bontangpost.id – Sejumlah pedagang di Pasar Taman Rawa Indah (Tamrin) melakukan aksi protes pemberlakuan Kaltim Silent. Bila kebijakan ini dilanjutkan, pedagang mengancam akan meninggalkan kios mereka. Dan berjualan di sepanjang Jalan KS Tubun, Tanjung Laut.
Aksi protes ini dilakukan pedagang dengan menyambangi kantor UPT Pasar di lantai 4 Pasar Tamrin sekira pukul 11.00 Wita. Pedagang hendak bertemu Kepala UPT Pasar Haedar untuk menyampaikan poin keberatan. Namun yang dicari tidak di lokasi. Sehingga pedagang hanya diterima Kasubag TU UPT Pasar Abdul Malik.
Dalam kesempatan itu, Abdul Malik menuturkan tak bisa berkomentar banyak. Seluruh tuntutan pedagang nantinya dilanjutkan ke kepala UPT Pasar. “Jadi kami tampung dulu tuntuan bapak, ibu. Nanti kami lanjutkan ke atasan,” ujarnya kepada pedagang.
Beberapa pedagang menyampaikan keberatannya. Seperti diutarakan Idris, pedagang buah di Pasar Tamrin. Dibeberkannya, pemberlakuan Kaltim Silent di Bontang membuat dirinya rugi secara materil. Ia enggan menyebut nilai kerugiannya. Namun ia menyebut, barang dagangannya seperti jeruk nipis dan jeruk manis banyak rusak karena tak laku. Tak lain lantaran pasar ditutup dua hari.
“Coba lihat. Seperti jeruk ini yang sebelumnya hijau jadi tertinggal di jualan (Kios) kuning semua. Enggak akan begini kalau Sabtu-Minggu itu pasar buka,” beber Idris, sembari menunjuk barang dagangannya.
Lanjutnya, Idris menilai pemerintah tidak sensitif terhadap nasip warganya. Di masa sulit sepeti ini, mestinya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tidak membuat warga makin kesulitan hidup. Dua hari pasar ditutup, praktis ratusan pedangang, berikut keluarganya kehilangan sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara bantuan pemerintah kepada masyarakat selama pandemi ini menurutnya sangat minim.
Bila Kaltim Silent ingin dilanjutkan, Idris meminta pemerintah tidak menutup pasar. Tapi hanya melakukan pembatasan jam operasional. Misal di akhir pekan (Sabtu-Minggu) pasar buka higgga pukul 12.00 Wita. Pedagang pun siap memberlakukan protokol kesehatan guna mendukung upaya pemerintah melandaikan angka pengidap Covid-19 di Bontang.
“Pemerintah yang bijak mestinya membuat kebijakan yang tidak menyengsarakan rakyatnya seperti ini,” ujarnya kecewa.
Senada, diungkapkan pedagang sayur, Heriyadi. Dia memprotes pemberlakuan Kaltim Silent yang mendadak. Pasalnya, sayuran yang sebelumnya distok untuk dijual esok harinya rusak semua karena pasar tutup dua hari. Barang dagangan kadung distok di kios lantaran informasi penutupan pasar sangat mendadak dan terlambat. Heriyadi mengaku, informasi penutupan pasar diterimanya melalui pengeras suara Pasar Tamrin sekira pukul 17.00 Wita.
“Informasi kami terima jelang Magrib. Sementara barang sudah kami stok duluan. Bagaimana mau diantisipasi,” bebernya ketika disambangi di Kantor UPT Pasar, Senin (8/2/2021) siang.
Baik Idris maupun Heriyadi berhap pemerintah mengkaji ulang bila Kaltim Silent akan diberlakukan lagi. Bila konsepnya masih sama seperti di pekan pertama lalu, yakni pasar ditutup total, pedagang mengancam akan meninggalkan kios mereka di Pasar Tamrin.
Dan memilih berdagang di sepanjang Jalan KS Tubun. Sebab, selama Kaltim Silent rupanya pedagang di pinggir jalan masih aman saja, bisa buka, dan tidak terkena razia. Beda halnya dengan pedagang di pasar yang dipaksa tutup oleh pemerintah.
“Kalau mau tutup, tutup semua. Jangan yang di pasar ditutup, yang di pinggir jalan boleh buka. Kalau begitu mending kami semua jualan di pinggir jalan juga,” urai Heriyadi. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post