Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris :Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang.
Cikal Bakal Hari Valentine.
Bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian dimasa Romawi Kuno (13-18 februari). Dua hari pertama dipersembahkan untuk Dewi Cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari itu, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak, lalu mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama Negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama Katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998, Ust.Muhammad Abduh Tuasikal).
Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine:
Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir.
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (Ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash-Shiroth Al-Mustaqim (Ta’liq :Dr.Nashir bin ‘Abdil Karim Al-‘Aql,terbitan Wizarotusy Syu’un Al-Islamiyah, Ust.Muhammad Abduh Tuasikal).
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Umar rodhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Aku diutus antara aku dan hari kiamat dengan pedang sehingga hanya Allah yang diutus, tidak ada sekutu bagi-Nya dan dijadikan rezekiku dibawah naungan tombakku dan dijadikan hina dan kecil atas orang yang menyalahi perintahku dan siapa yang menyerupai sebuah kaum maka ia termasuk golongan mereka (HR.Ahmad dan di ta’liq oleh Al-Bukhori dan lafazh bagian akhir dikeluarkan oleh Abu Dawud,dinilai shohih oleh Ibnu Hibban dan Al-Iraqi dan juga dinilai hasan oleh Al-Hafizh dalam Fath Al-Bari. Dalam riwayat lain :HR.Ath-Thobroni dalam Al-Ausath dan lihat juga Al-Faidh 6/104-105 .Kitab Fiqhul Albisati waz Ziinati (edisi Indonesia :Adab Berpakaian dan Berhias).
Menyerupai mereka dalam keadaan terus menerus akan mengakibatkan kekafiran, seperti firman Allah: Dan barangsiapa diantara kalian yang menjadikan mereka sebagai pemimpin,maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka (QS.Al-Ma’idah :51.Faidh Al-Qadir 6/104-105.Kitab Adab Berpakaian dan Berhias).
Kerusakan Kedua: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru rodhiyallahu ‘anhu , bahwa ia berkata siapa yang membangun di tanah kaum musyrikin dan merayakan hari besar atau perayaan mereka dan menyerupai mereka hingga mati, maka akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat (Faidh Al-Qadir 6/104-105).
Jika orang mencintai Allah dan Rasulnya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini: Dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu,beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam: Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah? Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ” Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang tersebut menjawab: Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak sholat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya. Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ”Anta ma’a man ahbabta (Kalau begitu) Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai” (HR.Bukhori-Muslim, Ust.Muhammad Abduh Tuasikal)
Kerusakan Ketiga: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman.
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat ini menjadi renungan bagi kita .
Allah Ta’ala berfirman: Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya (QS.Al-Furqon (25) :72).
Ibnu Jauzi dalam Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat ”tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Diantara pendapat yang ada mengatakan bahwa ”tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar-Robi’ bin Anas. Jadi ayat diatas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk aib (lihat Iqtidho’ 1/4830). Jadi merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman (Ust.M.Abduh Tuasikal).
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat “Valentine’s Day” Berakibat Terjerumus dalam Kesyirikan dan Maksiat.
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa latin yang berarti “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, Tuhan orang Romawi (dari berbagai sumber). Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “TO be my valentine(jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Kholik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah 1/441,Asy-Syamilah. Beliau mengatakan: ”Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti:mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine.pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin (Ust.Muhammad Abduh Tuasikal).
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina.
Perayaan Valentine’s Day, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama sepert : berpacaran, bergandengan tangan, berpelukan bahkan hubungan seksual diluar nikah dikalangan remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram,apalagi melakukannya.Allah Ta’ala berfirman: ”Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (QS.Al-Isro’ (17):32).
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ”janganlah melakukannya”. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina,jelas-jelas lebih terlarang (Ust.Muhammad Abduh Tuasikal).
Penutup
Kalau kita tinjau menurut perspektif agama Islam, jelas ini tidak ada dalil apalagi anjuran, mengingat dampak negative dari Valentine’s Day ini sangat jelas bagi kita umat Islam terutama para generasi muda. Kalau kita berbicara hukum Valentine’s Day menurut agama Islam, sebagaimana hadits dan pendapat para ulama adalah haram. Karena kita berdasar pada sebuah hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam,yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud yang matannya berbunyi, ”Barang siapa yang mengikuti suatu golongan,maka dia termasuk golongan itu .”
Kita katakan haram karena memiliki banyak factor negative lainnya, beberapa diantaranya yaitu kita sebagai umat Islam telah mengikuti ajaran agama dan tradisi umat lain, yang cenderung menjerumuskan kita kearah maksiat, free sex dan masih bersifat primitive yaitu tanpa ada ikatan apapun.
Wahai Allah, ampunilah dosaku, kebodohanku, sikap melampaui batas dalam segala urusanku, dan apa saja yang Engkau lebih mengetahuinya dari pada aku. Wahai Allah, ampunilah sendau gurauku, kesungguhanku, kekeliruanku dan kesengajaanku, semua itu ada padaku (HR.Bukhori).
Semoga sholawat dan berkah serta ni’mat Allah Subhanahu wa Ta’ala tercurah untuk sebaik-baik Nabi dan Rasul yaitu Nabi kita, imam kita, penghulu kita, Muhammad bin Abdillah dan untuk keluarganya, sahabatnya dan orang yang menempuh jalannya dan mengambil petunjuknya sebagai petunjuk baginya. Segala puji milik Allah Rabb semesta alam. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: