bontangpost.id – Tubuhnya tergolek lemah di kasur. Berdiri tak bisa. Bicara tak bisa. Duduk tak lama. Makan, minum, hingga buang air; semua mesti dibantu. Semua pun mesti dilakukan di kasur. Sejak mengalami kecelakaan kerja medio Februari 2020 silam, dunia berjalan demikian lambat bagi Rusdiansyah. Semestanya kini hanya berkutat di kasur tipis kedap air ukuran 2×1 meter.
Dalam segala keterbatasan itu, untungnya ada sang istri, Jumiati, yang selalu setia mendampingi. Rusdiansyah dirawat sebaik-baiknya. Sebisa mungkin segala keperluannya dipenuhi. Semua dilakukan dengan hati yang lapang, kehati-hatian, dan tentunya, penuh cinta.
“Bagaimana pun kondisinya, bapak adalah suami saya. Dia bapak bagi anak kami,” ujarnya bangga.
Jumiati menjelaskan, kondisi Rusdiansyah berubah demikian drastis usai kecelakaan kerja yang menimpa. Itu terjadi medio Februari 2020.
Kala itu, Rusdiansyah bekerja sebagai wakar atau penjaga di kawasan Bontang Baru. Namun karena pendapatan dari pekerjaan itu tidak mencukupi. Walhasil ia memilih alih profesi.
“Kebetulan diajak temannya, kerja proyek di Bontang Lestari. Dia ambil lah kerjaan itu,” beber Jumiati seraya menyentuh tubuh lemah suaminya.
Jumiati sendiri tak tahu pasti lokasi, dan nama perusahaan tempat suaminya bekerja. Sebab ketika mengalami kecelakaan, Rusdiansyah baru kerja selama 2 hari. Ia belum sempat bercerita soal tempat barunya bekerja. Yang jelas, pria 44 tahun itu bekerja sebagai tenaga pembantu kelistrikan.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=c8VhnTluT4o[/embedyt]
Kecelakaan kerja itu terjadi pada Kamis (27/2/2020) siang. Tak ada yang tahu bagaimana persisnya kronologi kecelakaan itu. Apakah Rusdiansyah ditabrak, atau jatuh. Tiba-tiba ketika ditemukan rekannya yang lain, tubuh Rusdiansyah sudah tergeletak di tanah. Topi proyek masih utuh di kepala. Tak ada bekas luka atau luka ditemukan di tubuhnya. Namun ketika dilarikan ke Puskesmas Bontang Lestari, Rusdiansyah sudah tak sadarkan diri.
Selang beberapa jam ditangani tim medis di Puskesmas, Rusdiansyah sempat bangun. Anggota tubuhnya masih bisa bergerak. Semisal tangan dan kaki. Namun khawatir ada hal buruk terjadi, dia lantas dilarikan ke RS Pupuk Kaltim.
“Mau dibawa ke RSUD (Taman Husada) tapi ICU penuh. Makanya ke RS Pupuk Kaltim,” terang Jumiati.
Sekitar 10 hari Rusdiansyah dirawat di RS Pupuk Kaltim. Tim medis sempat ingin melakukan operasi bagian perutnya. Sebab di sana terdapat semacam gumpalan darah akibat kecelakaan. Namun rencana itu diurungkan. Seiring membaiknya tubuh Rusdiansyah.
Sedihnya ketika siuman, beberapa anggota tubuhnya sudah tak bisa digerakkan. Tubuh bagian kanan, mulai tangan hingga kaki lumpuh, mati rasa. Tubuh bagian kiri bisa bergerak, tapi terbatas.
“Ini cuma bisa duduk, itupun enggak lama. Jalan sudah enggak bisa. Bicara juga enggak bisa,” kata Jumiati, ada nada lirih dalam suaranya.
Dalam keluarga kecilnya yang berisi 3 orang (Rusdiansyah, Jumiati, dan seorang putrinya usia 8 tahun), Rusdiansyah merupakan tulang punggung. Segala keperluan rumah, sejatinya disokong dia. Namun seiring penyakit yang menimpa, praktis keluarga kecil ini tak memiliki penyokong ekonomi.
Sementara ada banyak perlu dibiayai. Pendidikan anak. Kebutuhan pangan sehari-hari. Kebutuhan Rusdiansyah, semisal pampers dan biaya berobat. Serta air, listrik, dan sewa rumah yang totalnya sekitar Rp 800 ribu per bulan.
“Dua bulan ini dibantu pemerintah (BLT). Ada juga beberapa dari teman dan keluarga. Tapi untuk ke depan, kami tidak tahu mau dapat dari mana,” ungkap Jumiati.
Sebabnya, bila ada yang berbaik hati ingin membantu atau menyalurkan donasi kepada keluarga malang ini, dapat menyambangi kediaman mereka. Di Jalan DI Panjaitan, Gang Piano 11, Nomor 83. Atau dapat menghubungi Jumiati melalui nomor ponsel 0852-4968-9036. (*)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: