Disela adegan rekonstruksi yang diperagakan tersangka Ardi dan ibu korban Reni Chandra Anita alias Nita, Bontang Post mencoba “mengorek” isi hati Nita. Memang wajahnya terlihat dingin, tidak mengartikan raut muka sedih atau kecewa. Namun Nita selalu menundukkan kepalanya jika tak ada yang bertanya padanya.
Ketika Ardi beberapa kali turun untuk adegan di bawah truk, Nita masih berada dalam truk. Dia bercerita bahwa hatinya begitu sakit melihat anaknya disiksa. Sejak penganiayaan awal, dirinya tak henti menangis dan memohon ampun. Bahkan sempat bertanya mengapa memukuli Navita. “Suami saya cuma jawab kesal lihat Navita, dia cemburu kalau saya lebih sayang sama Navita,” ungkapnya.
“Hati saya sakit sekali melihat Navita seperti itu, tetapi saya tak bisa berbuat apa-apa, karena semakin saya memohon ampun, dia semakin laju bawa truknya, saya kalut,” sambungnya.
Nita juga mengatakan dirinya sempat dipukul oleh Ardi karena berusaha menghalangi tersangka memukuli korban. Tak hanya itu, kakinya juga ditendang tersangka hingga memar. “Saya pengen melawan, tetapi enggak tahu mau bagaimana,” kata Nita yang mulai terbuka, karena awalnya sulit diwawancara.
Mengenai Navita, dengan kondisi penuh luka, Nita mengatakan memang anaknya tidak menangis, namun merintih kesakitan. Dia pun bertanya mengapa tersangka memukuli Navita. “Dia (tersangka, Red.) cuma jawab muyak, ingat bapaknya,” kata Nita menirukan jawaban Ardi.
Dia bercerita bahwa Ardi dan bapak kandung Navita merupakan teman dekat sejak kecil saat di Penajam Paser Utara (PPU). Oleh karenanya, Ardi mengenal suami pertama Nita. Nita dan bapak kandung Navita menikah di usia 16 tahun. Usia 17 tahun dia bercerai karena suami pertamanya pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) juga. Saat itu, Navita berusia 8 bulan. Lalu dia mengenal Ardi usia 20 tahun dan memutuskan untuk menikah. Sebelum menikah dengan Ardi dirinya sempat bekerja. “Suami yang dulu tahu kejadian ini dan marah sama tersangka, kalau sama saya dia selalu nguatin saya biar tidak sedih. Bahkan, dia yang ambil jenazah Navita di Samarinda dan memakamkannya,” bebernya.
Jelang 24 hari kepergian Navita, Nita mengaku sudah melakukan tahlilan untuk Navita. Ayah kandungnya pun selalu hadir dan mengirim doa. Jika malam Jumat Nita mengirim doa, malamnya saat tidur dia selalu didatangi arwah Navita dalam mimpi. “Di mimpi saya, dia datang pakai baju bagus, dia bilang Navita sudah tenang, mah. Dua kali saya mimpi begitu. Saya kesepian, kehilangan anak saya,” kenangnya.
Lantas, apa perasaan cintanya masih ada untuk Ardi? Nita menjawabnya bahwa perasaan cinta dan sayangnya sudah hilang. Yang ada saat ini hanyalah perasaan benci. “Saya dendam sama dia (tersangka, Red.) sampai sekarang. Bahkan kalau bisa, nyawa dibalas nyawa, dia harus dihukum seberat-beratnya,” tandasnya dengan tatapan kosong namun penuh amarah. (mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: