SAMARINDA – Meski menuai banyak penolakan dari masyarakat, pembangunan Masjid Pemprov Kaltim tetap berjalan. Malahan kabarnya, masjid ini akan dilapisi kristal. Senin (14/5) kemarin, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak memimpin groundbreaking tanda dimulainya pembangunan masjid yang bakal menghabiskan APBD Kaltim sebesar Rp 64 miliar tersebut.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kaltim, M Taufik Fauzi mengungkapkan, pembangunan masjid tersebut akan dilaksanakan selama 2018. Diperkirakan, masjid yang sebelumnya disebut sebagai Masjid Al Faruq ini bisa selesai sebelum akhir tahun 2018.
“Nanti pertengahan Desember 2018 kami upayakan pembangunan masjid ini sudah selesai. Kami akan minta izin melalui wali kota, karena nanti akan ada kerja malam demi mengejar waktu,” ujar Taufik.
Kata dia, kontraktor diharap sudah menyiapkan seluruh material dan peralatan untuk penyelesaian pembangunan masjid tersebut. Sehingga proses pengerjaan tidak menuai hambatan.
Sementara itu, Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak mengatakan, pembangunan masjid tersebut sebagai simbol toleransi di Kaltim. Sebab tidak jauh dari Masjid Pemprov, terdapat gereja dan katedral.
“Jadi tiga bangunan berupa masjid, gereja, dan katedral nanti akan menjadi bukti bahwa Kaltim adalah salah satu provinsi yang telah memanfaatkan toleransi, hidup rukun, dan saling berdampingan antar umat beragama dengan baik,” ujarnya.
Secara monumental, lanjut gubernur, masjid tersebut mengikuti konsep rumah ibadah di Jakarta. Sebab setiap tempat ibadah dari beragam umat beragama saling berdampingan. Dengan begitu, diharapkan kerukunan antar pemeluk agama dapat menjadi contoh bagi daerah lain.
“Walau pun saya dibilang ngotot membangun masjid ini, tetapi saya yakin untuk kebaikan. Karena ini untuk umat beragama di Kaltim. Wujud toleransi. Sebagai bentuk kesadaran hidup berdampingan antara semua pemeluk agama,” sebutnya.
Selain itu, Faroek menerangkan, masjid Pemprov Kaltim memiliki fungsi untuk ibadah. Antara lain untuk salat, berzikir, membaca Alquran. Kemudian dapat dijadikan pusat dakwah yang menyebarkan toleransi dan mewujudkan agama Islam yang rahmatan lil’alamin.
“Di sini akan ada bimbingan bagi seluruh masyarakat Samarinda. Melalui khotbah Jumat, peringatan hari besar Islam, tadarus Alquran, pendidikan anak-anak remaja, dan penyambutan bulan suci,” bebernya.
Faroek juga berharap, masjid tersebut jadi pusat pengembangan pendidikan Islam di Kaltim. Layaknya di Bandung, masjid Pemprov akan dijadikan pusat pendidikan generasi muslim dan penyebaran Islam.
“Di samping itu, masjid ini berfungsi sebagai tempat musyawarah, hearing dan silaturahmi antar sesama masyarakat terutama umat Islam. Selain itu, masjid akan dijadikan tempat pemungutan zakat, infak, sedekah, hingga penyalurannya pada masyarakat,” ujarnya.
Kemudian masjid tersebut berfungsi sebagai pusat musyawarah. Dengan catatan, bila terdapat masukan atau kritikan pada pemerintah, masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya dengan baik.
“Terakhir masjid ini akan dijadikan tempat pemberdayaan masyarakat. Masjid ini setelah terbangun, dijadikan tempat pengelolaan harta benda jemaah muslim. Diharapkan ada penyumbang tetap dari seluruh pegawai pemerintah dan masyarakat. Sehingga dapat digunakan untuk pemberdayaan masyarakat,” sebutnya.
Sebagai simbol pengembangan umat, bentuk masjid tersebut akan berbeda dengan masjid lainnya di Kaltim. Dia berencana akan memasang kristal di beberapa bagian masjid. Sehingga masjid tersebut menjadi satu-satunya di luar Pulau Jawa yang dibangun dengan desain kristal.
“Saya minta, pemasangan kristal itu tidak menggunakan APBD. Tapi saya harapkan menggunakan dana partisipasi dari masyarakat dan pegawai pemerintah,” harap Faroek. (*/um)
Simak berita menarik bontangpost.id lainnya di Google News
Ikuti berita-berita terkini dari bontangpost.id dengan mengetuk suka di halaman Facebook kami berikut ini: