SANGATTA – Kedutaan Besar Jerman di Jakarta melalui Consular Section Dede Ratna Nengsih, miminta agar jasad Timo Radeck segera dipulangkan. Permintaan tersebut sesuai dengan keinginan orangtua kandung korban.
Dalam surat elektronika yang dikirim ke Kapolres Kutim, Rabu (8/11) dijelaskan bahwa Ny Marliese Radeck tidak menghendaki Timo Radeck yang lahir pada 19 Mei 1965, diotopsi.
“Yang terhormat Polres Kutim, dengan ini kami menginformasikan bahwa ibu dari Bapak Timo Radeck yang lahir pada tanggal 19 Mei 1965 tidak menghendaki otopsi pada jenazah anaknya dan hanya meminta agar jenazah dikirim ke Jerman. Oleh karena itu itu, kami memohon agar jenazah bisa dikirimkan ke Jerman sesuai dengan keinginan keluarga almarhum, atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih,” tulis Dede Ratna Nengsih.
Sebelumnya, ibu Radeck Timo sempat shock setelah mendengan kematian putranya. Namun akhirnya mengihlaskan kepergiannya dan tidak ingin dilakukan otopsi. Pernyataan Ny Marliese Radeck itu tertuang dalam surat pernyataan yang ia kirimkan ke Undine Simone (57) teman wisata Radeck ke Hutan Wehea, awal peckan tadi. Dalam surat yang dibuat singkat ditegaskan, Marliese Radeck memberikan kuasa kepada Undine Simone untuk mengurus pemulangan putranya ke Jerman tanpa harus diotopsi.
“Auf eine Autipsie verzichte ich (Saya melakukannya tanpa otopsi, Red.),” tulis wanita yang lahir di Weller 10 Juni 1932 ini.
Surat ibu Timo Radeck, diterima Selasaa (7/11) sore, langsung diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Surat itu juga menjadi pegangan pihak kepolisian untuk memberikan surat keterangan yang digunakan Undine Simone membawa temannya wisatanya kembali ke Jerman.
“Untuk sementara jasad dibawa ke RSU AW Syahrani Samarinda untuk ditangani sebelum dibawa ke Jerman. Nanti di Samarinda akan ditangani biro khusus yang akan membawa ke Jerman,” terang Junaid – guide yang mendampingi almarhum selama berada di Kutim.
Pada pukul 21.50 Wita, jasad Timo Radeck dibawa ke Samarinda dengan menggunakan ambulance milik RSU Kudungga.
Sebelumnya, Timo Radeck meninggal dunia diduga karena kelelahan. Almarhum semenjak tiba di Kutim, sempat menginap di Hotel ABNA Sangatta. Setelah itu melanjutkan tour melihat hutan di TNK, sebelum ke Muara Wahau.
Di Muara Wahau, almarhum bersama Undine Simone menginap di Penginapan 888 setelah itu masuk Hutan Wehea. Pada jam istirahat, Timo disebut-sebut tidak istirahat.
“Bahkan malam hari ia masih bergadang, jadi kurang istirahat,” kata Junaid.
Rencananya dari Hutan Wehea, Timo Radeck dan Undine Simone melanjutkan perjalanan ke Berau untuk berkunjung ke Pulau Derawan sebelum kembali ke Jakarta dan meneruskan perjalanan ke Jerman. (aj)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: