Kisah Inspiratif Warga Bontang: H Sabara (207)
Usaha bengkel motor saat ini sudah sangat menjamur di Kota Taman. Banyaknya kendaraan bermotor jadi peluang usaha tersebut untuk menghidupi keluarga. Sama halnya yang dilakukan Sabara, salah satu perintis usaha bengkel motor di Loktuan.
Muhammad Zulfikar Akbar, Bontang
SABAR –sapaan akrabnya—tak pernah sebelumnya berpikir akan membuka bengkel motor. Sebelumnya, pria berusia 55 tahun ini bekerja di Malaysia sebagai kru di kapal tanker selama 11-12 tahun. Ingin mencari penghidupan yang lain, Sabar memutuskan kembali ke tanah air. “Saya di kapal tanker pernah ikut ke Jepang dan Tiongkok daru 1977-1989,” kata Sabar.
Entah pikiran apa yang terlintas dalam diri Sabar. Mulai maraknya kendaraan bermotor di Bontang, membuatnya memutuskan untuk membuka bengkel motor dan tambal ban. Dirinya pun menyewa satu tempat di samping Pasar Citra Mas Loktuan sebagai tempat usaha pertamanya. Tak tanggung-tanggung, Sabar pun turun tangan langsung dalam memperbaiki kendaraan pelanggannya. “Saya buka bengkelnya mulai 2002,” ujar Pria yang pernah berdiam di Desa Semangko, Marangkayu pada 1973.
Berbagai jenis kendaraan mulai sepeda ontel hingga sepeda motor kerap jadi langganan Sabar. Memanfaatkan ilmu mesin yang didapatinya selama bekerja di kapal tanker menjadi kelebihan darinya. Perlahan namun pasti, usahanya kian berkembang. “Setelah mulai banyak pelanggan saya pindah di samping BRI Loktuan saat ini,” ungkap suami dari Hj Asma ini.
Tak dinyana, usaha bengkelnya pun laris manis. Tiap hari, ada saja yang menggunakan jasanya. Bahkan, istrinya pun sempat berangkat haji pada 2003, disusul oleh Sabar yang ke Tanah Suci pada 2006. Kepergiannya menunaikan Rukun Islam kelima, seakan terus menjadi pembuka pintu rezeki kepada Sabar dan keluarganya. “Sekarang saya juga mampu membeli ruko untuk bengkel dan punya lima teknisi motor,” katanya.
Meski kelihatan usahanya berjalan dengan lancar, tak jarang pula Sabar mengalami berbagai hambatan. Ketersediaan suku cadang yang terbatas kadang membuat pelanggannya mengalami kekecewaan. Terlebih, jika para mekaniknya tidak masuk kerja, maka Sabar harus “turun gunung” memperbaiki kendaraan pelanggannya. “Ya itu suka dukanya, kalau mekanik tidak masuk semua, ya harus jadi mekanik, he he,” ujarnya sambil terkekeh.
Ditanya penghasilan, dia mengaku tak bisa memastikannya. Sebab, penghasilannya selalu berputar untuk membeli suku cadang baru di bengkelnya. Paling tidak, cukup untuk hidup keluarga dan menggaji mekaniknya. Sabar pun kini lebih banyak bersyukur. Tak hanya bisa menghidupi para mekaniknya dan keluarganya, dari usahanya ini dia pun ingin kedua anaknya lebih sukses dari orang tuanya. Tak ada lagi target yang ingin dicapai oleh Sabar. “Yang terpenting bisa hidupi keluarga,” pungkasnya. (bersambung)
Tentang Sabar
Nama: H. Sabara
Tanggal Lahir: 15 November 1961
Istri: Hj. Asma
Anak:
Rizky Muliani
Muhammad Aidillah
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: