Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mendatangi dua anak yang ditelantarkam ibu kandungnya, Marsel (3) dan Soni (16) di Rumah Singgah Dinas Sosial Kota Tangerang, Jalan Iskandar Muda No1, Bendung Pintu Air Sepuluh, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Kamis (5/1/2017). Liputan6.com
Pendidikan pranikah dinilai sangat penting sebagai salah satu usaha untuk mencegah terjadinya kasus penelantaran anak. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan pihaknya telah memaksimalkan program tersebut. metrotvnews.com
Umat butuh konsep pendidikan pernikahan yang kaffah komprehensif. Angka perceraian kembali menjadi sorotan. Bukannya menurun, namun setiap tahun justru terjadi peningkatan.
Dari berbagai data di media, penyebab perceraian antara lain ketidakharmonisan antara suami-istri. Sekian lama berumah tangga, akhirnya sering cekcok dan merasa tidak lagi sehati.
Selanjutnya masalah ekonomi akibat tingginya tuntutan kebutuhan. Termasuk dipicu lebih tingginya pendapatan istri karena akses mereka di bidang ekonomi yang makin terbuka.
Selanjutnya, perselingkuhan. Interaksi laki-laki dan perempuan yang semakin intens dan terbuka di ruang publik, sangat memungkinkan terjadi hubungan intim. Termasuk perkembangan media sosial yang memicu pasangan kembali mesra dengan kenalan lamanya.
Berbagai penyebab di atas, tentu tidak semata persoalan personal, melainkan juga tanggung jawab sistem. Perceraian bukan sekadar fenomena sosial, harus diurai dengan kacamata syara’. Menikah berarti menyempurnakan sebagian agama. Banyak syariat Islam yang hanya bisa dilakukan oleh seorang hamba setelah statusnya menikah.
Adapun perselingkuhan, disebabkan sistem sekuler saat ini yang membuka pintu lebar-lebar bagi pergaulan bebas. Tak peduli sudah berstatus suami atau istri, berteman tapi mesra dengan lawan jenis makin biasa. Zina merebak di berbagai sudut kota. Ini menjadi PR negara, bagaimana menghukum mereka. Bila peselingkuh dan pezina dibuat jera, maka akan menurun angka perceraian.
Demikian pula masalah ekonomi, ini merupakan tanggung jawab sistem. Semestinya negara memberi jaminan sebuah keluarga bisa mencukupi kebutuhannya. Baik melalui mekanisme suami dengan penghasilan yang layak, hingga terjangkaunya sarana pendidikan, kesehatan dan murahnya harga kebutuhan pokok. Jika sebuah keluarga sejahtera, perceraian akan menjauh.
Jadi, karena akar masalahnya sistemik, masalah perceraian ini harus diatasi secara sistemik pula. Yakni, mengganti sistem sekuler ini dengan sistem Islam. Sebab, sistem Islam menciptakan lingkungan masyarakat dan negara yang mendukung keharmonisan dan keutuhan rumah tangga.
Fenomena ini harusnya ditangkap sebagai sebuah kebutuhan. Bahkan bukan hanya konsep pranikah, umat sangat membutuhkan konsep pernikahan dan pasca nikah. Semua harus dipelajari secara komprehensif berbasis aqidah Islam. Pendidikan pranikah, nikah dan pasca seharusnya berada di dalam sistem pendidikan di bangku sekolah atau kuliah.
Pendidikan nikah harusnya dibuat dalam kurikulum yang matang dan dimasukkan dalam pelajaran agama, parenting, fikih pernikahan atau nizam ijtima’i. Bahkan ketrampilan kerumahtanggaan, hendaknya menjadi perhatian serius. Tapi, bukan sekadar pendidikan seks pranikah ala pemerintah sekuler saat ini yang justru memicu salahkaprah soal seks di kalangan remaja.
Kedudukan ilmu pengetahuan tentang membina rumah tangga yang Islami mempunyai andil yang cukup besar dalam kehidupan manusia. Banyak generasi muda saat ini yang sukses berkarier, tapi gagal di rumah tangga karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar. Apalah artinya karir sukses jika di level rumah tangga hancur berantakan karena tidak tahu bagaimana membinanya dalam bingkai Islam? Sampai-sampai tega menelantarkan anaknya seperti kisah diatas.
Ilmu berumah tangga itu tidak eksak dan tidak ada habisnya. Berumah tangga, menjalani peran sebagai istri-suami atau ibu-ayah dari anak-anak tidak ada sekolahnya. Learning by doing. Sekolahnya ya kehidupan itu sendiri. Namun, jika sistem pendidikan sudah mencakup konsep-konsep pernikahan dan kerumah-tanggaan, niscaya akan melahirkan generasi-generasi muda yang kelak cakap dalam mengarungi kehidupan.
Cakap melakoni peran sesungguhnya dalam kehidupan: sebagai istri-suami dan ibu-ayah. Sukses berkarier, sukses pula di rumah. Inilah kondisi ideal yang semestinya tercipta, agar terpenuhi firman Allah SWT yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (TQS at-Tahrim: 6). Wallahuálam.
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post