Di tengah kondisi pandemi, suplemen vitamin makin diburu dengan tujuan meningkatkan daya tahan tubuh. Terutama vitamin C. Padahal, jika dikonsumsi berlebih, justru tak baik. Terlebih lagi, tubuh tetap butuh asupan nutrisi lain. Bagaimana takaran dosis tepat?
VITAMIN C disinyalir mampu menghalangi tubuh agar tak terpapar virus korona. Disampaikan Nurul Afiah, dosen gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, mengonsumsi berbagai jenis vitamin memang baik. Namun, immune booster tidak hanya dari golongan vitamin, tetapi juga dari mineral seperti zink dan protein. Vitamin C banyak diburu karena dikenal sebagai immune booster yang berfungsi menstimulasi pembentukan antibodi mencegah infeksi dalam tubuh.
Selain vitamin C, ada vitamin lain yang tak kalah penting dalam meningkatkan imunitas seperti vitamin E sebagai zat antioksidan dan kuat melawan infeksi, vitamin A yang bisa mengatur kerja sistem imun, melindungi infeksi pada jaringan di sistem pencernaan dan pernapasan, serta vitamin B6 yang penting dalam membantu reaksi biokimia sistem imun.
Perlu diketahui bahwa kebutuhan vitamin C untuk tiap umur dan jenis kelamin berbeda. Laki-laki usia 16–80 ke atas butuh 90 mg per hari. Anak usia 10–12 tahun butuh 50 mg sedangkan 13–18 tahun 75 mg. Bagi perempuan usia 16–80 ke atas butuh 75 mg per hari. Anak usia 10–12 tahun, 50 mg dan 13–15 tahun, 65 mg per hari.
“Kebutuhan vitamin C tidak perlu sampai 100 mg per hari. Toleransi limit atas intake-nya bisa mencapai 2000 mg per hari. Namun, kalau mengonsumsi sebanyak itu dalam jangka waktu cukup lama, bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Terutama ginjal,” jelas Nurul.
Beda hal jika kondisi tubuh sedang kurang baik. Seandainya mengalami imun lemah, perlu asupan vitamin C lebih banyak. Sebagai contoh, mengonsumsi dua jeruk sudah memenuhi kebutuhan harian vitamin C. Begitu pula dengan dua kiwi, satu cangkir jus pepaya dan tujuh buah stroberi. Di dalam tubuh, vitamin C dapat berikatan dengan zat gizi lain. Jadi, jika jumlahnya berlebih, bisa menyebabkan gangguan diare, aliran kencing, gout symptoms (asam urat), hingga batu ginjal.
Dijelaskan Nurul, mengonsumsi bahan makanan alami lebih mudah diserap dan lebih baik dibanding suplemen. Makanan yang dimaksud tentu harus memenuhi kandungan gizi. Terdiri atas mikronutrien atau zat gizi mikro yang meliputi vitamin dan mineral. Selain membantu proses metabolisme zat gizi, keduanya bisa sebagai antioksidan yang sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Beberapa vitamin dan mineral yang berperan sebagai antioksidan terkandung dalam vitamin A seperti ubi, wortel, bayam, brokoli, paprika merah. Lalu vitamin E seperti bayam, alpukat, kacang-kacangan, dan vitamin C seperti jenis jeruk, stroberi, kiwi, tomat, pepaya, mangga. Kemudian ada protein yang dapat membantu untuk memperkuat sistem imun tubuh dengan mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan saat tubuh sakit.
“Di vitamin B6 ada pada ayam, tuna, salmon. Selenium di pisang, telur, susu, tuna, yogurt, zat besi di hati sapi atau ayam, daging merah, kacang merah, terakhir ada zinc pada seafood, susu, gandum, dan daging merah,” pungkas Nurul. (*/ysm/rdm2/k16/kpg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: