Kedatangan polymerase chain reaction (PCR) ke Kaltim patut dinanti. Alat tes Covid-19 itu bakal cepat mengetahui penderitanya, positif terinfeksi atau tidak. Sekaligus mempercepat tenaga medis mengambil tindakan.
SAMARINDA – Masih ada 79 orang di Kaltim yang menanti hasil tes laboratoriumnya. Hingga sekarang, provinsi ini terus menyetorkan spesimen ke Jakarta atau Surabaya untuk pemeriksaan Covid-19.
Sementara, polymerase chain reaction (PCR) belum juga jelas kapan akan mendarat di Benua Etam. Konon, PCR atau alat tes reaksi berantai polymerase itu bisa mengetahui ketepatan hasil tes Covid-19 hingga 9 ribu sampai 10 ribu per hari. Alat tersebut didatangkan oleh Kementerian BUMN dari Swiss pekan lalu.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim Andi M Ishak mengatakan, hingga kini pihaknya masih menunggu keputusan pusat. Pasalnya yang mendistribusikan alat itu adalah Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di pusat.
Dikatakan penempatan PCR Set itu berdasarkan penilaian dari pusat. Namun, yang jelas di Samarinda. Apakah bakal ditempatkan di laboratorium kesehatan milik pemprov, Andi belum bisa memastikan. Namun, sejauh ini menurutnya laboratorium kesehatan jadi opsi yang cukup memungkinkan.
“Tapi Laboratorium Kesehatan Kaltim dari kasus flu burung yang lalu saja bisa,” kata Andi, (11/4/2020).
Secara sumber daya manusia (SDM), Kaltim disebut Andi juga sudah siap. Tinggal menunggu pusat.
Diketahui, Pemerintah Indonesia kini memiliki 20 alat tes PCR yang terdiri atas dua buah Ribonucleic Acid (RNA) Extractor Automatic dan 18 detector PCR yang bisa mengetahui ketepatan hasil tes Covid-19 hingga 10 ribu per harinya.
Alat itu didatangkan dari Roche Swiss atas upaya Kementerian BUMN dari Roche Swiss. Alat tersebut merupakan alat yang diburu oleh berbagai negara yang bersamaan terjangkit pandemi Covid – 19.
“Sekitar tiga minggu lalu, kami sudah berhasil membeli alat dari Swiss Roche sudah datang ke Indonesia. Detailnya adalah ada dua buah manufacture RNA ini adalah automatic RNA untuk ekstraktor biasanya di Indonesia ada yang manual dan matic juga,” ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga.
Arya mengatakan kedua alat itu memiliki kemampuan tes yang berbeda. RNA Extractor bisa mengetahui hasil tes RNA hingga 1.000 per hari. Sementara Detector PCR memiliki kapasitas 500 tes per hari.
Bila semua alat tes telah terinstal, lanjut Arya, maka dalam satu hari bisa mengetahui hasil tes dengan kecepatan 9.000 hingga 10.000 spesimen. Menurut perhitungannya, bila dalam satu hari bisa dilakukan 5.000 hingga 10.000 tes, maka dalam sebulan bisa mencapai 300.000 tes.
“Sehingga ini bisa mengejar orang yang bisa dites, dengan alat PCR kepastian bahwa orang itu terkena corona atau tidak. Alat ini sudah hadir dan sudah di set up,” ucap dia.
Arya berharap dengan adanya alat ini Indonesia akan semakin mudah mendata berapa banyak masyarakat yang positif tertular Covid-19. Dengan begitu, upaya penyembuhan serta memutus rantai penularan akan semakin mudah. “Itu langkah cepat supaya bisa mengantisipasi kondisi corona di Indonesia. Semua negara berebutan karena hampir seluruh dunia terkena corona,” ungkap dia.
Selain Kaltim, provinsi lain yang menerima PCR itu antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua. Perakitan alat itu membutuhkan waktu beberapa hari dan kehati-hatian yang tinggi. (nyc/rom/k18/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: