Oleh : dr. Fakhruzzabadi, SpOG, MKes
Sebagai muslim yang taat, berpuasa merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. Namun terdapat beberapa kelompok yang diberikan keringanan untuk tidak melaksanakan puasa, termasuk ibu hamil dan menyusui. Ibu hamil maupun menyusui diperbolehkan meninggalkan puasa di bulan Ramadan dan wajib menggantinya di hari lain disertai membayar fidyah maupun tidak.
Sebenarnya hamil maupun menyusui bukanlah halangan untuk melaksanakan puasa. Berpuasa atau tidak tergantung dari kondisi kesehatan ibu hamil itu sendiri. Selama kondisi kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya setelah dilakukan pemeriksaan dinyatakan sehat, maka ibu hamil diperbolehkan untuk berpuasa dengan syarat ibu hamil tetap mampu memenuhi kebutuhan nutrisi baik bagi dirinya maupun janin yang dikandungnya.
Pemenuhan nutrisi ini minimal sama dengan kondisi ketika tidak berpuasa, akan tetapi pemenuhan nutrisi ini dipindah waktunya saat sahur dan berbuka puasa serta antara waktu berbuka puasa dan sahur. Artinya, ibu hamil atau menyusui boleh meninggalkan puasa Ramadan, tetapi bukan berarti dilarang melakukan puasa.
Menjalankan puasa saat hamil justru dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan. Bagi ibu hamil dan janin, makanan yang berlebihan gizi belum tentu baik untuk kesehatan. Karena overnutrisi dapat mengakibatkan kegemukan bagi ibu dan janin yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kencing manis, kolesterol, penyakit jantung, preeklamsia dan lain-lain.
Pada kehamilan sehat, puasa tidak menimbulkan dampak negatif pada janin maupun pada ibu hamil. Sehat yang dimaksud secara medis adalah calon ibu tidak mengalami keluhan selama hamil dan tidak mengalami komplikasi dari penyakit yang diderita.
Ada beberapa keadaan saat hamil yang sebaiknya berhati-hati bila ingin berpuasa.
Kehamilan Trimester 1
Pada Kehamilan muda seringkali menjadi penghalang ibu untuk berpuasa. Umumnya ada asumsi bahwa janin masih sangat muda dan lemah, sehingga kebanyakan memutuskan tidak berpuasa. Padahal bila kondisi ibu baik, puasa tetap bisa dilakukan. Memang pada kehamilan trimester awal ini kebanyakan ibu mengeluh mual dan muntah berlebihan akibat pengaruh fluktuasi hormon. Apabila ibu hamil mengalami muntah berlebihan dan kondisi tubuh menjadi lemah, keinginan berpuasa sebaiknya ditunda.
Terdapat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti Diabetes (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), perdarahan, dll. Wanita hamil yang mengalami masalah tersebut sebaiknya tidak berpuasa, karena tentunya harus menjalani pengobatan secara teratur, dan juga harus mematuhi program makan yang telah disarankan dokter.
Kehamilan Trimester 3
Pada periode ini, janin membutuhkan asupan makanan lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Ibu hamil harus benar-benar memperhatikan peningkatan berat badan dan asupan makan yang dikonsumsi. Peningkatan berat badan harus meningkat sesuai perkembangan usia kehamilannya. Jika tidak diperhatikan, biasanya ibu yang hamil tua akan lebih cepat lemas dan letih, dan kondisi janin bisa berisiko fatal di dalam kandungan. Bila keadaan ibu dan janin baik, di usia kehamilan berapapun puasa tidak masalah.
Bagi ibu hamil yang memutuskan untuk melaksanakan puasa, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter untuk memastikan resiko puasa pada kehamilannya. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan dan penilaian kondisi ibu dan janin, apakah layak berpuasa atau tidak.
- Perhatikan kecukupan gizi dan nutrisi saat sahur dan berbuka puasa. Usahakan minum banyak untuk mencegah dehidrasi. Makan sahur sebaiknya sedekat mungkin dengan waktu imsak. Saat berbuka puasa, awali dengan minuman hangat dan manis untuk meningkatkan kadar gula darah. Kemudian dapat melanjutkan dengan menyantap makanan yang mengandung karbohidrat yang lebih mudah diserap tubuh, seperti kolak atau kurma. Setelah salat magrib atau tarawih barulah makan dengan porsi yang lebih besar.
- Konsumsi suplemen vitamin penting yang diperlukan saat kehamilan, diantaranya yang mengandung asam folat, zat besi dan kalsium. Komponen penting ini juga bisa didapatkan dari makanan. Asam folat diperoleh dari kacang-kacangan, zat besi didapatkan dari sayuran, sementara sumber kalsium bisa didapatkan dari susu dan ikan
- Istirahat dengan cukup dan beraktivitas dengan bijak sesuai kondisi tubuh. Usahakan meluangkan waktu istirahat lebih lama dari biasanya.
5.Perhatikan kenaikan berat badan. Jika selama puasa berat badan justru menurun, maka ibu hamil perlu memperbaiki menu makanan ketika sahur dan berbuka.
- Periksa kehamilan sesuai jadwal. Bila ibu merasa ada perubahan yang berbeda seperti penurunan bobot tubuh, atau bila gerakan bayi dalam kandungan tidak se-aktif biasanya, segera konsultasikan dengan dokter atau bidan. Dokter mungkin akan menyarankan untuk menghentikan puasa atau memperbaiki konsumsi makanan, sampai kondisi kembali prima untuk berpuasa.
- Segera batalkan puasa bila terdapat kondisi muntah berlebihan, diare,lemah, pusing dan keringat berlebih yang menandakan terjadi hipoglikemi pada ibu. Bila janin di dalam kandungan tidak seaktif biasanya atau malah tidak bergerak sama sekali, segera batalkan puasa dan periksakan kehamilan ke bidan atau dokter
Demikian pula halnya bagi ibu menyusui yang ingin melaksanakan puasa. Ibu menyusui yang dalam kondisi sehat, komposisi ASI nya tidak akan berubah atau berkurang kualitasnya dibandingkan saat tidak berpuasa.
Mengapa? Karena secara otomatis tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi dengan mengambil cadangan zat-zat gizi, yaitu energi, lemak dan protein serta vitamin dan mineral, dari simpanan tubuh. Setelah ibu berbuka, tubuh akan mengganti cadangan zat-zat gizi tersebut, sehingga ibu tidak akan kekurangan zat gizi. Komposisi ASI baru akan berkurang pada ibu yang menderita kurang gizi, sebab tidak ada lagi cadangan zat gizi yang dapat memasok kebutuhan produksi ASI yang lengkap.
Namun, pada ibu yang baru saja melahirkan dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dianjurkan untuk menunda berpuasa dulu. Sebab pada masa menyusui eksklusif, ASI adalah satu-satunya asupan cairan dan gizi bagi bayi.
Pada masa ini, metabolisme tubuh ibu bekerja dengan giat untuk terus menerus memproduksi ASI dengan komposisi yang lengkap. Karena Agama Islam pun memberi keringanan bagi para ibu menyusui untuk tidak berpuasa selama Ramadan. Akan tetapi bila ibu yakin dengan kondisi kesehatannya dan produksi ASI tetap baik, maka diperbolehkan melaksanakan puasa. (***)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post