Jumlah pasien demam berdarah dengue (DBD) di Balikpapan terus bertambah. Hingga pekan ke-13, tercatat 599 orang terkena virus dengue yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
DBD sudah menjadi penyakit endemis yang kerap didapati tiap tahun. Bahkan, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Balerina, hampir seluruh daerah di Balikpapan sudah termasuk kawasan rawan DBD. Termasuk Balikpapan Utara dan Selatan.
Meski jumlah pasien tinggi, kasus DBD saat ini belum masuk kejadian luar biasa (KLB). Dari jumlah tersebut, tercatat lima penderita meninggal dunia. Pasien yang meninggal dunia berasal dari Karang Joang, Klandasan Ilir, Lamaru, Sepinggan, dan Gunung Samarinda. Dua di antaranya berusia 14 tahun. Ketika dibawa ke rumah sakit, pasien sudah dalam kondisi kritis atau DSS (dengue shock syndrome).
“Lima orang yang meninggal karena keterlambatan, trombosit pasien sudah di bawah angka 12 ribu, terjadi pendarahan dan ada yang punya penyakit kronis sehingga mempercepat DBD,” sebut Balerina.
Dia mengatakan, panas merupakan tanda awal. Jadi, bila anak mengalami panas tinggi orangtua mesti segera membawanya ke puskesmas terdekat. Bila sampai hari ketiga panas tidak kunjung turun, segera bawa kembali ke puskesmas dan lakukan pemeriksaan darah.
“Periksa darah itu sudah SOP, kalau dilihat trombosit menurun sembari menjalani perawatan anak dianjurkan minum banyak air. Orangtua saat anak panas suka coba-coba memberi obat turun panas, padahal bisa jadi fase DBD sudah kritis. Suhu tubuh 37,8 derajat sudah panas, kalau sudah 40 itu bahkan emergency,” lanjutnya.
Ditambahkan lagi, DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan. Menghadapi musim DBD seperti sekarang, Balerina tak hentinya mengingatkan masyarakat akan pola hidup bersih sehat (PHBS). Terlebih daerah kumuh dan pesisir. Jadi, 3M; menguras, menutup, dan mengubur, mau tak mau harus dilakukan.
Meski kegiatan tersebut diakui tidak cukup untuk membasmi berkembangnya jentik nyamuk. Alasannya, jentik nyamuk tidak serta-merta terbawa saat bak mandi dikuras. Ketika menguras bak atau wadah air, seharusnya diikuti dengan menggosok dinding bak atau tempat penampungan air tersebut. Sebab, telur nyamuk dapat menempel di dinding bak sehingga perlu disikat juga.
Dia mengatakan, pengurasan bak dapat dilakukan setidaknya seminggu sekali. Berguna memutus siklus hidup nyamuk. Sebab, siklus hidup nyamuk hanya berumur dua sampai tiga bulan, dari telur hingga dewasa dan mati. Namun, jangan lupa, setelah menguras dan air kembali diisi, tutup segala tempat penampungan air.
Setelah menguras dan menutup, tindakan berikutnya yang perlu diingat ialah mengubur barang bekas. Sebenarnya aksi ini, menurut Balerina, dapat dimanfaatkan dengan mendaur ulang barang-barang bekas. Sebab, kemampuan urai barang bekas di dalam tanah membutuhkan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Terutama bahan plastik. Yang dapat menyebabkan limbah baru pada masa mendatang.
“Mulai pemberantasan sarang nyamuk, abate, penggunaan kelambu air di tong yang terbuka agar jentik yang menjadi nyamuk tidak bisa keluar, dan paling akhir dilakukan fogging. Hal tersebut terus kita sosialisasikan, sekarang bergantung masyarakat lagi, ikut serta mengampanyaken hidup sehat atau membiarkannya saja. Sebab, DKK tidak bisa berjalan sendiri tanpa bantuan masyarakat,” tutupnya. (lil/dwi/k16/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post