bontangpost.id – Menyebarnya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak berimbas pada pasokan sapi di Bontang. Seharusnya sapi dari Sulawesi Selatan tiba pada pertengahan pekan ini. Tetapi karena ada kebijakan melakukan karantina 14 hari sebelum pengiriman, jadwal tiba mundur.
“Akhirnya sapi itu kembali ke kampung di sana (Sulsel) untuk karantina. Seharusnya ini sudah berangkat,” kata Kepala UPT Rumah Potong Hewan Hasyim.
Saat ini stok sapi di Bontang hanya sekira 10 ekor. Berada di tiga penjagal. Di tambah beberapa sapi lokal. Meski demikian, angka ini dianggap cukup hingga awal pekan depan. Ia menjelaskan pasokan akan datang dengan jumlah 150 ekor dari NTT, Senin (23/5/2022). “Ini sudah dalam perjalanan menunggu tiba,” ucapnya.
Kedatangan awal pekan depan diyakini mampu untuk memenuhi kebutuhan warga. Utamanya untuk mempersiapkan kebutuhaan saat Iduladha. Harga sapi hidup sejauh ini belum ada kenaikan, karena pemesanan dilakukan jauh hari.
Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) pun sudah melakukan antisipasi terhadap PMK. Berupa pengecekan hewan ternak ketika datang dari daerah asal. Menurutnya, sejauh ini virus sudah menyebar ke 15 provinsi di Indonesia. Salah satunya yang paling dekat ialah Kalimantan Selatan. “Saat ini belum ada kasus di Bontang. Semoga tidak ada,” tutur dia.
Sejumlah tanda klinis virus PMK pada hewan ternak, di antaranya mengalami demam tinggi (39–41 derajat celcius), keluar lendir berlebihan dari mulut dan berbusa, serta terdapat luka-luka seperti sariawan di rongga mulut dan lidah.
Selain itu, hewan ternak tidak mau makan, kaki pincang, luka di kaki dan diakhiri lepasnya kuku. Lalu, sulit berdiri, gemetar, napas cepat, produksi susu turun drastis, dan hewan menjadi kurus. (ak)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post