SAMARINDA-Kebocoran gas diduga menjadi penyebab elpiji 3 kilogram yang diangkut Kapal Motor (KM) Amalia meledak Selasa (5/2) malam. Selain menimbulkan satu korban jiwa. Dua kru kapal belum ditemukan hingga kemarin (6/2/2019).
Salah satu korban yang meninggal dunia itu bernama Ramadhan (20). Pemuda itu adalah satu dari enam kru kapal yang rencananya bertolak ke Bidukbiduk, Berau. Nyawa Ramadhan tak tertolong setelah sebelumnya sempat dirawat tim dokter RS Dirgahayu.
Menurut keterangan Rudi (39), seorang relawan, saat kejadian, dia berada di KM Tanjung Mas, sedang memancing. Namun, ledakan menggelegar itu tak membuatnya takut. Dia bahkan ikut serta dalam misi kemanusiaan, mencari dua korban yang hingga kemarin (6/2/2019) belum ditemukan, yakni Jamaludin dan Arman.
“Kalau KM Amalia langsung karam, kalau saya mancing di KM Tanjung Mas, dan itu tenggelam secara perlahan,” sebut Rudi. Sejatinya, ada tiga kapal yang parkir di dermaga Sungai Mahakam. Satu kapal lain langsung memutuskan tali pengait untuk menjauh.
Area lantas disterilkan. Kepolisian langsung melakukan penyelidikan terkait musibah tersebut. Garis polisi dipasang. Pasalnya, setelah kejadian, warga berbondong-bondong untuk melihat lebih dekat. Padahal, kondisinya cukup membahayakan.
Beberapa jam setelah kejadian, tim search and rescue (SAR) gabungan, melakukan pencarian di sekitar lokasi. Ratusan tabung elpiji diangkat ke dermaga. Berikut dengan beberapa barang milik kru kapal. Musibah tersebut menyita perhatian.
Kapolresta Samarinda Kombes Pol Vendra Riviyanto kemarin pagi mendatangi lokasi. “Sejauh ini, tim gabungan terus mencari korban yang masih hilang,” sebut perwira melati tiga tersebut.
Sore hari, pimpinan kepolisian Kota Tepian itu kembali mendatangi lokasi kejadian. Setelah sebelumnya sempat mendatangi dua korban, yakni Muchtar dan Yordan Ardan Ali atau akrab disapa Ningsih. “Untuk Yordan kondisi luka bakarnya 70 persen, sedangkan Muchtar lumayan juga,” sambung perwira penyuka olahraga ekstrem tersebut.
Saat mendatangi Munchtar, Vendra mendengar langsung, bahwa korban menyalakan mesin penyedot air. “Mesin itu ada di ruangan dapur. Jaraknya kurang dari 5 meter,” sambung Vendra. Dari keterangan itu, sementara dugaan polisi karena adanya kebocoran gas. Namun, tabung elpiji lain yang sudah dimuat ke kapal, sebagian ikut meledak.
Sales Eksekutif LPG II Samarinda Widhi Adi Tri Hidayat yang dihubungi Kaltim Post menjelaskan, musibah yang menimpa KM Amalia, pihaknya belum mendapatkan akses lebih dekat dengan tabung-tabung yang berada di dermaga.
“Tapi tadi dilihat kasatmata perekatnya tidak ada,” sebut Widhi. Pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan dari kepolisian. “Jadi sejatinya, sudah ada kuota yang ditentukan setiap kabupaten/kota,” sambung Widhi.
Dia tak membenarkan jika elpiji yang peruntukannya di wilayah Kota Tepian, malah berencana dibawa ke luar daerah. “Tapi kalau elpiji yang kemarin, kami belum bisa pastikan dari mana diperoleh,” jelas Widhi. “Indikasi kami didapat dari pengecer, karena ukuran tabung berbeda-beda,” tambahnya.
Dari penelusuran media ini, tabung-tabung elpiji yang diangkat dari KM Amalia didapat dari kantor agen di Jalan Sentosa, Sungai Pinang. Diduga elpiji itu merupakan jatah Samarinda yang akan dikirim ke Berau. Mengingat warna segel elpiji 3 kilogram yang diturunkan dari KM Amalia adalah hijau tua. Sementara seharusnya elpiji 3 kilogram yang dikirim ke Berau segelnya berwarna merah muda. “Kami sudah tegas, itu (menjual jatah Samarinda ke Berau) dilarang,” sebut Widhi.
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 71/2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, elpiji adalah masuk dalam barang penting. Penjualan elpiji bersubsidi di luar ketentuan, tak dibenarkan Widhi. Distribusi elpiji subsidi di luar ketentuan pernah digagalkan di Aceh Utara. Dua orang ditangkap polisi. Dan tidak menutup kemungkinan, pengiriman elpiji di dalam KM Amalia ilegal.
Tak hanya elpiji itu yang dianggap ilegal, dermaga tempat kru KM Amalia memuat sembako, juga disebut-sebut tak memegang izin. Itu diutarakan Kasi Dermaga dan Angkutan Sungai Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda Teguh Setia Wardana saat dia mendatangi lokasi kemarin.
“Izinnya harus berdasarkan rekomendasi dari Dishub Samarinda, dan saya sudah periksa, sudah mati dua tahun izinnya,” jelas Teguh. Secara tegas, dia menyebut bahwa dermaga yang menjadi TKP kapal meledak itu ilegal. Dan, lanjut Teguh, dermaga tersebut dianggap tak memenuhi standar.
“Kan sudah ada tempatnya di Pelabuhan Sungai Kunjang. Seharusnya bongkar-muat di sana,” sebut eks Kasi Ops Satpol PP Samarinda. Dalam waktu dekat, dia berencana merazia sejumlah dermaga di sepanjang Sungai Mahakam. Menurut teguh, manifest dari kapal yang hendak berangkat atau datang, harus sesuai. Dan itu harus disetujui Dishub Samarinda. Teguh merasa, instansinya saat ini merasa diabaikan oleh penggiat usaha.
PENCARIAN DIPERLUAS
Hingga kemarin, dua korban, yakni Jamaludin dan Arman masih belum ditemukan. Dantim SAR Brimob Detasemen B Pelopor Polda Kaltim Iptu Elan Suherlan menjelaskan, sudah dua kali melakukan penyelaman di sekitar lokasi. “Pagi dan sore hari. Maksimal 30 menit sekali menyelam,” sebutnya.
Lebih lanjut, diungkapkan Bripka Abdul Latief, seorang penyelam, jarak pandang di bawah nol. “Kami hanya meraba-raba,” tuturnya. KM Amalia yang diperiksa, kondisi kemiringan sekitar 45 derajat. Dua penyelam bahkan sempat masuk ke ruangan di kapal. “Korban yang dicari belum ditemukan. Kami juga tidak berani terlalu dalam karena peralatan takut tersangkut,” sebutnya. Namun, dua penyelam yang turun mendapatkan beberapa barang yang tersangkut.
Kanit Siaga SAR Samarinda dari Basarnas Kaltim-Kaltara Dede Hariana menjelaskan, pencarian maksimal, setiap harinya mulai pukul 06.00-18.00 Wita. “Di luar itu sebenarnya tidak diperkenankan. Boleh dilakukan dengan catatan jika sudah ada kejelasan. Jika ada yang melakukan di luar itu, bukan wewenang tim SAR,” sebutnya. Menurut Dede, radius pencarian korban kapal meledak, radius hingga 10 km. Dan batas waktu pencarian hingga tujuh hari terhitung sejak awal kejadian.
Diwartakan sebelumnya, ketenangan warga pada Selasa (5/2) malam berubah mencekam. Pekikan tolong meraung-raung. Warga berhamburan keluar rumah. Ledakan yang ditimbulkan mencapai radius sekitar 3 kilometer. Dua kapal motor yang tambat di Sungai Mahakam meledak.
Jamaludin (50), Ramadhan (20), Arman (25), Yordan Ardan Ali alias Ningsih (20), dan Muchtar (20), berada dalam kapal. Semuanya istirahat. Hanya Alam (40), salah satu kru yang sempat keluar dari kapal sebelum kejadian. KM Amalia adalah kapal yang lebih dulu tambat ke dermaga. Sementara KM Tanjung Mas, baru tiba dari hulu Mahakam, tanpa muatan. (*/dra/rom/k15/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post