Bontang – Demi melestarikan seni wayang kulit dan campur sari di Kota Taman, salah satu paguyuban mencoba untuk melaksanakannya di Bontang. Hasilnya, warga Bontang cukup antusias dan menyambut baik kesenian tersebut termasuk Pemkot Bontang.
Paguyuban Warga Kediri Kota Bontang (PWKKB) di Kota Taman saat ini telah memasuki usianya ke-20 tahun. Pasang surut kepengurusan dan kegiatan yang menjadi arah dan tujuan berdirinya paguyuban telah dialaminya. Kini PWKKB kembali aktif bersinergi dengan pemerintah bersama paguyuban lain ikut mengisi pembangunan Kota Bontang sesuai fungsi dan perannya.
Acara wayang kulit dan campur sari tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Bontang Bambang Cipto Mulyono mewakili Pemkot Bontang, Ketua DPRD Bontang Nursalam beserta istri, Anggota DPRD Bontang Agus Suhadi, serta perwakilan dari Kodim 0908/BTG.
Dalam sambutannya, Kadisporapar Bontang Bambang Cipto Mulyono mewakili Pemkot Bontang sangat mengapresiasi kegiatan pelestarian budaya atau seni dari pulau Jawa tersebut. Apalagi, wayang kulit yang masuk dalam kesenian tradisional ini jarang digelar saat ini. Sehingga diharapkan, kesenian wayang kulit ini bisa digelar secara rutin di Bontang juga dapat digemari oleh kalangan muda.
“Biasanya wayang kulit ini digemari para orang tua, dengan hadirnya kesenian wayang kulit di Bontang, semoga bisa menarik perhatian para muda mudi, apalagi dengan dalang yang masih sangat muda,” ujar Bambang di Lapangan MTQ Parikesit, Sabtu (24/3) lalu.
Pada kesempatan itu, Bambang mendapatkan kesempatan menerima wayang dari ketua PWKKB yang kemudian diserahkan kepada dalang muda Ki Dalang Rinto Hadi Asmoro.
Ketua Umum PWKKB periode 2016-2019 yang juga merupakan Kasubbag Humas Polres Bontang, Suyono menerangkan bahwa dirinya aktif mengikuti perkembangan paguyuban ini sejak awal berdirinya tahun 1997. Namun paguyuban ini resmi didaftarkan ke Pemerintah Kota Bontang pada tahun 1998 bersamaan berdirinya Kota Bontang yang kala itu Wali Kota Bontang dijabat Fahmurniddin.
“Sejak berdirinya, paguyuban ini selalu mengisi berbagai kegiatan dengan program sosial dan budaya. Mulai dari kerja bakti massal, donor darah, menjenguk warga yang sakit dan melayat warga yang meninggal,” ungkapnya.
Sedangkan program budaya dengan melestarikan Seni Kuda Lumping dan kesenian lain yang merupakan kesenian asli dari Kediri. Bahkan untuk memeriahkan HUT PWKKB tanggal 24 Maret tahun 2018 ini, pihaknya telah menggelar berbagai kegiatan. “Puncaknya ini merupakan acara wayang kulit dan campur sari dengan mendatangkan dalang, sinden, dan pelawak campur sari dari Kediri,” ujarnya.
Meski hujan mengguyur malam itu pagelaran wayang kulit tetap berlangsung hingga akhir acara.(mga)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: