Munculnya gerombolan kera liar di kawasan Perumahan Bukit Sekatup Damai (BSD) Kelurahan Gunung Elai diduga kuat akibat ketersediaan makanan yang makin menipis di habitat aslinya. Hal ini disampaikan Humas Balai Taman Nasional Kutai (TNK) Lita Kabangnga.
Dikatakan Lita, hutan-hutan saat ini telah banyak dirusak oleh manusia. Sehingga hal ini menjadi penyebab hewan-hewan liar tersebut berpindah tempat dalam mencari sumber makan. Alhasil, permukiman warga yang menjadi pilihan hewan-hewan tersebut, termasuk segerombolan monyet yang ada di perumahan BSD. Selain faktor makanan, faktor minimnya tempat berlindung pun juga menjadi penyebab kera liar tersebut “hijrah” ke tempat lain.
“Ibarat manusia, hewan liar juga harus terpenuhi sandang, pangan, dan papannya. Apabila tempat mereka dirusak akibat banyaknya pembangunan di tempat yang tidak semestinya, wajar jika mereka muncul ke tengah permukiman warga. Karena sebenarnya manusia lah yang memasuki rumah mereka,” ujarnya saat dikonfirmasi Bontang Post, Sabtu (14/4) kemarin.
Ditambahkan Kepala Balai Taman Nasional Kutai (TNK), Nur Patria, kemunculan kera liar di permukiman warga BSD akhir-akhir ini dikategorikan dalam perilaku satwa. Kata dia, banyak faktor yang menyebabkan satwa-satwa tersebut sering membuat panik warga.
Nur Patria menyebut, ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kera liar tersebut sehingga harus menampakkan dirinya ke hadapan warga. Di antaranya ketersediaan pakan yang tidak mencukupi, tempat berlindung yang sudah tidak aman, serta ketersediaan air yang sudah tidak ada.
“Namun di Bontang, untuk ketersediaan air masih belum menjadi faktor pemicu,“ ujarnya belum lama ini.
Adapun faktor lainnya yang juga menjadi penyebab munculnya satwa ke tengah-tengah warga, karena dikejar oleh musuh atau predator, bahkan kalah bertanding dari satwa sejenisnya. Faktor lainnya yang tak kalah penting kata dia, yakni maraknya pembangunan di mana-mana, sehingga yang seharusnya tempat awalnya bisa menjadi tempat tinggal dan tempat berlindung satwa, kini beralih fungsi menjadi permukiman. Nur Patria menyebut, kondisi ini tentu menjadi wajar jika memicu munculnya satwa-satwa tersebut muncul ke tengah-tengah masyarakat.
“Pada dasarnya, bila satwa tersebut tidak diganggu, mereka juga tidak akan menyerang manusia,” jelasnya.
Kendati begitu, jika masyarakat sampai menemukan kejadian seperti ini, maka dirinya menyarankan untuk tidak bersikap langsung menyakiti apalagi sampai membunuhnya, melainkan melaporkan kejadian ini kepada instansi pemerintah yang berwenang. Nantinya petugas akan melakukan penanganan evakuasi dengan cara yang arif dan bijak. “Sehingga tidak sampai melukai satwa tersebut dan akan dikembalikan ke habitat awalnya sesuai dengan jenis hewannya,” pungkasnya. (bbg)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: