Suasana ruas Jalan Kapal Phinisi 2, RT 46 , Kelurahan Loktuan, tampak lengang siang itu. Rintik hujan membuat langit yang semula biru menjadi gelap keabuan. Meski lengang di salah satu rumah yang difungsikan sebagai workshop, tampak seorang pemuda bertubuh kecil sibuk bermain kayu, rambutnya gondrong setinggi bahu, dari tangannya lahir karya seni kualitas tinggi.
Ahmad Nugraha, BONTANG
Sandy Kurniawan, nama ini terdengar asing di telinga, namun jika menyebut Aco Sandy sebagian warga Loktuan pasti mengenalnya, mungkin juga di perkotaan. Setahun terakhir ia menggeluti usaha kerajinan yang terbuat dari media Kayu Jati Belanda.
Bontang Post, Senin (22/5) kemarin berkesempatan berkunjung di workshop miliknya, yang ia namakan Gang 21 Brother’s. Ruangan berukuran 10×4 m menjadi saksi ia memproduksi ratusan karya, yang berbahan dasar Kayu Jati Belanda. Diantaranya jam dinding, furniture neon box, tas kayu, dan berbagai macam cinderamata.
“Seingat saya akhir tahun 2016 saya mantap membuka bisnis ini,” kata Aco didampingi dua rekannya.
Dalam membuat kerajinan kayu miliknya, Aco menggunakan bahan-bahan baku yang cukup sederhana dan terjangkau. Mulai dari kayu jati, alat kompressor, cat, dan perlengkapan lainnya. Peralatan seadanya tidak menghalangi Aco untuk menciptakan setiap karyanya dari tahapan merancang dan membuat pola serta tahap produksi hingga menjadi karya seni yang bernilai tinggi. Semua dikerjakannya secara manual.
Proses pengerjaan pun, tergantung kerumitan dan permintaan pemesan. Nah dari kerumitan ini biasanya, Aco dapat menetukan berapa harga untuk satu karya seninya.
“Untuk membuatnya, sangat butuh ketelitian,kalau lagi banyak orderan ya mungkin sekitar sepekan baru bisa jadi, semuanya tergantung dari tingkat kerumitan,” jelas dia.
Menekuni usaha ini pun diakuinya tak semudah yang dipikir orang-orang kebanyakan, kerasnya kehidupan harus dilalui Aco sebelum membuka usaha miliknya. Lulus di bangku Sekolah Menengah Atas medio 2009 ia sempat ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Sayang, kondisi keuangan perekonomian keluarga yang kurang mampu membuatnya tidak melanjutkan pendidikan.
“Jadi pas lulus sekolah saya langsung ikut kerja sama teman kuli bangunan, sampai kerja proyek pabrik PKT tahun 2010 awal. Bulan Februari saya dapat tawaran kerja jadi cleaning servis di PT KMBU, 2 bulan saya kerja akhirnya dapat jodoh cepat dan nikah di tahun yang sama,” kenangnya.
Sekira 3 bulan menjadi cleaning servis, ia diangkat menjadi helper bakery and pastry pada tahun 2011. Berkat keuletannya, ia kembali mendapat promosi jabatan menjadi helper cook pada tahun 2012. Hanya bertahan dua tahun, kontrak Aco di KMBU habis, meski begitu ilmu memasak sudah ia peroleh.
Sembari wara-wiri mencari pekerjaan, suami dari Bebyola Lumanau ini, sempat jual beli sepeda motor vespa, hal itu dilatari dari hobinya yang kerap touring menggunakan vespa. Akhir tahun 2014 ia mendapat tawaran untuk menjadi chef di salah satu hotel berbintang.
“Tahun 2015 saya diangkat jadi kepala dapur di hotel (senior cook) akhirnya saya sering diajak owner hotel ke luar kota, ke hotel bintang untuk study banding di dunia kuliner dan mempelajari banyak masakan perhotelan, kurang lebih 8 bulan saya jadi kepala dapur,” terangnya.
Akibat gaji yang selalu macet dan terkadang dicicil, ia pun memutuskan resign atau mengundurkan diri dari pekerjaan. Jual beli vespa kembali ia geluti, lumayan upah dari hasi menjual vespa cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarga kecilnya.
Keterampilan memasak yang dimiliki, tak ingin ia sia-siakan, alhasil ia kembali bekerja menjadi chef, hari-hari menjadi juru masak pun ia lalui. Lantas bagaimana awalmula ketertarikannya “bermain kayu” ??
Berawal dari keisengan membuat kerajinan dari kayu, hasil karyanya mendapat respon positif dari rekan-rekan sejawatnya. Walhasil ia memutuskan mundur dari kerjaannya lantaran tak memiliki waktu untuk bersama keluarga, ditambah lagi ia memiliki hobby baru membuat kerajinan dari kayu.
Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Aco memutuskan untuk fokus membuat keahliannya tersebut. “Saya ingin total jadi pengrajin, mungkin keahlian saya di sini. Cuma bakat saya baru muncul beberapa tahun terakhir,” ucap Aco.
Menurutnya keluarganya sangat mendukung keputusan besarnya tersebut. Dengan dukungan itu, membuatnya semakin yakin untuk melanjutkan keahliannya itu. Meskipun harus merintis dari bawah.
Seiring berjalanya waktu berkat keuletannya, pesanan terus berdatangan. Saat ini ia mengaku mulai kewalahan dan tidak dapat memenuhi semua pesanan. Sehingga, harus ada orang yang membantunya. “Akhirnya, saya coba mengajarkan teman-teman untuk belajar,” kata dia.
Dari keuletannya dalam bidang kerajinan tersebut, ia pun pernah mendapat orderan dari negara Qatar dan Arab Saudi. Kini ia mempekerjakan 4-5 orang karyawan.
“Allhamdulillah selain bisa menghidupi keluarga, semua yg saya kerjakan main kayu hanyalah otodidak dari diri saya sendiri karna ada kemauan, usaha, kerja keras, dan keinginan untuk menjadi orang sukses. Saya rasa ini adalah karunia dan jalan hidup saya yang harus terus ditekuni dan syukuri,” pungkasnya. (bersambung)
Tentang Aco Sandy
Nama : Sandy Kurniawan
TTL : Bontang,1 januari 1991
Agama : Islam
Hobby : Seni
Istri : Bebyola Lumanau
Anak 1 : Nugie Athallah belovsan
Anak 2 : violita Athallah belovsan
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post