Kehadiran jejaring sosial di dunia maya telah mengubah pola hidup manusia. Termasuk dalam hal berbisnis dan mencari peluang usaha baru. Sebagaimana pengalaman Darma Yulansari, ibu rumah tangga yang merintis usaha pernik dan mebel karakter melalui keaktifannya berjejaring sosial.
LUKMAN MAULANA, Samarinda
Berinteraksi dengan teman di media sosial menjadi pengisi waktu senggang bagi Darma Yulansari. Perempuan yang karib disapa Yulan ini tidak mengira kegemarannya tersebut bakal membawanya menjalankan usaha penjualan pernik serta furnitur bergambar dan berbentuk aneka macam karakter kartun anak-anak.
“Tahun 2013, awalnya cuma iseng memasang gambar kotak tisu bergambar Hello Kitty sebagai DP (display picture) di BBM (BlackBerry Messenger),” ucap Yulan mulai berkisah.
Perempuan kelahiran Kutai Kartanegara (Kukar), 28 Maret 1993 ini rupanya menggemari pernak-pernik bergambar Hello Kitty, karakter kartun populer asal Jepang. Salah satunya pernik berupa kotak wadah tisu yang dijual di toko milik temannya. Namun mengingat harganya yang mahal, Yulan kala itu hanya bisa berangan-angan memilikinya.
“Harganya waktu itu Rp 75 ribu. Memang pernik dan aksesoris Hello Kitty rata-rata harganya mahal. Sementara pendapatan suami saya sebagai pegawai kantoran waktu itu pas-pasan. Saya tidak tega menyusahkan suami dengan memintanya membelikan kotak tisu itu. Apalagi waktu itu saya sedang hamil anak kedua,” ungkapnya.
Yulan lantas memasang foto kotak tisu tersebut sebagai DP di BBM miliknya. Tanpa dinyana, DP-nya tersebut menarik perhatian kawan-kawannya. Mereka menanyakan di mana bisa mendapatkan kotak tisu bergambar karakter kucing perempuan itu. Rasa ingin tahu dari sang kawan lantas memunculkan ide bisnis di kepala Yulan.
“Saya terpikir untuk berjualan pernik dan aksesoris bergambar Hello Kitty. Saya tawarkan lewat BMM dan facebook. Bila ada yang memesan, saya beli dari teman saya untuk dijual lagi. Jadi sistemnya waktu itu reseller,” terang Yulan.
Rupanya usaha sampingan yang dijalankan Yulan mendapat banyak peminat. Banyak kenalannya di media sosial yang memesan barang kepadanya. Mulai dari bros berbentuk Hello Kitty, hingga sendok bergambar Hello Kitty. Dia pun jadi semakin aktif mencari informasi penjual barang-barang berkarakter Hello Kitty untuk dia tawarkan kepada setiap temannya.
“Modalnya hanya pakai ponsel dan rajin membagikan gambar-gambar produk di medsos (media sosial) seperti facebook dan instagram. Perniknya macam-macam sampai keperluan rumah tangga. Contohnya gelas, sendok, dan piring. Penjualan kalau ada yang pesan saja, jadi saya tidak stok,” sebutnya.
Dari yang kecil-kecil, Yulan mulai menjual produk-produk berat. Seperti misalnya sofa bergambar Hello Kitty. Di tahun 2014, dia berhasil menjual tiga sofa dengan nilai mencapai jutaan. Bukan hanya di Samarinda, sofa tersebut dijualnya hingga ke Papua. Skala bisnisnya yang semakin meluas ini lantas menarik perhatian sang suami, Ipung Purwanto.
“Suami awalnya penasaran dengan apa yang saya lakukan dengan ponsel saya. Melihat apa yang saya lakukan ternyata menghasilkan, dia mulai membantu saya berjualan,” kenang ibu tiga anak ini.
Perlahan pernak-pernik dan aksesoris yang dijual Yulan semakin berkembang. Bukan hanya menjual produk bergambar Hello Kitty, dia juga menawarkan barang-barang bergambar karakter kartun lainnya. Seperti Doraemon, Keroppi, dan Frozen yang banyak digandrungi anak-anak. Yulan pun memiliki supplier tetap untuk barang-barang jualannya.
“Saya dan suami sempat berkeliling Jawa untuk mencari supplier. Untuk aksesoris, kami mengambil dari supplier di Jakarta dan Bandung. Untuk yang berupa furnitur seperti sofa, kami datangkan dari Sidoarjo,” jelasnya.
Sempat berjalan lancar, usaha penjualan yang ditekuni Yulan bersama suami dilanda masalah. Lesunya kondisi perekonomian Samarinda ikut memengaruhi bisnisnya. Ongkos pengiriman yang tinggi dari Jawa ke Samarinda menjadi salah satu faktor yang membuat usaha Yulan tersendat. Apalagi harga pernak-pernik tersebut tidaklah murah. Bukannya untung, Yulan malah merugi yang membuat keluarganya terbelit utang.
“Berbagai cara kami lakukan untuk bisa bertahan hidup waktu itu. Apalagi saya sedang mengandung anak ketiga,” beber Yulan yang sempat dikenal dengan panggilan Sari Kitty ini.
Kegagalan yang dialami lantas menjadi bahan pelajaran bagi Yulan dan suami. Menyadari biaya kirim yang tinggi, terbersit keinginan untuk memproduksi sendiri pernak-pernik dan furnitur karakter. Kebetulan cermin dinding berbentuk Hello Kitty menjadi produk yang tengah diminati kala itu. Yulan pun memutuskan untuk membuat sendiri cermin karakter tersebut untuk dia jual. Walaupun saat itu dia benar-benar sudah kehabisan modal usaha.
“Akhirnya saya terpaksa menjual ponsel yang selama ini saya gunakan untuk jualan seharga Rp 500 ribu. Untuk promosi, saya sampai pinjam ponsel saudara. Uang hasil penjualan ponsel tersebut kami gunakan membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat cermin karakter Hello Kitty. Suami saya yang bikin,” paparnya.
Kata Yulan, Ipung sang suami saat itu sebenarnya belum punya pengalaman bertukang. Karena sebelumnya menggeluti pekerjaan sebagai tenaga marketing di perusahaan. Namun keinginan kuat untuk berdikari membuat sang suami tidak pasrah dengan keadaan. Melainkan secara autodidak mempelajari cara-cara bertukang dan membuat berbagai kreasi berbentuk dan bergambar karakter yang memiliki nilai jual.
“Suami belajar dari membaca dan melihat video di internet. Selain itu juga mendatangi mebel untuk melihat bagaimana proses pengerjaan furnitur. Sebelum punya mesin produksi, awalnya suami saya mengerjakan secara manual,” tutur Yulan.
Di luar dugaan, pernik cermin buatan sang suami banyak diminati pembeli. Banyak yang memesan kepada Yulan. Hasil penjualan cermin tersebut lantas menjadi modal bagi Yulan untuk memulai usaha mebel karakternya di awal tahun ini. Bukan hanya cermin, sang suami mulai membuat furnitur-furnitur karakter lainnya meliputi lemari, rak, meja rias, hiasan lampu, sofa, juga kasur.
“Selain itu kami juga melayani desain kamar dan kertas dinding. Pelanggan bisa memesan sesuai keinginan,” kata dia.
Mengusung nama “Yulan Kitty Mebel”, usaha mebel karakter yang dirintis Yulan dan suami memang dilakukan sesuai pesanan yang masuk. Proses produksinya pun menyesuaikan dengan tingkat kesulitan pesanan yang diinginkan. Bila sang suami belum mampu mengerjakan sendiri secara penuh, pengerjaannya dilakukan dengan menyewa tenaga para tukang yang ada.
“Untuk pembuatan produk dasarnya memang sering menyewa tenaga orang lain yang kami pekerjakan. Tapi untuk desain dan bentuk karakternya, suami saya sendiri yang mengerjakannya,” ujar perempuan 24 tahun ini.
Dengan promosi gencar melalui jejaring sosial sebagaimana yang biasa dilakukan Yulan, usaha jasa mebelnya mulai dikenal di masyarakat. Bukan hanya di Kota Tepian, melainkan hingga ke daerah lainnya di Kalimantan seperti Bontang, Berau, bahkan sampai Tarakan. Keuntungan yang didapat dari penjualan pun bervariasi, tergantung dari jenis produknya.
“Kisaran keuntungannya dari yang paling rendah Rp 50 ribu sampai ada yang jutaan. Untuk bufet misalnya, kami bisa mendapat keuntungan hingga seratus persen,” tuturnya.
Yulan menyebut, dengan melihat minat masyarakat, peluang usaha mebel karakter terbilang menjanjikan. Dalam sekali mempromosikan produk cerminnya di satu grup media sosial saja, dia bisa mendapatkan puluhan pesanan. Produk cermin sendiri menurut Yulan merupakan pernik yang paling banyak dicari. Selain tidak tersedia di toko, harganya juga relatif murah bila dibandingkan di Jawa.
“Kalau di Jawa harganya bisa mencapai Rp 700-an ribu. Sementara yang kami jual harganya berkisar Rp 200-an ribu. Itu pun pelanggan bisa memesan sesuai keinginan dan sesuai bujet yang dimiliki,” ujar Yulan.
Meski begitu, tidak mudah bagi Yulan dan suami dalam menjalankan usaha ini. Pasalnya, banyak kendala yang dihadapi dalam proses pengerjaan yang masih bertempat di kediaman Yuan di Jalan Untung Suropati. Salah satunya faktor cuaca yang kurang bersahabat. Bila hujan deras, rumah Yuan kerap terendam banjir yang mengganggu produksi.
“Apalagi kalau pesanan lagi banyak. Misalnya saat Ramadan kemarin. Sampai-sampai kami menyewa gudang untuk tempat produksi,” terangnya.
Pun begitu, tak jarang Yulan mendapat komplain dari pelanggan yang merasa tidak puas dengan hasil produk yang dihasilkan. Misalnya ada lecet pada produk atau waktu pengerjaan yang molor. Biasanya bila ada hal-hal yang kurang memuaskan pada barang yang dihasilkan, Yulan memberikan garansi untuk memperbaiki sesuai keinginan.
“Kami terus belajar. Ide-ide dari konsumen menjadi masukan yang berarti bagi kami untuk semakin memperbaiki kualitas,” kata Yulan.
Tak luput, strategi bisnis diterapkan Yulan untuk bisa terus bertahan dan semakin meningkatkan penjualan. Salah satunya dengan selalu menawarkan produk-produk baru. Selain produk baru setiap harinya, Yulan tak lelah mempromosikan produk-produk yang sudah lebih dulu eksis. Ke depan, dia juga sudah punya gambaran rencana yang akan dilakukan untuk mengembangkan usahanya.
“Mungkin setelah tahun ini kami akan keliling ke berbagai daerah di Kalimantan. Untuk mencari peluang-peluang pemasaran produk-produk kami,” pungkasnya. (***)
TENTANG YULAN
Nama: Darma Yulansari
TTL: Kukar, 1 Desember 1993
Suami: Ipung Purwanto
Anak:
- Hilmy Fajar Atthori
- Athiya Ghadira Atthori
- Alula Luna Sarah
Alamat: Jalan Untung Surapati Perum Karpotek Blok AAA Nomor 12 Samarinda
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
