Usianya masih terbilang muda, 25 tahun, namun Himawan Privat patut disebut salah satu entrepreneur muda berbakat yang dimiliki Bontang. Tak hanya modal paras yang rupawan, dibalik senyum manisnya ia memiliki ilmu bisnis yang tak bisa dipandang remeh.
Ahmad Nugraha, Bontang
Di usianya yang masih terbilang belia ini, Mawan –begitu disapa– telah memiliki perusahaan sendiri, bagi kaula muda Bontang, pasti sudah tak asing dengan nama “Dostip Production”. Ya sebuah perusahaan yang ia rintis sejak tahun 2015 bergerak di bidang jasa pembuatan film, organizer, dan animasi.
Nama Dostip pun ia pillih menjadi ikon nama perusahaannya. Dostip dalam bahasa prokem Bontang berarti (punyaku).
Bisnis jasa dijajal Mawan, lantaran tak banyak yang melihat prospek bisnis ini begitu menjanjikan, baginya lebih baik menjadi seorang pengusaha, dibanding menjadi karyawan. Sebab menjadi pengusaha ia bisa menciptakan lapangan kerja baru.
Selain itu ia merasa tak pantas menjadi karyawan jika melihat dirinya yang tak bisa mengikuti aturan perusahaan atau instansi pemerintahan yang begitu serba teratur.
Darah bisnis mengalir dari almarhum ayahnya Andi Jufri Chen. Namun ilmu bisnis tak langsung diturunkan begitu saja laiknya ilmu tenaga dalam di film-film. Bisa dibilang suratan takdir, lulus SMA di tahun 2010 Mawan merantau ke Ibukota Jakarta.
Memilih jurusan perfilman di Instititut Kesenian Jakarta (IKJ) mawan memang punya niatan ingin mengembangkan dunia perfilman di kota kelahirannya, Bontang. Kerasnya kehidupan di Ibukota pun ia lalui. Bekerja serabutan sembari kuliah, itu dia lakukan semata-mata untuk bertahan hidup di perantauan, juga tidak menambah beban orang tua.
“Waktu itu ditawarin garap-garap event, saya jadi line produser hari ulang tahun yang ke 100 Ismail Marzuki, ini event pertama saya dimana saya ikut terlibat langsung di dalamnya. Di sini juga saya manfaatkan belajar ke senior-senior hebat di sana,” kenangnya.
Cita-cita pemuda kelahiran Bontang 8 November 1991 ini harus terhenti, kala mendapat kabar ayahnya meninggal disebabkan sakit keras yang diderita di tahun 2013. Dengan perasaan yang begitu rapuh ia putuskan kembali ke kampung halaman.
Sepeninggal ayahnya, Mawan sempat dilema, apakah akan kembali melanjutkan studinya atau menetap di Bontang. Di satu sisi ia ingin melanjutkan kuliahnya, di sisi lain ia tak tega meninggalkan ibu dan adik-adiknya yang masih kecil-kecil.
“Saya realistis juga kalau saya ke sana bagaimana mau lanjut sedangkan biaya untuk kuliah persemesternya kan mahal. Jadi saya putuskan berhenti dan memilih untuk sementra di Bontang melanjutkan usaha almarhum bapak sebagai supplier bahan makanan,” ujarnya.
Memegang usaha yang sebelumnya tak pernah ia kerjakan, terpaksa harus dilakoninya. Belajar dan terus belajar perlahan, ia mulai mendapat ritme kerja yang dulunya dilakukan almarhum ayahnya. Hanya butuh waktu setahun, Mawan sukses membangun kembali bisnis supplier milik orangtuanya yang sempat vakum akibat sakit yang diderita ayahnya.
Tak hanya sekadar aktivitas keseharian, sembari bekerja ia terus berinovasi demi meningkatkan kepercayaan kepada konsumen. Baginya bisnis kepercayaan merupakan hal yang utama yang harus diajaga dalam dunia bisnis.
“Setelah saya bangun kembali usaha bisnis almarhum, saya percayakan ke adik saya untuk kelola kemudian saya kembali ke Jakarta kerjain even-event, kebetulan ada panggilan teman di sana saya putuskan ke sana selama setahun,” ujarnya.
Setahun di Jakarta, kecintaannya terhadap kampung halaman tak terbendung, apalagi jika mengingat ibu dan adik-adiknya yang selalu memintanya untuk kembali pulang. Bagi Himawan ia tak ingin melewatkan tumbuh kembang adik-adiknya, sebab sejak ayahnya meninggal ialah kepala rumah tangga.
Berkat desakan dari adik-adiknya ia pun kembali ke Bontang, dan memutuskan meniti karir. Sedari awal Mawan memang tak ingin mencari pekerjaan, ia pun memulai peruntungannya dengan membuka usaha kafe, namun sayang usahanya ini tak bertahan lama.
Gagal menjadi pengusaha kafe, pikirannya mulai terbuka kenapa tidak membuka usaha yang sesuai dengan passion-nya. Singkat cerita, ia memberanikan diri memproduksi film bermuatan lokal, mengangkat kisah tokoh masyarakat.
“Film ini sebenarnya sudah jadi bahkan kami sudah buat teaser-nya, tapi sayang kami tidak ada pemodal jadi sampai sekarang gagal tayang,” tuturnya.
Tak ingin larut dalam kesedihan, perlahan Mawan mulai membuka jasa pembuatan animasi, untuk bahan presentasi dan aneka macam. Berkat kegigihannya yang tak pantang meneyerah, usaha animasinya mulai diterima khalayak. Tak sedikit politisi, instansi swasta maupun pemerintahan sudah merasakan karya darinya.
“Saya yakinkan kalau presentasi jangan melulu begitu-begitu saja haru ada sentuhan seninya yah salah satunya seni animasi, Alhamdulillah mulai diterima dan karya saya mudah dipahami,” ucapnya.
Disinggung soal omzet dalam sebulan yang berhasil ia kumpulkan, ia tak mau buka-bukaan. Niat awalnya untuk menciptakan lapangan kerja pun sudah terealisasi, tercatat sebanyak 18 orang yang sudah ia pekerjakan. “Semoga sedikit cerita saya bisa menginpirasi pemuda Bontang,” tukasnya. (**)
Biodata : Himawan Privat
Panggilan : Mawan
TTL : Bontang 8 November 1991
Nama Orang Tua : Andi Jufri Chen Ibu, Fatmawati Syahran
Hobi : Main Bola
Motto : Kebahagiaan saya adalah membahagiakan orang lain
SD IT Yabis
SMP IT Yabis
SMA Negeri 1 Bontang
Intitut Kesenian Jakarta
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: