Oleh: A Sofyan Hasdam
Mantan Wali Kota Bontang
Pagi ini (Sabtu 5/8 kemarin, Red.) saya membaca koran Bontang Post dan saya tertarik pada sebuah judul berita utama. Selain Kota Bontang, tidak banyak daerah di Indonesia yang mampu menolak hadirnya iklan rokok.
Selain pendekatan pengusaha rokok yang begitu intensif, juga karena dorongan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kebanyakan daerah hanya berfikir untuk mengejar pajak atau retribusi dari kehadiran iklan rokok, namun mereka lupa dampak negatif dari hadirnya iklan rokok tersebut.
SASARANNYA GENERASI MUDA
Kalau kita analisis tema atau bunyi iklan rokok, semuanya memiliki sasaran ke generasi muda. Dengan tema-tema gaul yang mereka tampilkan, mereka berharap akan mampu menarik generasi muda menjadi “perokok pemula” dan membuat pemuda yang telah merokok untuk menjadi perokok mantap dengan fanatisme pada jenis atau merek rokok tertentu.
Keinginan pengusaha rokok untuk menggaet generasi muda tentu dengan pemikiran bisnis yang logis. Jika seorang generasi muda usia 10 tahun berhasil mereka pengaruhi untuk menjadi perokok, maka dia akan mendapatkan langganan tetap paling tidak selama 50 tahun jika prediksi orang ini meninggal pada usia 60 tahun.
Hal ini tentu berdasarkan survei yang mereka lakukan bahwa tidak banyak perokok yang bisa berhenti merokok terkecuali dalam keadaan terpaksa. Mereka meyakini bahwa hampir tidak ada perokok yang berhenti merokok karena membaca iklan yang menakutkan misalnya; Rokok Membunuhmu.
Saya tidak ingat jumlah pasti dari uang orang Indonesia yang tersedot oleh pengusaha rokok. Yang jelas jumlahnya besar sekali. Oleh karena itu jangan heran kalau pengusaha papan atas terkaya di negara ini adalah pengusaha rokok. Dan ironisnya justru petani tembakau tidak ada yang kaya. Bahkan kebanyakan hidup di bawah standar .
Saya tidak perlu membahas zat beracun apa saja yang ada di dalam rokok dan penyakit apa saja yang ditimbulkan karena sudah terlalu sering kita dengar. Yang saya ingin tekankan bagaimana mencegah generasi muda kita agar tidak terjerat menjadi perokok baru yang kemudian menjadi pahlawan di mata pengusaha rokok, namun memiliki dampak jelek dalam kehidupannya. (**)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: