Operasional Hotel Oak Tree Dikelola 15 Karyawan
BONTANG – Kontrak PT Grawita Berkat Abadi, sebagai Pengelola Oak Tree Hotel dengan Pemkot habis per September 2017 bulan depan. Namun berbagai persoalan masih melilit direksi dan manajemen hotel yang sudah dua kali berganti nama itu.
Salah satunya, persoalan gaji puluhan eks karyawan yang mencapai ratusan juta rupiah yang hingga kini belum terbayarkan. Awak Bontang Post, Senin (9/8) berupaya mengumpulkan informasi mengenai permasalahan yang sudah terjadi sejak tahun 2015 tersebut.
Salah satu karyawan, yang enggan disebutkan namanya yang kini masih bertahan di hotel tersebut mengungkapkan, gejolak keterlambatan gaji mulai terkuak pada medio 2015 lalu. Saat itu beberapa karyawan mulai menuntut gaji mereka yang tak kunjung terbayarkan.
Dari beberapa mediasi yang dilakukan anggota DPRD Bontang pun berakhir tak mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak.
Manajemen hotel berdalih tak bisa melakukan pembayaran gaji, lantaran kemampuan keuangan yang dimiliki tak cukup untuk membayar puluhan gaji karyawan. Sementara karyawan bosan dengan janji yang kerap disampaikan manajemen. Puncaknya per 16 Desember 2015, sebanyak 23 karyawan mogok kerja.
“Itu gelombang pertama banyak yang keluar. Kalau enggak salah ada sekitar 40 orang. Penyebabnya masalah gaji yang memang kita akui beberapa bulan kami tidak dibayar,” ungkapnya.
Dia melanjutkan, tak hanya mogok kerja puluhan karyawan yang sudah diberhentikan pun mengundurkan diri. Menggelar aksi unjuk rasa di depan hotel, mereka menuntut gaji mereka dibayarkan.
Alhasil, manajemen pun mengambil langkah yang cukup nekat. Dengan menggadai dua unit mobil operasional untuk membayar keterlambatan gaji karyawan. “Nah gelombang pertama ini, sudah dibayarkan oleh pihak manajemen, jumlahnya sekitar Rp 150 juta tergantung lama pengabdian,” terangnya.
Keuangan yang tidak sehat, ditambah dengan jumlah hunian yang terbilang minim, membuat beberapa karyawan pun resign. Dari yang sebelumnya karyawan berjumlah 80 orang, berkurang hingga 60 persen.
Lesunya perekonomian Pemkot pada 2016 lalu, tak ayal membuat Pemkot mengeluarkan kebijakan agar kegiatan di masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lebih efisien menggunakan anggarannya. Salah satunya rapat atau seminar yang kerap digelar di hotel digelar di ruang OPD.
“Tahun 2016 itu sepi sekali. Mungkin karena proyek juga berkurang dan kegiatan dinas juga dipangkas. Akhirnya ada 11 karyawan yang keluar lagi,” ujarnya.
Suryani, Accounting Pourchasing Oak Tree menuturkan, untuk gaji ke 11 karyawan yang resign pada gelombang kedua itulah yang hingga kini belum dibayarkan oleh pihak manajemen. Termasuk dirinya dan 15 karyawan yang masih bertahan. Dijelaskan, ada sekitar 5 bulan gajinya yang masih tertunggak.
Namun, ia bersama belasan karyawan lain lebih memilih bertahan, pasalnya tak mudah mencari pekerjaan saat ini di Bontang. Celakanya, Ade R Hesen selalu owner hotel, seoalah lari dari tanggung jawab.
Hingga kini manajemen oak tree dikelola oleh 15 karyawan yang masih bertahan. Beruntung, gaji mereka mulai bisa terbayarkan berkat beberapa penyelenggaraan kegiatan yang dihelat di hotel.
“Alhamdulillah sekarang gaji kami lancer. Pemasukan setidaknya ada. Itulah yang kami pakai untuk operasional, dan bayar gaji. Tidak ada yang pimpin, kalau ada apa-apa kami berunding. Perlahan karena kami merasa tidak bisa tangani semua, kami nambah karyawan sedikit demi sedikit. Sampai saat ini jumlah karyawan keseluruhan ada 22 orang,” sebutnya. (*/nug)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini:
Discussion about this post